+62 896 6423 0232 | info@idmetafora.com
Software ERP Indonesia IDMETAFORA


Cyber Security: Pengertian, Sejarah, Jenis, Ancaman dan Itegrasi dengan Sistem ERP

31 October, 2024   |   Zirlynaila

Cyber Security: Pengertian, Sejarah, Jenis, Ancaman dan Itegrasi dengan Sistem ERP

Cyber Security atau Keamanan Siber kini menjadi pilar penting di era transformasi digital yang terus berkembang. Seiring dengan terhubungnya data dan sistem di seluruh dunia, ancaman terhadap keamanan siber menjadi semakin kompleks dan beragam. Cyber Security tidak hanya melindungi data perusahaan dari ancaman eksternal tetapi juga menjaga kelangsungan operasional, reputasi dan kepercayaan pelanggan. Dalam dunia bisnis, keamanan siber merupakan investasi penting untuk memastikan bahwa data pelanggan, aset digital, dan sistem internal terlindungi dari potensi serangan.

Kemajuan teknologi telah memperkenalkan berbagai metode baru dalam melindungi data, termasuk enkripsi, autentikasi multifaktor hingga pemantauan berbasis kecerdasan buatan. Berbagai industri semakin menyadari pentingnya menerapkan solusi keamanan siber yang komprehensif untuk mencegah pencurian data, serangan malware, dan risiko lainnya yang bisa berdampak besar pada kelangsungan bisnis. Cyber Security membantu perusahaan dalam meminimalisir risiko dan menjaga integritas sistem informasi dalam lingkungan digital yang semakin kompleks.

Yuk simak penjelasan lengkap mengenai Cyber Security berikut ini, mulai dari pengertian, sejarah, jenis dan ancamannya serta bagaimana Cyber Security terintegrasi dengan sistem ERP dalam transformasi digital.
 

Apa itu Cyber Security?

Cyber security atau Keamanan Siber merupakan sebuah praktik yang digunakan untuk melindungi perangkat keras, perangkat lunak, jaringan, dan data dari ancaman serangan siber yang merugikan. Istilah cyber security berasal dari dua kata dalam bahasa Inggris, yaitu “cyber” yang berarti dunia maya atau internet, dan “security” yang berarti keamanan. Dalam konteks keamanan digital, cyber security tidak hanya berfokus pada perlindungan individu pengguna, tetapi juga melindungi sistem yang lebih besar, seperti pusat data dan infrastruktur perusahaan atau instansi, dari akses yang tidak sah. Cyber security diterapkan oleh individu maupun organisasi untuk melindungi pusat data dan sistem komputerisasi dari ancaman seperti pencurian data, perusakan sistem, dan pemerasan.

Menurut standar internasional ISO/IEC 27032:2012, cyber security merupakan suatu upaya untuk menjaga kerahasiaan (confidentiality), integritas (integrity), dan ketersediaan (availability) dari informasi di dunia maya, atau cyberspace. Cyberspace sendiri merujuk pada lingkungan yang kompleks hasil interaksi antara pengguna, perangkat lunak, dan layanan di internet yang didukung oleh jaringan teknologi informasi dan komunikasi. Dalam praktiknya, cyber security terbagi ke dalam beberapa kategori, seperti keamanan aplikasi, keamanan informasi, keamanan jaringan, keamanan cloud, pemulihan bencana (disaster recovery), dan pendidikan pengguna. Semua aspek ini saling mendukung untuk menghadapi ancaman digital yang beragam.

Beberapa perusahaan besar mendefinisikan cyber security sebagai perlindungan sistem, jaringan, dan program dari ancaman digital yang bertujuan untuk mencuri atau menghancurkan informasi sensitif, mengganggu operasional bisnis, atau bahkan memeras pengguna. Dengan strategi keamanan yang kuat, perusahaan dapat mencegah risiko kehilangan saldo, data pribadi, atau informasi penting lainnya. Cyber security mencakup berbagai aspek penting dalam bisnis modern, mulai dari pelatihan pengguna hingga teknologi perlindungan yang canggih, untuk menjaga sistem dari ancaman dunia maya yang semakin kompleks.
 

