+62 896 6423 0232 | info@idmetafora.com
Software ERP Indonesia IDMETAFORA


Design Thinking: Metode Inovatif untuk Memecahkan Masalah Kompleks

18 October, 2024   |   Zirlynaila

Design Thinking: Metode Inovatif untuk Memecahkan Masalah Kompleks

Pernah dengar istilah Design Thinking? Design Thinking merupakan sebuah metode yang sering dipakai saat perusahaan mengembangkan produk baru, terutama yang berhubungan dengan pengalaman pengguna. Design thinking bukan sekadar metode, tetapi lebih kepada pendekatan yang fokus pada solusi dengan memahami kebutuhan orang-orang yang akan menggunakan produk tersebut.

Saat ini, Design Thinking sudah banyak digunakan di berbagai bidang, seperti bisnis, arsitektur, pendidikan, hingga teknik. Metode ini membantu tim dalam mencari solusi dengan cara yang kreatif dan kolaboratif, bukan hanya melihat masalah dari permukaannya, tapi mencoba menggali hingga ke inti permasalahan. Dengan begitu, solusi yang dihasilkan bisa lebih efektif dan tepat sasaran.

Ingin cari tahu lebih lanjut mengenai Design Thinking? Yuk simak penjelasan berikut ini!
 

Apa itu Design Thinking?

Design Thinking adalah sebuah proses pemecahan masalah yang berpusat pada pengguna dengan tujuan untuk menciptakan solusi inovatif dan efektif. Dengan berfokus pada pengguna, metode Design Thinking melibatkan pemahaman mendalam terhadap kebutuhan pengguna, mempertanyakan asumsi, dan merumuskan masalah dengan cara yang lebih relevan. Proses ini melibatkan tahapan berulang seperti mengamati, merancang, menguji, dan memperbaiki solusi. Di dalam dunia bisnis yang terus berkembang, Design Thinking membantu perusahaan dalam menciptakan produk atau layanan yang lebih sesuai dengan kebutuhan pengguna, sehingga meningkatkan peluang kesuksesan.

Design Thinking pertama kali diperkenalkan oleh John E. Arnold dalam bukunya yang berjudul Creative Engineering pada tahun 1959. Sejak saat itu, banyak ahli seperti L. Bruce Archer dan Herbert Simon ikut mengembangkan konsep Design Thinking dengan menyarankan bahwa metode ini harus dilakukan secara sistematis dan berbasis eksperimen. Proses Design Thinking tidak hanya digunakan oleh desainer, tetapi telah meluas ke berbagai bidang seperti bisnis, teknologi, arsitektur, teknik dan pendidikan karena kemampuannya dalam menghadirkan solusi kreatif untuk masalah kompleks.

Salah satu keunggulan Design Thinking adalah kemampuannya dalam membantu menciptakan inovasi dengan cara-cara yang tidak terpikirkan sebelumnya. Dengan menempatkan pengguna sebagai pusat pemecahan masalah, desainer atau tim pengembang dapat melihat permasalahan dari sudut pandang yang lebih luas, sehingga menghasilkan solusi yang lebih relevan dan bermanfaat. Hal ini tercapai melalui berbagai metode seperti brainstorming, pembuatan prototype, dan uji coba langsung dengan pengguna.

Dalam dunia bisnis, Design Thinking memainkan peran penting dalam membantu perusahaan untuk memahami kebutuhan konsumen mereka secara lebih baik. Dengan mengikuti proses yang berfokus pada empati, definisi masalah, ideasi, pembuatan prototype, dan pengujian, perusahaan dapat terus berinovasi dan menciptakan produk atau layanan yang lebih unggul.
 

Mengapa Design Thinking itu Penting?

Design Thinking penting karena membantu perusahaan memusatkan perhatian pada kebutuhan pelanggan, pengguna, atau konsumen produk mereka. Dalam menjalankan tugas yang terkait dengan pemecahan masalah, memahami perspektif dan kebutuhan pengguna menjadi sangat penting untuk menciptakan solusi yang efektif. Dengan Design Thinking, perusahaan dapat lebih fokus pada cara-cara inovatif untuk menyelesaikan masalah yang relevan, sekaligus memastikan bahwa solusi yang dihasilkan sesuai dengan kebutuhan pengguna.

