+62 896 6423 0232 | info@idmetafora.com
Software ERP Indonesia IDMETAFORA


Six Sigma: Strategi Peningkatan Kualitas untuk Efisiensi Bisnis

17 October, 2024   |   hurulprasetya

Six Sigma: Strategi Peningkatan Kualitas untuk Efisiensi Bisnis

Six Sigma adalah sebuah metodologi manajemen yang berfokus pada peningkatan kualitas dan efisiensi proses bisnis melalui pengurangan variabilitas dan cacat. Tujuannya adalah mencapai tingkat kesempurnaan atau kinerja yang sangat tinggi, di mana hanya terdapat 3,4 cacat per satu juta peluang (DPMO – Defects Per Million Opportunities). Six Sigma diterapkan dengan menggunakan pendekatan berbasis data dan alat-alat statistik untuk mengidentifikasi, menganalisis, dan memperbaiki masalah dalam proses, sehingga meningkatkan kinerja organisasi secara keseluruhan.
 

Apa itu Six Sigma?

Menurut American Society of Quality, Six Sigma adalah sebuah tool atau cara perusahaan dapat mengembangkan kapasitas proses bisnis. Tujuan metode ini adalah meningkatkan performa dan menurunkan kemungkinan kesalahan.

Pada akhirnya, Six Sigma mampu mewujudkan proses sebuah perusahaan yang kualitas produksinya lebih baik, meningkatkan keuntungan, dan bahkan meningkatkan semangat karyawan. Six Sigma mendapatkan namanya dari kata “six” yang berarti enam (6) dan “sigma” yang berarti standar deviasi, yaitu salah satu ukuran sebaran data dalam ilmu statistika. Metodologi ini berasal dari kurva lonceng dalam statistika, di mana satu sigma melambangkan satu standar deviasi dari mean atau rata-rata.

Jika suatu proses memiliki enam sigma yang terdiri dari tiga sigma di atas dan di bawah, tingkat  kegagalannya dinilai rendah. Secara sederhana, semakin tinggi nilai sigma, semakin kecil kemungkinan cacat sebuah proses.
Selain itu, nama Six Sigma berasal dari istilah statistik, di mana "sigma" (σ) mengacu pada standar deviasi, yang merupakan ukuran variabilitas dalam proses. Dalam Six Sigma, tujuan utamanya adalah memastikan bahwa hasil dari suatu proses tetap berada dalam batas yang dapat diterima, dan variasi yang dihasilkan dari proses tersebut dikurangi hingga mendekati nol. Proses yang memenuhi standar Six Sigma beroperasi pada tingkat kinerja di mana kesalahan atau cacat hampir tidak pernah terjadi.

Metodologi ini menggabungkan teori statistik, analisis proses, dan prinsip-prinsip manajemen untuk memastikan bahwa setiap langkah dalam proses produksi atau layanan dilakukan dengan cara yang efisien, akurat, dan konsisten. Hal ini pada akhirnya akan meningkatkan kualitas produk atau layanan yang ditawarkan serta menurunkan biaya operasional karena berkurangnya pemborosan atau kesalahan.
 

Sejarah Six Sigma

Six Sigma dikembangkan oleh Motorola pada tahun 1980-an sebagai bagian dari upaya perusahaan untuk meningkatkan kualitas produk dan mengurangi tingkat cacat. Bill Smith, seorang insinyur di Motorola, adalah tokoh utama yang mengembangkan metodologi ini. Motorola mengadopsi Six Sigma sebagai standar untuk memperbaiki kualitas produk dan layanan mereka, serta mencapai efisiensi operasional yang lebih baik.

Keberhasilan Motorola dalam mengurangi cacat hingga 80% dengan penerapan Six Sigma menarik perhatian perusahaan-perusahaan besar lainnya. Salah satu perusahaan yang terkenal dalam mempopulerkan Six Sigma adalah General Electric (GE). Di bawah kepemimpinan Jack Welch, GE menerapkan Six Sigma ke seluruh operasional perusahaan, yang menghasilkan penghematan miliaran dolar dan peningkatan kualitas secara signifikan. Penerapan Six Sigma oleh GE menjadikannya sebagai metodologi global yang diadopsi oleh banyak organisasi di berbagai sektor industri.
 