Sejarah Cyber Security

Cyber security merupakan hasil dari perkembangan teknologi komputasi dan internet yang terus berkembang sejak beberapa tahun lalu. Pada awalnya, konsep cyber security belum dikenal secara luas, namun kebutuhan untuk melindungi sistem komputer sudah mulai muncul ketika jaringan komputer pertama kali dibentuk. Pada tahun 1970an, jaringan ARPANET yang merupakan awal mula dari internet modern menjadi tempat uji coba pertama dalam dunia cyber security. Seorang peneliti bernama Bob Thomas menciptakan program Creeper yang mampu bergerak di antara komputer-komputer dalam jaringan. Creeper adalah program pertama yang memicu kesadaran akan potensi ancaman dalam jaringan ARPANET. Ray Tomlinson, yang juga merupakan pencipta email merespons dengan membuat program Reaper yang dapat menangkap dan menghapus Creeper, membuatnya menjadi perangkat lunak antivirus pertama di dunia.

Pada tahun 1980an, kebutuhan akan keamanan jaringan meningkat terutama dengan munculnya perangkat lunak antivirus komersial pertama. Tahun 1987 menjadi momen penting dimana Andreas Lüning dan Kai Figge meluncurkan produk antivirus pertama mereka untuk komputer Atari ST dan pada tahun ini juga menandai hadirnya produk antivirus Ultimate Virus Killer. Di sisi lain, John McAfee mendirikan perusahaan McAfee dan merilis VirusScan yang dikenal sebagai salah satu produk antivirus komersial paling terkenal saat itu. Dengan meningkatnya ancaman siber, antivirus mulai diproduksi untuk melindungi data pribadi pengguna dari program-program berbahaya.

Memasuki tahun 1990-an, internet mulai diakses oleh publik secara luas sehingga membuka peluang baru untuk interaksi digital namun juga meningkatkan risiko keamanan. Saat pengguna internet mulai berbagi informasi pribadi secara online, para pelaku kejahatan mulai memanfaatkan peluang ini untuk mencuri data melalui jaringan. Ancaman keamanan semakin beragam, sehingga untuk mengatasi masalah tersebut firewall dan program antivirus massal dikembangkan sebagai perlindungan utama bagi pengguna internet. Keamanan jaringan pun menjadi hal penting untuk menjaga data pribadi pengguna dari pencurian data yang meningkat.

Pada tahun 2000-an, serangan siber yang dilakukan oleh kelompok kejahatan terorganisir menjadi semakin serius. Serangan ini tidak lagi bersifat acak, tetapi direncanakan dengan matang dan didanai oleh organisasi kriminal. Pemerintah di berbagai negara mulai menindak tegas para pelaku kejahatan siber dengan memberikan sanksi hukum yang jauh lebih berat untuk memberikan efek jera. Perkembangan serangan siber yang semakin canggih mendorong banyak peneliti untuk memperkuat keamanan siber dan menciptakan langkah-langkah perlindungan baru untuk melindungi jaringan dan data.

Pada era modern, cyber security terus berkembang seiring dengan meningkatnya nilai ekonomi di bidang ini. Menurut Statista, Pada tahun 2021 pasar keamanan siber global diperkirakan akan tumbuh mencapai $345,4 miliar pada tahun 2026. Salah satu ancaman paling umum yang dihadapi organisasi adalah ransomware yang terus berkembang seiring berjalannya waktu. Selain itu, dengan adanya teknologi kecerdasan buatan, ancaman baru seperti deepfake atau konten sintetis muncul sehingga memberikan tantangan tambahan bagi para praktisi keamanan siber dalam melindungi data dan sistem dari manipulasi serta ancaman digital yang terus berkembang.
 

Jenis-jenis Cyber Security

Di era digital saat ini, cyber security atau keamanan siber menjadi elemen yang sangat penting untuk melindungi data, aplikasi, jaringan, dan perangkat dari berbagai ancaman siber. Istilah ini mencakup berbagai strategi, kebijakan, dan praktik yang bertujuan untuk melindungi infrastruktur digital dari peretas, malware, atau ancaman lainnya. Cyber security tidak hanya berlaku untuk perusahaan besar tetapi juga untuk individu yang menggunakan perangkat pintar dan internet dalam kehidupan sehari-hari. Secara umum, keamanan siber dapat dikategorikan berdasarkan aspek yang dilindungi dan jenis ancaman yang dihadapi.

Di bawah ini merupakan penjelasan dari beberapa jenis cyber security, yaitu sebagai berikut:

  1. Keamanan Jaringan (Network Security)

    Keamanan jaringan adalah praktik yang melindungi jaringan internal dari berbagai ancaman yang berpotensi merusak sistem. Jenis keamanan ini menjaga agar alur data tetap aman dari serangan baik yang ditargetkan maupun yang sifatnya acak. Metode yang sering digunakan dalam keamanan jaringan meliputi antivirus, firewall, enkripsi data, dan autentikasi dua faktor. Dengan adanya perlindungan ini, aset perusahaan dan informasi sensitif lainnya dapat terhindar dari gangguan atau pencurian data.