Penerapan Design Thinking mendorong perusahaan untuk lebih proaktif dalam mengembangkan produk, layanan, dan model bisnis yang berpusat pada pengguna. Dengan cara ini, perusahaan tidak hanya menghasilkan solusi yang lebih inovatif tetapi juga dapat berkembang lebih baik secara internal. Misalnya, proses kerja menjadi lebih efisien, produk menjadi lebih relevan dengan pasar, dan pelayanan pelanggan ditingkatkan. Penerapan Design Thinking juga memotivasi karyawan untuk lebih kreatif dalam memecahkan masalah, sehingga meningkatkan produktivitas perusahaan.
 

Manfaat Design Thinking

Design Thinking memberikan banyak manfaat baik bagi karyawan maupun perusahaan, terutama dalam meningkatkan daya saing dan inovasi. Dengan fokus pada pemahaman mendalam tentang kebutuhan pengguna, pendekatan ini mendorong solusi kreatif dan adaptif yang relevan dengan dinamika bisnis modern.

Berikut ini adalah beberapa manfaat yang dapat diperoleh dari penerapan Design Thinking, yaitu:

  • Mengutamakan kebutuhan pengguna dalam setiap kegiatan bisnis: Design Thinking memastikan bahwa setiap solusi dan inovasi yang dihasilkan selalu berorientasi pada kebutuhan dan masalah nyata pengguna, sehingga bisnis lebih relevan dan user-centric.

  • Meningkatkan kreativitas tim dan individu: Dengan menerapkan proses yang terbuka untuk eksplorasi ide, Design Thinking mendorong karyawan untuk berpikir secara kreatif dan menghasilkan solusi inovatif dalam menghadapi tantangan bisnis.

  • Mendorong kolaborasi yang lebih efektif: Pendekatan Design Thinking memfasilitasi kerja sama tim yang solid, di mana anggota tim diajak untuk berpikir di luar kebiasaan (out of the box) dan aktif berkontribusi dalam proses pemecahan masalah. Hal tersebut dapat menciptakan lingkungan kolaboratif yang produktif.

  • Memperkuat kemampuan beradaptasi terhadap perubahan bisnis: Design Thinking membantu perusahaan lebih siap dalam menghadapi perubahan dinamis di dunia bisnis yang terus berkembang dengan menemukan alternatif solusi dan mencoba pendekatan baru secara terus-menerus.

  • Menemukan solusi optimal melalui pengujian berulang: Prototyping dan testing yang dilakukan secara berulang-ulang memastikan bahwa solusi yang dihasilkan telah melewati evaluasi yang matang, sehingga perusahaan dapat mengimplementasikan solusi yang paling efektif dan efisien.

  • Meningkatkan nilai bisnis melalui pengalaman pengguna yang lebih baik: Ketika pengguna merasa nyaman dan puas dengan solusi yang ditawarkan, loyalitas dan kepercayaan mereka terhadap perusahaan akan meningkat, sehingga pada akhirnya menambah nilai bisnis secara keseluruhan.

  • Menyediakan metode pemecahan masalah yang fleksibel dan adaptif: Design Thinking memberikan kerangka kerja yang dapat diterapkan di berbagai situasi dan tantangan bisnis, memudahkan perusahaan untuk tetap agile dan responsif terhadap berbagai kondisi pasar yang berubah.

  • Mempercepat proses inovasi: Dengan pendekatan yang terstruktur namun fleksibel, Design Thinking mempercepat pengembangan ide menjadi solusi nyata yang siap diuji dan diterapkan di pasar, sehingga inovasi dapat lebih cepat diwujudkan.