5 Prinsip Six Sigma

Untuk mengerti bagaimana mengimplementasikan metodologi Six Sigma dalam bisnis, kamu harus memahami lima konsep dasarnya. Konsep Six Sigma memiliki tujuan yang sederhana, yaitu menghasilkan proses yang mendekati sempurna semaksimal mungkin.

Hal ini dilakukan untuk melakukan transformasi bisnis agar kepuasan konsumen bisa optimal.
Nah, berikut adalah 5 prinsip dasar metodologi ini:
 

  1. Fokus pada konsumen
    Pasti kamu pernah mendengar istilah “konsumen adalah raja”. Hal ini pun berlaku dalam metodologi ini, dan sifatnya sangat penting. Six Sigma harus berhasil memaksimalkan manfaat bagi konsumen.

    Oleh karena itu, bisnis yang berusaha menggunakan metode Six Sigma harus memahami konsumennya dengan baik dan mengetahui apa yang memuaskan mereka.
     

  2. Mengukur value stream dan mengidentifikasi masalah
    Melakukan pemetaan proses adalah hal yang wajib dilakukan untuk mengetahui potensi masalah yang mungkin terjadi. Data harus dikumpulkan untuk mengidetifikasi masalah yang perlu diselesaikan. Untuk implementasi Six Sigma yang efektif, penting untuk menentukan tujuan yang jelas agar pengumpulan data dapat dilakukan dengan tepat.
     

  3. Eliminasi proses yang tidak perlu
    Setelah masalah ditemukan, lakukan perubahan proses untuk mengurangi aktivitas atau proses yang tidak memberikan manfaat bagi produk akhir. Hal ini dilakukan untuk meningkatkan kualitas dan efisiensi proses dengan membuatnya lebih lancar.
     

  4. Partisipasi semua pihak
    Agar strategi yang disusun berhasil, libatkanlah para stakeholder agar permasalahan dan penyelesaiannya dapat diidentifikasi secara maksimal. Six Sigma dapat berdampak besar bagi perusahaan.

    Oleh karena itu, semua orang yang terlibat harus benar-benar memahami konsep dan aplikasinya dalam bisnis untuk mengurangi risiko kegagalan dan melancarkan proses.
     

  5. Ekosistem yang fleksibel dan responsif
    Dalam konsep Six Sigma, segala bentuk inefisiensi atau pemborosan harus disingkirkan.

    Oleh karena itu, perusahaan harus membangun budaya perusahaan yang fleksibel dan responsif khususnya dalam melakukan perubahan dalam prosedur agar lebih efektif. Semua karyawan harus siap melakukan perubahan dengan cepat.
     

Jabatan Dalam Six Sigma

Sejatinya, supaya strategi Six Sigma bisa berjalan dengan lancar, ia memerlukan lapisan infrastruktur yang kuat. Selain itu, pada lapisan-lapisan infrastruktur tersebut, dibutuhkan juga pekerja yang akan memegang jabatan tertentu. Pemegang jabatan ini bertugas untuk memastikan bahwa setiap departemen dalam perusahaan sudah menerima sumber daya yang mereka butuhkan.

Nah, memangnya, apa saja jabatan yang terdapat dalam infrastruktur Six Sigma? Berikut adalah daftar dan penjelasannya.
 

  1. Champion/sponsor
    Jabatan paling tinggi dalam infrastruktur Six Sigma adalah champion atau sponsor. Para pemegang jabatan ini berada di puncak hierarki manajemen dan bertugas untuk mengkoordinasikan roadmap bisnis.

    Tak hanya itu, champion juga bertanggung jawab untuk memilih rencana proyek, menjalankan pengawasan, dan mengurangi berbagai hambatan serta risiko dalam proyek .
     