  2. Keamanan Aplikasi (Application Security)

    Keamanan aplikasi berfokus pada upaya untuk mengamankan perangkat lunak atau aplikasi dari berbagai ancaman sejak tahap desain dan pengembangan. Karena aplikasi dapat diakses dari berbagai jaringan, termasuk jaringan eksternal, aplikasi menjadi rentan terhadap serangan siber. Upaya dalam keamanan aplikasi meliputi penerapan autentikasi biometrik, enkripsi data, dan kartu identitas resmi. Dengan demikian, aplikasi dapat terhindar dari risiko pencurian data dan tetap memberikan pengalaman aman bagi pengguna.

  3. Keamanan Informasi (Information Security)

    Keamanan informasi bertujuan untuk melindungi integritas dan privasi data baik saat disimpan maupun pada saat proses transit. Dalam keamanan informasi, prinsip utamanya adalah menjaga kerahasiaan, integritas, dan ketersediaan data. Penggunaan enkripsi, kontrol akses, dan pengelolaan izin adalah beberapa langkah yang dapat diambil untuk memastikan data tetap aman dan hanya dapat diakses oleh pihak yang berwenang.

  4. Keamanan Cloud (Cloud Security)

    Layanan berbasis cloud kini digunakan oleh berbagai perusahaan untuk menyimpan data penting karena menawarkan efisiensi dan fleksibilitas. Namun, data yang disimpan di cloud rentan terhadap ancaman siber seperti pencurian atau penyalahgunaan data. Keamanan cloud melibatkan penggunaan teknologi, kebijakan kontrol, serta layanan tambahan seperti firewall dan autentikasi dua faktor untuk melindungi data. Langkah-langkah ini penting untuk menjaga integritas data dan menjamin bahwa informasi penting tidak jatuh ke tangan yang salah.

  5. Keamanan Operasional (Operational Security)

    Keamanan operasional mencakup proses dan kebijakan yang mengatur cara data diakses, disimpan, dan dibagikan. Keamanan ini mencakup izin akses pengguna dan prosedur lainnya yang memastikan data hanya dapat diakses oleh pihak yang berkepentingan. Keamanan operasional juga melibatkan kebijakan mengenai lokasi penyimpanan data dan bagaimana data diperlakukan untuk menghindari potensi pelanggaran atau kebocoran data.

  6. Keamanan Mobile (Mobile Security)

    Perangkat mobile yang terhubung ke jaringan internet juga rentan terhadap ancaman dari aplikasi berbahaya, seperti serangan phishing dan malware. Keamanan mobile melibatkan langkah-langkah untuk mencegah serangan tersebut dan melindungi sistem operasi serta perangkat dari aktivitas jaringan yang mencurigakan. Hal ini termasuk pengaturan izin aplikasi, antivirus khusus perangkat mobile, dan edukasi bagi pengguna untuk tidak menginstal aplikasi yang mencurigakan.

  7. Keamanan IoT (IoT Security)

    Internet of Things (IoT) menghubungkan berbagai perangkat fisik ke internet, seperti kamera keamanan, sensor, dan peralatan rumah tangga pintar. Namun, perangkat IoT sering kali memiliki keamanan yang lemah, sehingga rentan dirusak dan dijadikan pintu masuk ke jaringan perusahaan. Keamanan IoT meliputi proteksi terhadap perangkat dari aktivitas mencurigakan, enkripsi data, serta pemantauan alur jaringan agar setiap perangkat tetap aman dan terhindar dari ancaman siber.

  8. Mitigasi dan Pemulihan (Mitigation and Recovery)

    Selain pencegahan, perusahaan juga harus memiliki rencana mitigasi untuk merespons ancaman siber dan mengurangi dampak yang ditimbulkan. Langkah-langkah mitigasi ini mencakup rencana pemulihan untuk mengembalikan aktivitas dan data perusahaan seperti semula setelah terjadinya serangan. Kebijakan pemulihan yang baik akan menentukan seberapa cepat perusahaan dapat pulih dari ancaman siber dan melanjutkan operasionalnya.