  • Meningkatkan efisiensi operasional: Melalui proses iteratif yang terus diperbaiki berdasarkan feedback nyata dari pengguna, Design Thinking membantu perusahaan menghindari kesalahan yang fatal dan memerlukan biaya yang mahal serta memperbaiki efisiensi dalam pengembangan produk atau layanan.

  • Membangun budaya inovasi yang berkelanjutan: Dengan selalu menempatkan pengguna sebagai fokus dan mendorong eksperimen serta kreativitas, perusahaan dapat membangun budaya inovasi yang terus berkembang, sehingga menjadi kekuatan dalam menghadapi kompetisi di pasar.

Design Thinking menawarkan pendekatan yang berpusat pada pengguna, meningkatkan kreativitas, kolaborasi, dan kemampuan adaptasi dalam menghadapi tantangan bisnis. Proses ini membantu perusahaan menemukan solusi inovatif yang efektif, meningkatkan nilai bisnis, dan mempercepat inovasi, sekaligus membangun budaya kerja yang lebih kolaboratif dan berfokus pada solusi optimal untuk kebutuhan pengguna.
 

Komponen dalam Design Thinking

Design thinking adalah metode pendekatan inovatif yang digunakan untuk menyelesaikan masalah dengan berfokus pada pengguna. Pendekatan ini terdiri dari empat komponen yang saling terkait, yaitu people-centered, iterative, highly creative, dan hands on.

Berikut ini merupakan penjelasan lebih detail mengenai empat komponen Design Thinking, yaitu:

  1. People Centered

    Pada dasarnya, design thinking berpusat pada manusia (people-centered) yang fokus utamanya yaitu dengan memahami secara mendalam masalah yang dihadapi oleh pengguna, bukan hanya dari luar, tetapi juga dari sisi emosional, kebutuhan, dan keinginan pengguna. Design Thinking menggunakan empati sebagai dasar, di mana perancang benar-benar menempatkan diri di posisi pengguna. Empati membantu perancang untuk benar-benar mengidentifikasi masalah yang dihadapi manusia dan memberikan solusi yang berguna dan relevan.

    Sebagai contoh yaitu produk yang sukses terbentuk dari pemahaman mendalam tentang masalah pengguna. Sebuah produk tidak boleh hanya hadir sebagai solusi umum tanpa memecahkan masalah yang spesifik. Oleh karena itu, Design Thinking tidak hanya berfokus pada produk atau teknologi, tetapi juga pada manusia yang akan menggunakannya.

  2. Iterative

    Design Thinking bukanlah proses yang selalu berjalan secara berurutan, melainkan bersifat iteratif dan fleksibel. Proses iteratif dalam Design Thinking artinya langkah-langkah dalam metode yang dilakukan secara berulang-ulang sampai solusi terbaik ditemukan. Dalam proses iteratif ini, sebuah prototype dibuat lalu diuji pada pengguna dan diulang untuk memperbaiki masalah yang teridentifikasi selama proses uji coba.

    Contoh iterasi bisa dilihat dalam siklus pengembangan aplikasi. Saat aplikasi pertama kali diluncurkan, mungkin ada feedback dari pengguna mengenai fitur yang kurang efisien. Dari situ, tim desain kembali ke tahap awal untuk memperbaiki dan menyempurnakan produknya. Iterasi ini dilakukan terus menerus untuk memastikan bahwa solusi yang diberikan benar-benar menjawab kebutuhan pengguna.

  3. Highly Creative

    Kreativitas memegang peran penting dalam Design Thinking. Kreativitas di sini bukan hanya tentang menghasilkan sesuatu yang baru, tapi juga menghubungkan ide-ide yang sudah ada dengan cara yang berbeda untuk menghasilkan solusi yang inovatif. Design Thinking mendorong perancang untuk mengembangkan perspektif baru dan menciptakan solusi inovatif yang tidak terikat pada metode atau pola konvensional. Proses ini membantu perancang mengeksplorasi berbagai kemungkinan dengan cara kreatif, mempertimbangkan kebutuhan pengguna secara mendalam, dan menghasilkan ide-ide yang relevan dan efektif dalam menyelesaikan tantangan yang ada.

