+62 896 6423 0232 | info@idmetafora.com
Software ERP Indonesia IDMETAFORA


ROI (Return on Investment) adalah: Manfaat, Jenis, Cara Menghitung dan Contohnya

27 April, 2023   |   Lefanre

ROI (Return on Investment) adalah: Manfaat, Jenis, Cara Menghitung dan Contohnya

Pengertian ROI

ROI (Return on Investment) adalah rasio keuangan yang mengukur efektivitas investasi dalam menghasilkan keuntungan bagi investor. ROI menunjukkan persentase keuntungan bersih yang dihasilkan dari investasi dibandingkan dengan biaya investasi yang dikeluarkan. Semakin tinggi ROI, semakin baik pula hasil investasi tersebut.

Untuk menghitung ROI, kita dapat menggunakan rumus sebagai berikut:

ROI = ((Keuntungan Bersih / Biaya Investasi) x 100%)

Keuntungan bersih di sini adalah total pendapatan dari investasi dikurangi dengan biaya-biaya yang dikeluarkan, seperti biaya perawatan, biaya bunga, dan biaya lainnya yang terkait dengan investasi. Biaya investasi mencakup semua biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh investasi tersebut, seperti harga beli, biaya transaksi, dan biaya lainnya yang terkait dengan akuisisi investasi.

ROI sangat berguna dalam membantu investor untuk mengevaluasi kinerja investasi dan membandingkan hasil investasi yang berbeda-beda. ROI juga dapat digunakan untuk membantu dalam pengambilan keputusan investasi, karena investor dapat memilih investasi yang memiliki ROI yang lebih tinggi dibandingkan dengan investasi lainnya. Namun, perlu diingat bahwa ROI bukanlah satu-satunya faktor yang harus dipertimbangkan dalam memilih investasi, karena ada banyak faktor lain yang juga harus dipertimbangkan seperti risiko investasi, waktu investasi, dan faktor-faktor ekonomi dan industri yang mempengaruhi investasi tersebut.

Sejarah ROI
Sejarah ROI (Return on Investment) dapat ditelusuri hingga awal abad ke-20 ketika konsep pengukuran kinerja keuangan diperkenalkan untuk pertama kalinya. Salah satu tokoh penting dalam pengembangan ROI adalah ekonom Inggris bernama Arthur C. Pigou yang mengembangkan konsep "rate of return" pada tahun 1920-an. Konsep ini kemudian diperkenalkan ke Amerika Serikat oleh ekonom bernama Robert Morris pada tahun 1938.

Pada tahun 1950-an, ROI mulai digunakan secara luas oleh perusahaan dan investor untuk mengevaluasi kinerja investasi. Pada saat itu, ROI dihitung secara manual dengan menggunakan kalkulator dan memerlukan waktu yang lama untuk mengumpulkan data dan menganalisisnya.

Namun, dengan berkembangnya teknologi dan kemajuan dalam pengolahan data, ROI sekarang dapat dihitung secara otomatis dengan menggunakan perangkat lunak komputer dan aplikasi keuangan. Hal ini memudahkan perusahaan dan investor dalam melakukan analisis kinerja keuangan dan pengambilan keputusan investasi.

Dalam beberapa tahun terakhir, ROI juga semakin dikenal dan populer di kalangan masyarakat umum, terutama dalam investasi pasar saham dan properti. Hal ini terkait dengan semakin mudahnya akses informasi keuangan dan pasar investasi melalui internet dan media sosial.
 

Manfaat ROI (Return on Investment)

ROI (Return on Investment) memiliki banyak manfaat bagi perusahaan dan investor, antara lain:

1. Mengukur Kinerja Investasi 
ROI memungkinkan perusahaan dan investor untuk mengevaluasi kinerja investasi dengan cara menghitung persentase keuntungan bersih yang dihasilkan dari investasi dibandingkan dengan biaya investasi yang dikeluarkan.

2. Membandingkan Kinerja Investasi yang Berbeda
Dengan ROI, perusahaan dan investor dapat membandingkan kinerja investasi yang berbeda-beda dan memilih investasi yang memiliki ROI yang lebih tinggi.

3. Membantu Dalam Pengambilan Keputusan Investasi
ROI dapat menjadi panduan bagi perusahaan dan investor dalam memilih investasi yang menguntungkan dan memberikan pengembalian investasi yang tinggi.

4. Memotivasi Perusahaan Untuk Melakukan Investasi yang Lebih Baik 
ROI juga dapat menjadi alat motivasi bagi perusahaan untuk meningkatkan kinerja investasi dan mencapai pengembalian investasi yang lebih tinggi di masa depan.