  9. Edukasi End-User (End-User Education)

    Pengguna sering kali menjadi titik lemah dalam keamanan siber. Karena itu, edukasi terhadap pengguna menjadi penting untuk mencegah kesalahan yang dapat membahayakan sistem. Edukasi ini meliputi praktik-praktik seperti menghindari lampiran email mencurigakan, tidak memasukkan USB yang tidak dikenal, dan memperbarui kata sandi secara berkala. Dengan edukasi yang tepat, perusahaan dapat meminimalisir risiko yang disebabkan oleh human error.

Cyber security mencakup berbagai langkah untuk melindungi sistem, jaringan, dan data dari ancaman siber. Setiap jenis keamanan siber memiliki fokus tertentu, mulai dari melindungi jaringan, aplikasi, dan data, hingga perangkat mobile dan IoT. Penting bagi perusahaan dan individu untuk memahami dan menerapkan langkah-langkah cyber security agar dapat melindungi data dan operasional dari potensi serangan siber yang semakin canggih dan beragam.
 

Ancaman Cyber Security

Ancaman cyber security telah berkembang pesat seiring dengan kemajuan teknologi dan internet. Ancaman ini berpotensi menimbulkan kerugian besar bagi individu, organisasi, maupun negara dalam bentuk kehilangan data, kerugian finansial, dan bahkan instabilitas politik. Penting bagi individu maupun perusahaan untuk memahami berbagai jenis ancaman ini agar dapat mengantisipasi serta mengamankan sistem dari serangan yang merugikan.

Berikut adalah berbagai jenis ancaman cyber security beserta penjelasannya, yaitu:

  1. Malware (Malicious Software)

    Malware adalah perangkat lunak berbahaya yang dirancang untuk menginfeksi dan merusak sistem komputer tanpa sepengetahuan pengguna. Contoh malware meliputi virus, spyware, ransomware, dan worm. Malware biasanya menyebar melalui lampiran email yang terinfeksi, aplikasi berbahaya, atau tautan mencurigakan, dan dapat menyebabkan pencurian data hingga gangguan besar pada sistem komputer.

  2. Phishing

    Phishing adalah upaya penipuan yang melibatkan komunikasi palsu. Phising sering kali digunakan melalui email untuk mengelabui korban agar mengungkapkan informasi pribadi, seperti kata sandi atau nomor kartu kredit. Penyerang menyamar sebagai entitas yang sah untuk memancing korban agar mengikuti instruksi atau mengklik tautan yang mengarah ke situs web palsu, sehingga mereka dapat mencuri data penting atau memasang malware di perangkat korban.

  3. Denial of Service (DoS) dan Distributed Denial of Service (DDoS)

    Serangan DoS bertujuan untuk membanjiri suatu server atau jaringan dengan permintaan palsu sehingga layanan menjadi tidak tersedia bagi pengguna. Serangan ini dapat menjadi lebih berbahaya dalam bentuk Distributed Denial of Service (DDoS) dimana penyerang menggunakan banyak perangkat yang terinfeksi untuk melakukan serangan secara bersamaan, sehingga menyebabkan lalu lintas jaringan yang sangat tinggi dan bisa menimbulkan kerusakan pada perangkat keras atau perangkat lunak.

  4. Man-in-the-Middle (MitM)

    Serangan Man-in-the-Middle terjadi ketika seorang penyerang menyadap komunikasi antara dua pihak tanpa sepengetahuan mereka. Biasanya, serangan ini terjadi pada jaringan Wi-Fi yang tidak aman, dimana penyerang dapat menangkap data yang dikirim antara pengguna dan server. Serangan MitM memudahkan penyerang dalam mencuri informasi penting atau mengirimkan informasi palsu.

  5. SQL Injection

    SQL Injection adalah teknik penyerangan yang dilakukan dengan memasukkan kode SQL berbahaya ke dalam aplikasi berbasis database untuk mengambil alih atau mencuri data dari sistem. Dengan memanfaatkan celah keamanan dalam input pengguna, seperti formulir login, penyerang dapat mengakses, mengubah, atau mencuri data pribadi pengguna tanpa izin.

  6. Cyber Crime

    Cyber crime mencakup berbagai tindakan kejahatan digital, seperti pencurian identitas, penipuan finansial, dan perusakan sistem komputer. Biasanya, motif utama di balik kejahatan siber ini adalah keuntungan finansial. Serangan ini dapat dilakukan oleh individu atau kelompok dengan keahlian tinggi dalam teknologi hacking dan dapat terjadi di berbagai lokasi secara bersamaan.