    Solusi yang ditawarkan harus up to date dan memberi nilai tambah bagi pengguna. Jika solusi yang ditawarkan sudah pernah ada atau tidak menawarkan sesuatu yang berbeda, kemungkinan besar pengguna tidak akan tertarik. Kreativitas dalam Design Thinking juga bukan cuma soal tampilan, tetapi lebih pada menemukan cara-cara baru untuk menyelesaikan masalah.

  4. Hands-On

    Hands-on dalam design thinking berarti proses yang melibatkan pembuatan prototype. Prototype adalah model awal dari sebuah produk yang dibuat untuk membantu tim desain untuk segera menguji ide-ide mereka. Dengan membuat prototype, tim desain bisa mendapatkan feedback langsung dari pengguna dan melihat bagaimana produk tersebut bekerja secara nyata sebelum benar-benar diluncurkan.

    Prototyping memudahkan pengujian awal tanpa harus menghabiskan sumber daya besar untuk mengembangkan produk yang sudah selesai. Sebagai contoh, jika ingin membuat aplikasi baru, buatlah prototype sederhana untuk melihat bagaimana pengguna berinteraksi dengan produk tersebut. Feedback ini kemudian digunakan untuk melakukan perbaikan sebelum versi finalnya diluncurkan.

Keempat komponen ini saling berkaitan dan membentuk proses yang saling berkaitan dalam Design Thinking, di mana setiap langkah bertujuan menghasilkan solusi yang efektif, kreatif, dan benar-benar menjawab kebutuhan pengguna.
 

6 Tahapan Design Thinking

Proses Design Thinking adalah pendekatan inovatif yang digunakan untuk memecahkan masalah dengan berfokus pada pemahaman mendalam tentang kebutuhan pengguna. Pendekatan ini sering diterapkan oleh banyak perusahaan dan organisasi untuk mengembangkan solusi kreatif dan praktis yang relevan bagi pengguna.

Design Thinking terdiri dari beberapa tahapan yang bersifat iteratif dan tidak harus dilakukan secara berurutan. Desainer bisa kembali ke tahap sebelumnya untuk menggali lebih dalam atau menyesuaikan solusi berdasarkan feedback yang diperoleh. Tahapan ini membantu menciptakan solusi yang lebih baik dan lebih sesuai dengan kebutuhan nyata pengguna.

Berikut adalah penjabaran mengenai 6 tahapan Design Thinking, yaitu:

  1. Empathize (Berempati)

    Tahap ini merupakan tahap awal untuk memahami masalah dari sudut pandang pengguna. Dalam tahap ini, desainer perlu mengumpulkan wawasan sebanyak mungkin tentang kebutuhan, perasaan, dan kesulitan yang dihadapi oleh pengguna. Tujuan dari tahap ini adalah untuk mendapatkan pemahaman mendalam mengenai apa yang benar-benar diinginkan dan dibutuhkan oleh pengguna. Proses ini bisa melibatkan observasi, wawancara, atau bahkan berinteraksi langsung dengan pengguna.

  2. Define (Merumuskan Masalah)

    Setelah mengumpulkan data dari tahap Empathize, desainer akan menganalisis dan mensintesis informasi tersebut untuk merumuskan masalah yang jelas. Tahap ini bertujuan untuk menyusun pernyataan masalah yang berfokus pada kebutuhan pengguna, bukan pada solusi. Pernyataan masalah yang baik adalah yang mengidentifikasi masalah yang sebenarnya dihadapi oleh pengguna dan memberikan panduan bagi tahap selanjutnya dalam proses desain.

  3. Ideate (Berkreasi dengan Ide)

    Tahap ini adalah proses brainstorming di mana tim kreatif menghasilkan berbagai solusi potensial. Tujuannya adalah untuk menghasilkan sebanyak mungkin ide tanpa membatasi kreativitas. Berbagai teknik brainstorming seperti mind mapping, sketching, atau menggunakan metode "Yes, And..." sering kali digunakan di tahap ini. Setelahnya, tim dapat mulai mengevaluasi ide-ide yang dihasilkan dan memilih beberapa yang paling sesuai untuk dikembangkan lebih lanjut.