  2. Master black belt
    Jabatan berikutnya yang terdapat dalam lapisan infrastruktur Six Sigma merupakan para master black belt. Sebagai pemegang gelar master, mereka yang menyandang posisi ini umumnya bertugas sebagai mentor. Tujuan utama mereka adalah untuk membawa organisasi menjadi lebih sukses dan meraih kompetensi serta cita-cita yang sudah ditetapkan.

    Perlu diketahui juga bahwa jabatan master black belt harus diisi oleh pekerja yang memiliki tingkat kemahiran teknis dan kepimimpinan tinggi.

    Pasalnya, sebagai mentor, mereka harus melatih jabatan yang berada di bawahnya serta mengevaluasi kinerja para anggotan tim.
     

  3. Black belt
    Menurut laman Sixsigmastudy, posisi selanjutnya yang berada di dalam hierarki Six Sigma adalah para black belt. Mereka adalah para pemimpin tim yang harus menerapkan metodologi bisnis dan Six Sigma di dalam proyeknya. Pemegang jabatan ini juga harus memperkenalkan alat dan sumber daya yang akan digunakan kepada setiap anggota tim dalam proyek.
     

  4. Green belt
    Green belt merupakan jabatan lainnya yang terdapat di dalam infrastruktur metodologi Six Sigma. Mereka ini adalah para pekerja yang bertanggung jawab atas seluruh proses kerja dan produktivitas di dalam sbeuah departemen. Pemegang jabatan ini juga bertugas untuk menyelesaikan semua paket kerja yang sebelumnya sudah ditargetkan oleh para black belt.
     

  5. Anggota tim/white dan yellow belt
    Jabatan terakhir yang terdapat di dalam hierarki Six Sigma adalah para anggota tim. Mereka bertanggung jawab untuk menyelesaikan fokus pekerjaan yang tergolong kecil dan menerima pelatihan dari para mentor. Posisi ini juga terkadang disebut sebagai pemegang white dan yellow belt.

 

Prinsip-Prinsip Utama Six Sigma

Six Sigma berlandaskan beberapa prinsip inti yang mendasari seluruh pendekatan ini:

  1. Fokus pada Pelanggan (Customer Focus): Pelanggan adalah pusat dari setiap inisiatif Six Sigma. Metodologi ini berusaha untuk memastikan bahwa produk atau layanan yang dihasilkan memenuhi atau melebihi harapan pelanggan. Kepuasan pelanggan menjadi ukuran kesuksesan dalam proyek Six Sigma.

  2. Pengurangan Variabilitas (Reduction of Variation): Proses yang stabil dan konsisten menghasilkan kualitas yang tinggi. Six Sigma berupaya mengidentifikasi sumber-sumber variasi dalam proses dan menghilangkannya sehingga hasil proses dapat diprediksi dengan lebih baik.

  3. Keputusan Berbasis Data (Data-Driven Decision Making): Setiap langkah dalam Six Sigma didorong oleh data. Pengambilan keputusan berdasarkan intuisi atau asumsi diminimalisir, dan sebagai gantinya, organisasi memanfaatkan analisis statistik untuk memahami masalah dan peluang.

  4. Pendekatan Sistematis dan Terstruktur: Six Sigma menggunakan metode yang terstruktur dan terorganisir seperti DMAIC (Define, Measure, Analyze, Improve, Control) atau DMADV (Define, Measure, Analyze, Design, Verify) dalam menjalankan proyek-proyek perbaikan.

  5. Perbaikan Berkelanjutan (Continuous Improvement): Tidak ada titik akhir dalam Six Sigma. Organisasi yang menerapkan Six Sigma terus menerus mencari cara untuk memperbaiki dan menyempurnakan proses.

  6. Kolaborasi dan Keterlibatan Tim (Teamwork and Collaboration): Proyek Six Sigma memerlukan kerjasama dari berbagai bagian dalam organisasi. Karyawan dilibatkan dalam identifikasi masalah, analisis, dan pelaksanaan perbaikan.
     