  7. Cyber Attack

    Cyber attack sering kali bersifat politis atau ideologis, dengan tujuan untuk menciptakan gangguan atau mengambil keuntungan dari kelemahan sistem target. Perusahaan, pemerintahan, atau organisasi sering menjadi sasaran dalam cyber attack. Dampaknya dapat berupa pencurian data atau kerusakan sistem yang berakibat pada gangguan operasi serta kerugian besar bagi korban.

  8. Cyber Terrorism

    Cyber terrorism adalah ancaman serius yang dilakukan oleh kelompok teroris dengan tujuan menciptakan kepanikan massal atau ketidakstabilan dalam masyarakat. Biasanya, serangan ini menargetkan infrastruktur penting, seperti situs web pemerintah atau jaringan komunikasi untuk menimbulkan ketakutan dan ketidakpercayaan publik. Dampak cyber terrorism sering kali bersifat destruktif dengan potensi kerugian yang sangat besar.

  9. Cyber Warfare

    Cyber warfare adalah bentuk serangan siber yang dilakukan oleh negara terhadap negara lain untuk mengacaukan atau merusak sistem yang dimiliki oleh negara target. Berbeda dengan perang konvensional, cyber warfare melibatkan perang di dunia maya (cyberspace) dimana targetnya bukan wilayah fisik melainkan infrastruktur digital, seperti jaringan listrik, sistem keuangan, dan infrastruktur penting lainnya. Contoh kasus cyber warfare adalah serangan Amerika Serikat terhadap fasilitas nuklir Iran pada tahun 2008.

Ancaman cyber security memiliki dampak yang luas dan mendalam bagi setiap lapisan masyarakat, mulai dari individu hingga lembaga negara. Dengan memahami jenis-jenis ancaman ini, individu maupun organisasi bisa lebih waspada dalam mengambil tindakan pencegahan untuk melindungi data serta sistem dari serangan yang merugikan. Cyber security perlu menjadi prioritas di era digital saat ini, baik untuk menghindari risiko personal maupun menjaga stabilitas ekonomi dan politik suatu negara.
 

Integrasi Cyber Security dengan Sistem ERP dalam Transformasi Digital

Integrasi Cyber Security dengan sistem ERP (Enterprise Resource Planning) dalam transformasi digital sangat penting untuk melindungi data, menjaga kelancaran operasi, dan memastikan keberlangsungan bisnis. Transformasi digital sering kali membuka akses baru ke dalam sistem ERP, baik bagi pengguna internal maupun eksternal yang meningkatkan eksposur terhadap ancaman siber.

Berikut adalah beberapa cara integrasi Cyber Security dengan ERP dalam transformasi digital, yaitu:

  • Arsitektur Keamanan Terpadu: Dalam transformasi digital, ERP sering terhubung dengan aplikasi lain seperti CRM, IoT, dan e-commerce, sehingga arsitektur keamanan harus terpadu untuk menjaga konsistensi keamanan di setiap komponen, seperti enkripsi data dan otentikasi yang kuat, serta segmentasi jaringan untuk membatasi akses.

  • Otentikasi dan Manajemen Akses Lanjutan: Sistem ERP yang modern mengandalkan otentikasi multi-faktor (MFA) dan Single Sign-On (SSO) untuk memastikan akses yang digunakan aman. Dengan IAM (Identity and Access Management), perusahaan dapat mengatur izin berbasis peran (RBAC) agar hanya pengguna berwenang saja yang bisa mengakses modul tertentu.

  • Enkripsi Data dan Keamanan Transaksi: Enkripsi data baik saat penyimpanan maupun pengiriman data dapat melindungi informasi penting pada sistem ERP, seperti data pelanggan dan data transaksi keuangan. Dengan standar tinggi seperti AES-256, tokenisasi juga digunakan pada data kritis untuk menambah keamanan.

  • Pengawasan dan Analisis Berbasis AI: ERP yang didukung AI dan Machine Learning mampu mendeteksi aktivitas mencurigakan dan ancaman baru secara real-time, sehingga memberikan peringatan otomatis atau tindakan blokir jika ada pola tidak biasa seperti upaya unduh data besar dari lokasi tak dikenal.

  • Penanganan dan Respon Insiden Terintegrasi: ERP modern terintegrasi dengan SIEM untuk memantau dan merespons ancaman, sehingga jika terjadi suatu insiden, sistem akan memberikan notifikasi otomatis dan pencatatan log yang memudahkan tim keamanan melakukan pencegahan dan pemulihan cepat.

