Dalam investasi, setiap instrumen pasti mempunyai tingkat risiko dan peluang profit yang berbeda-beda. Pada sejumlah produk investasi, bukan tidak mungkin investor mampu memperoleh potensi imbal hasil yang tinggi. Namun, saat waktu yang bersamaan, investor juga perlu mempersiapkan untuk menghadapi risiko kerugian yang tidak kalah tingginya saat memilih produk investasi tersebut. Hal ini terbilang wajar, sebab dalam konteks investasi terdapat prinsip "high risk, high return". Berarti, apabila mengharapkan peluang imbal hasil yang tinggi, kita juga perlu bersiap untuk menghadapi risiko kerugian yang tidak kalah tingginya ketika berinvestasi. Tentunya, setiap investor mempunyai kondisi psikologis serta profil risiko yang berbeda-beda dalam menghadapi risiko berinvestasi tersebut.
Salah satu kasusnya seperti pada kalangan investor yang menggunakan metode risk averse, yang berarti investasi yang meminimalisir risiko. Sesuai dengan namanya, jenis investasi ini mengarah terhadap pilihan investasi yang rendah risikonya atau investasi konsevatif untuk meminimalisir kerugian. Sehingga, bagi kita yang ingin berinvestasi, namun masih khawatir mengalami kerugian dan lebih mengharapkan imbal hasil yang stabil, pilihan investasi ini pilihannya. Nah, di artikel ini kita akan membahas lebih lanjut mengenai pengertian risk averse dan cara kerja, hingga strategi investasinya.
Risk averse adalah sikap atau perilaku seseorang yang cenderung menjauhi risiko atau ketidakpastian terhadap keputusan investasi. Yang berarti seseorang akan menghindari segala jenis kerugian, bahkan jika hal ini merupakan pengurangan potensi keuntungan. Dalam hal tersebut, seorang investor yang menggunakan prinsip risk averse akan memilih investasi yang lebih stabil dan aman, walaupun profitnya relatif kecil daripada dengan investasi yang lebih berisiko. Misalnya seperti rekening tabungan, obligasi tertentu, sampai sertifikat deposito.
Memahami mengenai jenis investasi risk averse pada dasarnya tidak terlalu susah. Bahkan, apabila kita sedikit banyak sudah mengetahui tentang cara kerja investasi, istilah tersebut mungkin dengan tidak langsung sudah kita pahami.
Dalam contohnya, seseorang baru saja mencoba dan terjun ke dalam dunia investasi. Dikarenakan masih awam dengan produk keuangan dan mempunyai toleransi rendah akan risiko, seseorang tersebut memilih untuk menyewa jasa penasihat finansial untuk memahami dan mempelajari tentang potensi investasi konservatif. Kemudian, penasihat keuangan tersebut memberikan saran untuk memasukkan modal investasi ke dalam rekening tabungan yang mampu memberikan imbal hasil dan bunga obligasi pemerintah. Yang berarti, kedua produk tersebut mampu menghasilkan tingkat keuntungan atau profit yang tetap.
Dengan strategi ini, kita mungkin tidak akan memperoleh imbal hasil yang signifikan. Namun, risiko mengalami kerugian mampu dihindari serta potensi modal investasi kembali juga berpotensi sangat tinggi.
Setelah memahami contoh pada kasus sebelumnya, pastinya kita telah mengerti tentang cara kerja risk averse investing ini. Pada dasarnya, istilah investasi rendah risiko ini dapat berlaku dalam skenario apa pun, tetapi muncul dengan teratur dalam dunia investasi dan finansial.
Investor jenis risk averse adalah investor yang menginginkan peluang investasi dengan tingkat risiko yang rendah untuk mencegah terjadinya kerugian. Supaya dapat mengurangi risiko tersebut, investor jenis ini rela memperoleh peluang profit yang lebih rendah.
Jenis investasi ini, cocok dipilih investor untuk menghindari terjadinya risiko kerugian dan lebih memprioritaskan keamanan agar modal investasinya dapat kembali. Karena ini, investor konservatif cenderung memilih instrumen berbentuk sertifikat deposito, obligasi pemerintah, serta rekening tabungan dengan hasil tinggi.
Pada titik tertentu, tidak sedikit orang dalam perjalanan investasinya memiliki toleransi rendah terhadap risiko. Dalam contohnya, investor yang sudah pensiun atau mendekati masa tersebut lebih memilih instrumen rendah risiko, atau bahkan memilih pilihan instrumen yang tidak ada risiko sama sekali. Pada kondisi ini, mereka lebih memprioritaskan keuntungan atau pemasukan yang stabil untuk membiayai kehidupannya pada masa pensiun, dan tidak dapat menunda pengembalian aset disaat nilainya menurun.
Di samping itu, investor yang bertujuan untuk investasi jangka pendek, misalnya seperti menabung untuk deposit rumah atau biaya pernikahan dalam kurun waktu di bawah 1 tahun, idealnya memilih investasi risk averse. Dengan hal ini, nilai investasinya akan selalu naik tanpa perlu mengkhawatirkan risiko kerugian yang bisa terjadi sewaktu-waktu.
1. Rekening Tabungan atau Savings Accounts Rekening tabungan pada bank menjadi suatu pilihan untuk menyimpan uang dengan aman. Akan tetapi, dikenai suku bunga mendekati 1%. Bahkan, dalam beberapa perusahaan perbankan, peluang imbal hasil tahunan yang dijanjikan dapat mencapai hingga 2 persen. Keunggulan lainnya, nasabah dapat mengakses uang kapan pun, suku bunga terjamin, namun dengan nilai yang dapat berubah seiring berjalannya waktu.