  4. Prototype (Membuat Prototipe)

    Prototipe adalah representasi visual atau fisik dari ide yang dipilih, yang bertujuan untuk menguji dan mengembangkan solusi lebih lanjut. Prototipe bisa berupa model kasar, mock-up, atau simulasi produk. Pada tahap ini, penting untuk membuat prototipe dengan cepat agar bisa segera diuji oleh pengguna. Prototipe yang sederhana dan iteratif memungkinkan tim untuk menerima umpan balik awal dan mengidentifikasi potensi masalah lebih dini.

  5. Test (Uji Coba)

    Pada tahap ini, prototipe yang telah dibuat diuji dengan pengguna sebenarnya. Melalui uji coba, desainer dapat mengumpulkan umpan balik tentang bagaimana pengguna merespons dan berinteraksi dengan solusi yang ditawarkan. Tahap ini sering kali mengungkapkan masalah yang tidak terduga, memberikan wawasan yang berharga untuk memperbaiki produk lebih lanjut. Setelah mendapatkan hasil dari tes, tim dapat kembali ke tahap sebelumnya jika perlu untuk menyempurnakan solusi.

  6. Implement (Implementasi)

    Implement adalah tahap di mana solusi yang telah diuji dan disempurnakan siap untuk diluncurkan atau diimplementasikan dalam skala yang lebih besar. Pada tahap ini, solusi tidak hanya diuji secara teknis, tetapi juga dari segi bisnis dan operasional untuk memastikan bahwa solusi tersebut siap untuk memenuhi kebutuhan pengguna dengan cara yang berkelanjutan. Implementasi melibatkan peluncuran produk atau layanan serta pemantauan kinerja untuk memastikan efektivitas solusi dalam jangka panjang.

Setiap tahapan ini bersifat iteratif, yang berarti desainer dapat kembali ke tahap sebelumnya kapan pun mereka menemukan ide baru atau masalah tambahan.
 

Kelebihan Design Thinking

Kelebihan Design Thinking berfokus pada karakteristik unik yang membuatnya efektif sebagai pendekatan pemecahan masalah. Dengan pendekatan yang berpusat pada pengguna, Design Thinking membantu tim untuk memahami kebutuhan dan keinginan pengguna secara mendalam. Selain itu, sifat iteratifnya membantu dalam mengembangkan dan menyempurnakan solusi berkelanjutan, sehingga menghasilkan produk atau layanan yang lebih relevan dan tepat guna.

Berikut ini merupakan beberapa kelebihan Design Thinking, yaitu:

  • Pendekatan Human-Centered: Design Thinking menempatkan kebutuhan pengguna sebagai fokus utama, sehingga solusi yang dihasilkan benar-benar relevan dengan pengalaman dan masalah nyata mereka.

  • Iteratif dan Fleksibel: Prosesnya tidak kaku dan memudahkan pengulangan atau pengembangan ide-ide baru di setiap tahapan, memastikan solusi akhir terus disempurnakan hingga optimal.

  • Mendorong Kreativitas: Dengan menekankan pemikiran bebas dan eksploratif, Design Thinking membuka ruang bagi ide-ide inovatif yang mungkin tidak terpikirkan dalam pendekatan tradisional.

  • Kolaboratif: Mendorong kerja sama lintas departemen dan disiplin ilmu, yang menggabungkan perspektif berbeda untuk menciptakan solusi yang lebih spesifik.

  • Problem-Solving yang Mendalam: Design Thinking membantu mengidentifikasi akar permasalahan dengan cara yang lebih komprehensif melalui empati dan penelitian mendalam terhadap pengguna.

  • Proses yang Terukur dan Terstruktur: Meskipun kreatif, Design Thinking memiliki struktur jelas yang membantu mengarahkan tim untuk tetap fokus pada tujuan dan efisiensi selama proses.