  • Compliance dan Governance: Integrasi Cyber Security membantu ERP mematuhi standar keamanan global seperti GDPR dan ISO 27001 dengan kemampuan audit dan pelaporan yang memastikan data diperlakukan sesuai peraturan serta mengurangi risiko sanksi.

  • Pendidikan dan Pelatihan Pengguna: Pengguna ERP membutuhkan pemahaman keamanan yang baik, dan pelatihan berkala, termasuk simulasi serangan siber seperti phishing, sehingga memperkuat kesadaran dan praktik keamanan di lingkungan digital perusahaan.

Dengan mengintegrasikan Cyber Security ke dalam sistem ERP, perusahaan dapat memastikan bahwa keamanan menjadi bagian dari setiap aktivitas bisnis digital. Hal ini dapat membantu menjaga data yang bernilai tinggi, memperkuat kepercayaan pengguna, dan meningkatkan ketahanan perusahaan terhadap ancaman siber di era transformasi digital.
 

Kesimpulan

Cyber Security atau Keamanan Siber merupakan suatu upaya untuk melindungi sistem, jaringan, dan data dari ancaman digital yang dapat merusak atau mencuri informasi dan data penting. Dalam dunia digital yang semakin berkembang, cyber security menjadi bagian penting dalam infrastruktur teknologi untuk memastikan kelancaran operasional dan perlindungan data bisnis. Sejak awal kemunculannya, cyber security terus berkembang pesat dimulai dari langkah-langkah dasar untuk melindungi perangkat keras, hingga strategi keamanan yang kompleks dan terintegrasi sehingga dapat mengamankan informasi pada jaringan global dan cloud. Perubahan ini terutama dipicu oleh transformasi digital yang mengharuskan setiap individu maupun organisasi untuk beradaptasi dengan pendekatan keamanan yang lebih komprehensif dan dinamis.

Seiring dengan berkembangnya cyber security, terdapat beberapa jenis ancaman yang perlu diwaspadai seperti malware, phishing, ransomware dan serangan distributed denial-of-service (DDoS). Malware atau perangkat lunak jahat sering kali digunakan untuk mencuri informasi atau merusak sistem, sementara phishing memanipulasi pengguna untuk memberikan informasi penting. Di sisi lain, ransomware dapat mengenkripsi data sedangkan serangan DDoS bertujuan untuk membuat sistem tidak dapat diakses dengan cara membanjiri jaringan. Setiap jenis ancaman ini menuntut perusahaan agar memiliki strategi pencegahan dan deteksi yang kuat guna meminimalisir risiko.

Dalam transformasi digital, sistem ERP (Enterprise Resource Planning) memainkan peran penting dalam mengelola dan mengintegrasikan berbagai aspek operasional perusahaan. ERP menyediakan data yang terpusat dan dapat diakses secara real-time, namun sekaligus meningkatkan risiko keamanan siber karena data tersebut rentan diserang jika tidak dilindungi dengan baik. Untuk itu, integrasi antara cyber security dan ERP menjadi hal penting bagi perusahaan dimana keduanya harus berjalan beriringan untuk melindungi data penting dari berbagai ancaman. Sebagai contoh, sistem ERP yang terlindungi dapat memanfaatkan teknologi enkripsi dan autentikasi multifaktor untuk memastikan hanya pengguna yang berwenang yang dapat mengakses data penting.

Dalam transformasi digital, penerapan cyber security dalam ERP bukan hanya tentang pencegahan serangan, namun juga membangun kepercayaan dengan pelanggan, mitra, dan karyawan. Ketika cyber security terintegrasi dengan sistem ERP, perusahaan dapat meminimalisir potensi gangguan pada operasional, menjaga integritas data, dan memastikan keberlangsungan bisnis. Hal ini memberikan dasar yang kuat bagi perusahaan untuk terus berinovasi dan bertumbuh tanpa harus khawatir terhadap ancaman digital yang terus berkembang. Dengan begitu, cyber security menjadi fondasi penting untuk perusahaan untuk mencapai keberhasilan jangka panjang dalam lingkungan bisnis.

Liputan Software ERP IDMETAFORA Indonesia!

Jika anda merasa artikel ini bermanfaat, bagikan ke pengikut anda melalui tombol dibawah ini:



Software ERP Indonesia

Artikel rekomendasi untuk Anda