2. Rekening Pasar Uang Jenis rekening ini dapat diketahui sebagai kombinasi tabungan dan rekening giro, dan mampu memberikan bunga dengan tingkat yang biasanya lebih tinggi daripada rekening tabungan. Rekening pasar uang biasanya mempunyai batasan terkait jumlah dana yang dapat ditarik setiap bulannya, dan kadang-kadang syarat saldo minimalnya lebih tinggi dibandingkan dengan tabungan biasa.
3. Obligasi Korporasi Tidak jarang perusahaan juga mengeluarkan produk obligasi untuk pengumpulan modal untuk mendanai suatu proyek ataupun pertumbuhan bisnis. Meskipun tidak ada jaminan selayaknya obligasi pemerintah, jenis obligasi ini masih memiliki risiko rendah, dengan kondisi memilih perusahaan dengan peringkat AAA pada lembaga pemeringkat. Ketika menyandang peringkat tersebut, perusahaan memiliki risiko kredit minimal dan telah menunjukkan kelayakan kreditnya.
4. Saham Dividen Walaupun semua produk saham pasti memiliki risiko, jenis saham dividen mampu memberikan profit yang lebih aman. Jenis saham dividen adalah perusahaan yang memberikan dividen kepada para pemilik saham setiap tahunnya. Karena, pemberian dividen tersebut mampu membantu investor dalam menyeimbangkan risiko kerugian ataupun meningkatkan peluang profit yang diperoleh.
5. Sertifikat Deposito Sertifikat deposito adalah produk keuangan dari bank yang juga cocok dipilih untuk investor risk averse. Hanya dengan menanam dana dengan jumlah tertentu, lalu membiarkannya dalam jangka waktu yang sudah ditentukan, pihak bank akan mengembalikan modal serta bunganya. Tergantung dalam perjanjiannya, lama penyimpanan terhadap produk ini dapat mencapai hingga 10 tahun, dan cenderung aman, sebab memberikan jaminan pengembalian modal. Biasanya, tingkat suku bunga yang diberikan juga lebih tinggi daripada dengan tabungan biasa. Supaya lebih aman, pilih perbankan yang termasuk sebagai anggota dari LPS atau Lembaga Penjamin Simpanan.
Selain risk averse, ada juga yang namanya risk seeking dan risk neutral. Keduanya mempunyai perbedaan yang juga penting untuk diketahui oleh para investor, berikut ini merupakan penjelasan keduanya:
Risk Seeking Kebalikan dari risk averse ialah risk seeking, yaitu investor yang cenderung mencari risiko dalam berinvestasi sebagai ganti dari tingginya peluang profit yang dapat diperoleh. Biasanya, investor jenis ini akan memilih instrumen investasi dengan fluktuasi tinggi, misalnya seperti saham atau reksa dana saham. Jenis investasi ini cocok dipilih, untuk investor dengan profil risiko agresif dan mempunyai tujuan finansial dengan jangka panjang.
Risk Neutral Risk neutral merupakan investor netral yang tidak mempertimbangkan tingkat risiko ketika berinvestasi. Investor jenis ini hanya melihat instrumen mana yang mempunyai peluang proft paling besar tanpa perlu menghiraukan risiko kerugiannya.
Tentu masuk akal apabila investor mempunyai pola pikir untuk menghindari risiko kerugian dalam pemilihan instrumen investasi. Tetapi, pada dasarnya, pemilihan metode investasi harus disesuaikan dengan kondisi keuangan, tujuan, serta profil risiko investasi.
Sistem aplikasi terintegrasi mempunyai peran penting dalam peningkatan efisiensi dan produktivitas bisnis. Pertama, integrasi sistem meminimalkan redundansi data dan memastikan konsistensi informasi dalam seluruh organisasi. Hal ini mengurangi risiko kesalahan manusia dan mempercepat proses pengambilan keputusan dengan menyediakan data real-time yang akurat. Selain itu, integrasi sistem memungkinkan aliran kerja yang lebih lancar, meningkatkan kolaborasi antar tim, dan memungkinkan pertukaran data yang efektif pada seluruh departemen. Dengan demikian, perusahaan bisa menghemat waktu dan sumber daya, meningkatkan respons terhadap perubahan pasar, dan memberikan pengalaman pelanggan yang lebih baik. Pilihan terbaik untuk penggunaan sistem aplikasi terintegrasi adalah software IDMETAFORA, karena telah dipercaya 200 lebih perusahaan di Indonesia dan berkomitmen serta mendukung penyesuaian sistem aplikasi dengan alur bisnis setiap kliennya sampai tuntas.
Risk averse adalah pendekatan investasi seseorang investor yang cenderung menghindari risiko dan ketidakpastian dengan memilih instrumen investasi yang minim risiko, seperti rekening tabungan, obligasi, atau sertifikat deposito. Walaupun imbal hasil yang didapatkan mungkin lebih rendah daripada dengan investasi yang risikonya tinggi, pendekatan ini dirancang untuk melindungi modal dan mengurangi potensi kerugian. Strategi risk averse melibatkan pemilihan produk keuangan yang stabil, seperti rekening tabungan, rekening pasar uang, obligasi korporasi, saham dividen, dan sertifikat deposito. Walaupun tidak sesuai untuk semua investor, terutama yang mencari keuntungan besar, risk averse cocok untuk seseorang yang lebih mengutamakan keamanan dan kestabilan dalam portofolio investasi mereka.
Kesempatan lowongan magang terbaru di tahun 2024
Baca Selengkapnya..