Design Thinking memiliki kelebihan dalam pendekatan yang berfokus pada manusia, fleksibilitas proses, dan kemampuan untuk mendorong kreativitas serta kolaborasi lintas tim. Pendekatan ini memberikan kemudahan dalam memecahkan masalah yang lebih mendalam dan solutif, dengan proses iteratif yang terus menyempurnakan solusi hingga benar-benar optimal dan relevan bagi pengguna.
 

Kekurangan Design Thinking

Design Thinking memang memberikan banyak manfaat, namun seperti pendekatan lainnya, Design Thinking juga memiliki beberapa kekurangan yang perlu dipertimbangkan sebelum diterapkan. Meskipun metode ini efektif dalam memecahkan masalah kompleks dengan pendekatan yang kreatif dan berpusat pada pengguna, terdapat sejumlah kekurangan yang bisa memengaruhi efektivitasnya, terutama dalam hal durasi, partisipasi, dan eksekusi.

Berikut ini merupakan beberapa kekurangan Design Thinking, yaitu:

  • Memerlukan Partisipasi Pengguna yang Intensif: Design Thinking berfokus pada pengguna, yang berarti partisipasi mereka diperlukan dalam berbagai tahap, seperti penelitian, wawancara, pengembangan ide, hingga pengujian prototipe. Hal ini dapat menjadi tantangan, karena melibatkan pengguna secara aktif membutuhkan lebih banyak sumber daya, baik waktu maupun tenaga.

  • Durasi Proyek yang Lebih Lama: Setiap fase dalam Design Thinking memerlukan proses mendalam, mulai dari penelitian hingga pengujian, yang dapat memperpanjang waktu proyek. Misalnya, wawancara dengan pengguna mungkin memakan waktu berminggu-minggu, sehingga proses ini harus direncanakan dengan baik agar tidak mengganggu timeline proyek.

  • Potensi Mengabaikan Ekosistem Lain yang Relevan: Karena terlalu fokus pada kebutuhan pengguna, pendekatan ini sering mengabaikan aspek-aspek lain dari ekosistem, seperti kebutuhan internal tim atau staf. Hal ini dapat menyebabkan ketidakseimbangan antara solusi untuk pengguna dan beban kerja tim internal yang bertanggung jawab menjalankannya.

  • Tidak Memperhatikan Skenario Terburuk: Design Thinking cenderung berfokus pada skenario terbaik, sehingga perusahaan mungkin mengabaikan risiko atau kemungkinan kegagalan. Hal ini dapat mengakibatkan kurangnya persiapan terhadap skenario terburuk yang mungkin terjadi di masa mendatang.

  • Kurang Efektif untuk Masalah Sederhana: Design Thinking sangat cocok untuk masalah yang kompleks, namun bisa menjadi terlalu berlebihan jika diterapkan pada masalah yang sederhana. Proyek dengan solusi straightforward bisa tersendat oleh proses yang terlalu rumit dan berlapis-lapis.

Dengan mempertimbangkan kekurangan-kekurangan yang ada, perusahaan harus bijak dalam memilih kapan dan bagaimana menggunakan Design Thinking agar proses ini tetap relevan dan memberikan nilai tambah tanpa menimbulkan hambatan.
 

Penerapan Design Thinking dalam Pengembangan ERP

Penerapan Design Thinking dalam pengembangan dan implementasi ERP (Enterprise Resource Planning) dapat membantu memastikan bahwa solusi ERP yang dikembangkan benar-benar memenuhi kebutuhan pengguna.

Berikut adalah bagaimana pendekatan Design Thinking dapat diterapkan dalam pengembangan dan implementasi ERP, yaitu:

  1. Empathize (Membangun Empati dengan Pengguna ERP)

    Pada tahap ini, tim ERP melakukan investigasi mendalam tentang kebutuhan pengguna. Melibatkan wawancara, survei, dan observasi langsung dengan para pengguna seperti staf akuntansi, HR, gudang, dan manajemen untuk memahami tantangan yang dihadapi dalam proses bisnis sehari-hari.