Metodologi Six Sigma: DMAIC dan DMADV

Six Sigma menggunakan dua metodologi utama yang masing-masing diterapkan sesuai dengan tujuan spesifik:

DMAIC (Define, Measure, Analyze, Improve, Control):

  • Define (Definisikan): Menetapkan masalah, tujuan, dan harapan pelanggan.

  • Measure (Ukur): Mengumpulkan data untuk memahami kinerja proses saat ini.

  • Analyze (Analisis): Menganalisis data untuk mengidentifikasi akar penyebab masalah.

  • Improve (Perbaiki): Mengembangkan dan menerapkan solusi untuk memperbaiki masalah.

  • Control (Kontrol): Memastikan bahwa perbaikan yang dilakukan tetap konsisten melalui pengendalian yang berkelanjutan.
     

DMADV (Define, Measure, Analyze, Design, Verify):

  • Define (Definisikan): Mendefinisikan tujuan proyek dan kebutuhan pelanggan.

  • Measure (Ukur): Mengukur dan menetapkan metrik kinerja.

  • Analyze (Analisis): Menganalisis opsi desain untuk menemukan solusi terbaik.

  • Design (Desain): Merancang solusi atau proses baru yang sesuai.

  • Verify (Verifikasi): Memverifikasi bahwa solusi atau desain baru bekerja seperti yang diharapkan.
     

Alat-Alat yang Digunakan dalam Six Sigma

Six Sigma memanfaatkan berbagai alat statistik dan manajemen untuk membantu analisis dan pengambilan keputusan:

  • Fishbone Diagram (Diagram Tulang Ikan): Alat untuk mengidentifikasi akar penyebab masalah dengan memetakan semua faktor yang mungkin berkontribusi.

  • Control Charts (Diagram Pengendalian): Digunakan untuk memantau variabilitas dan stabilitas suatu proses dari waktu ke waktu.

  • Pareto Chart: Digunakan untuk mengidentifikasi prioritas perbaikan dengan menunjukkan kategori masalah yang paling berdampak besar pada kualitas.

  • Process Mapping: Visualisasi alur proses untuk mengidentifikasi potensi inefisiensi atau masalah.

  • Failure Mode and Effects Analysis (FMEA): Alat untuk mengidentifikasi potensi kegagalan dalam proses dan mengembangkan tindakan pencegahan.
     

Keuntungan dan Manfaat Six Sigma

Penerapan Six Sigma dapat memberikan berbagai keuntungan bagi organisasi, di antaranya:

  • Peningkatan Kualitas: Dengan mengurangi cacat dan variabilitas, organisasi dapat menghasilkan produk atau layanan berkualitas tinggi secara konsisten.

  • Efisiensi Biaya: Dengan mengurangi pemborosan, organisasi dapat menghemat biaya produksi dan operasional.

  • Peningkatan Kepuasan Pelanggan: Kualitas yang lebih baik dan kesalahan yang lebih sedikit meningkatkan pengalaman dan kepuasan pelanggan.

  • Peningkatan Daya Saing: Six Sigma membantu organisasi bersaing dengan lebih baik di pasar karena efisiensi yang lebih tinggi dan kualitas produk yang unggul.
     

Kesimpulan

Six Sigma adalah pendekatan manajemen yang sangat efektif untuk meningkatkan kualitas, mengurangi cacat, dan meningkatkan efisiensi dalam proses bisnis. Dengan menggunakan analisis statistik yang mendalam dan pendekatan terstruktur seperti DMAIC dan DMADV, Six Sigma memberikan organisasi alat untuk mencapai kinerja optimal, sekaligus menurunkan biaya dan meningkatkan kepuasan pelanggan. Metodologi ini telah terbukti berhasil diterapkan di berbagai sektor industri, dari manufaktur hingga layanan jasa.

Liputan Software ERP IDMETAFORA Indonesia!

Jika anda merasa artikel ini bermanfaat, bagikan ke pengikut anda melalui tombol dibawah ini:



Software ERP Indonesia

Artikel rekomendasi untuk Anda