  2. Define (Merumuskan Masalah Nyata)

    Setelah memahami kebutuhan pengguna, tim merumuskan masalah utama yang perlu dipecahkan. Hal tersebut bisa berupa masalah teknis atau proses kerja yang memerlukan solusi dari sistem ERP.

  3. Ideate (Menghasilkan Solusi yang Berpusat pada Pengguna)

    Berdasarkan masalah yang sudah didefinisikan, tim ERP dan pengguna berdiskusi untuk sesi brainstorming. Dalam sesi ini, mereka menciptakan ide-ide tentang bagaimana fitur ERP baru dapat membantu menyelesaikan masalah yang dihadapi pengguna.

  4. Prototype (Membangun Prototipe Sistem ERP)

    Pada tahap ini, prototipe dari solusi ERP dikembangkan. Prototipe bisa berupa desain awal antarmuka atau modul ERP yang sederhana dan terbatas, tetapi cukup untuk menunjukkan cara kerja fitur yang diusulkan.

  5. Test (Uji Coba dengan Pengguna)

    Prototipe yang sudah dibuat lalu diujicoba kepada pengguna akhir. Pengguna ERP, seperti staf gudang atau tim keuangan, mencoba fitur atau modul baru dan memberikan umpan balik mengenai kegunaannya dalam aktivitas sehari-hari.

  6. Implement (Implementasi Solusi ERP)

    Setelah melalui pengujian dan perbaikan, solusi ERP yang telah diuji diterapkan ke dalam sistem perusahaan secara menyeluruh. Tim melakukan pelatihan untuk pengguna agar memastikan bahwa semua fitur berjalan sesuai harapan dan dukungan teknis siap diberikan untuk membantu pengguna saat terjadi masalah.

Dengan menerapkan pendekatan Design Thinking dalam pengembangan ERP, perusahaan dapat memastikan bahwa sistem yang diimplementasikan benar-benar mendukung kebutuhan operasional bisnis dan memberikan pengalaman yang lebih baik bagi pengguna.
 

Kesimpulan

Design Thinking merupakan salah satu pendekatan inovatif yang berfokus pada pengguna untuk memecahkan masalah secara kreatif. Hal tersebut melibatkan pemahaman mendalam terhadap kebutuhan pengguna, eksplorasi ide, pembuatan prototipe, dan pengujian solusi secara iteratif. Design Thinking juga sangat penting karena membantu perusahaan agar lebih responsif terhadap kebutuhan pasar dan menciptakan solusi yang benar-benar relevan dengan pengguna. Dalam pengembangan ERP, pendekatan Design Thinking dapat membantu merancang sistem yang lebih interaktif dan user-friendly, serta memastikan bahwa fitur yang dikembangkan sesuai dengan kebutuhan operasional bisnis.

Keunggulan Design Thinking terletak pada kemampuannya mendorong kolaborasi antar tim, meningkatkan inovasi, dan menciptakan solusi yang lebih efektif. Keunggulan Design Thinking yang lain termasuk pengurangan risiko dalam pengembangan produk dan peningkatan kepuasan pengguna. Namun, terdapat juga beberapa kekurangan dari Design Thinking seperti proses yang memakan waktu dan sumber daya, serta risiko gagal jika tidak dilakukan dengan benar. Tahapan Design Thinking meliputi empathize, define, ideate, prototype, test dan implement yang saling terhubung secara iteratif satu sama lain dalam menciptakan solusi yang inovatif dan efektif. Penerapan dalam pengembangan ERP membuat sistem lebih adaptif, ramah pengguna, dan lebih efektif dalam mendukung berbagai proses bisnis.

Liputan Software ERP IDMETAFORA Indonesia!

Jika anda merasa artikel ini bermanfaat, bagikan ke pengikut anda melalui tombol dibawah ini:



Software ERP Indonesia

Artikel rekomendasi untuk Anda