5. Meningkatkan Transparansi dan Akuntabilitas 
ROI dapat membantu perusahaan dan investor untuk memperoleh pemahaman yang lebih baik tentang penggunaan dana dan kinerja keuangan perusahaan, sehingga meningkatkan transparansi dan akuntabilitas.

6. Mengidentifikasi Investasi yang Kurang Menguntungkan 
ROI juga dapat membantu perusahaan dan investor untuk mengidentifikasi investasi yang kurang menguntungkan dan mengambil tindakan yang diperlukan untuk mengurangi biaya atau memperbaiki kinerja investasi tersebut.

Dengan demikian, ROI merupakan alat yang sangat penting bagi perusahaan dan investor dalam mengukur kinerja investasi, membandingkan investasi, dan memilih investasi yang paling menguntungkan.

Jenis

Terdapat beberapa jenis ROI (Return on Investment) yang umumnya digunakan dalam dunia bisnis, di antaranya:

1. Return on Investment (ROI) sederhana: Merupakan metode pengukuran ROI paling dasar yang menghitung persentase keuntungan bersih dibandingkan dengan biaya investasi.

2. Return on Investment (ROI) tertimbang: Metode pengukuran ROI ini memberikan bobot yang berbeda pada setiap jenis investasi dan menghitung ROI berdasarkan persentase keuntungan dan biaya investasi yang dikeluarkan.

3. Return on Equity (ROE): Metode pengukuran ROI yang mengukur keuntungan bersih yang dihasilkan dari investasi dibandingkan dengan total ekuitas yang dimiliki oleh perusahaan.

4. Return on Assets (ROA): Metode pengukuran ROI yang mengukur keuntungan bersih yang dihasilkan dari investasi dibandingkan dengan total aset yang dimiliki oleh perusahaan.

5. Return on Capital Employed (ROCE): Metode pengukuran ROI yang mengukur keuntungan bersih yang dihasilkan dari investasi dibandingkan dengan modal kerja yang digunakan oleh perusahaan.

6. Return on Investment Before Taxes (ROIBT): Merupakan metode pengukuran ROI yang menghitung keuntungan bersih sebelum dikurangi dengan pajak.

Setiap jenis ROI memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing tergantung dari kondisi dan tujuan investasi yang dilakukan. Pemilihan jenis ROI yang tepat akan membantu perusahaan dan investor dalam mengukur kinerja investasi dan membuat keputusan investasi yang lebih baik.

Cara Menghitung ROI dan Contohnya

Berikut adalah cara menghitung ROI (Return on Investment) dengan metode sederhana:

ROI = (Keuntungan bersih / Biaya investasi) x 100%

1. Tentukan jumlah keuntungan bersih yang dihasilkan dari investasi selama periode tertentu. Keuntungan bersih dapat dihitung dengan mengurangi total pendapatan dari biaya-biaya yang dikeluarkan selama periode tersebut.

2. Tentukan biaya investasi yang dikeluarkan dalam investasi tersebut, termasuk biaya-biaya seperti pembelian aset, pengeluaran operasional, biaya perawatan, dan sebagainya.

3. Gunakan formula ROI di atas dan masukkan nilai keuntungan bersih dan biaya investasi yang telah dihitung sebelumnya.

4. Kalikan hasilnya dengan 100% untuk mendapatkan persentase ROI.
 

Contoh

Berikut ini adalah contoh perhitungan ROI (Return on Investment) dengan menggunakan metode sederhana:

Contoh 1:
Sebuah perusahaan menginvestasikan sebesar Rp 100.000.000 untuk membeli mesin produksi baru. Dalam setahun, mesin tersebut menghasilkan keuntungan bersih sebesar Rp 25.000.000. Berapa ROI yang diperoleh perusahaan?

ROI = (Keuntungan bersih / Biaya investasi) x 100%
ROI = (Rp 25.000.000 / Rp 100.000.000) x 100%
ROI = 25%

Contoh 2:
Sebuah perusahaan menginvestasikan sebesar Rp 500.000.000 untuk membuka cabang baru. Dalam setahun, cabang tersebut menghasilkan keuntungan bersih sebesar Rp 100.000.000. Berapa ROI yang diperoleh perusahaan?

ROI = (Keuntungan bersih / Biaya investasi) x 100%
ROI = (Rp 100.000.000 / Rp 500.000.000) x 100%
ROI = 20%

Contoh 3:
Seorang investor membeli saham ABC seharga Rp 10.000.000 dan setelah setahun ia menjual saham tersebut dengan harga Rp 12.000.000. Berapa ROI yang diperoleh investor?

ROI = (Keuntungan bersih / Biaya investasi) x 100%
ROI = ((Rp 12.000.000 - Rp 10.000.000) / Rp 10.000.000) x 100%
ROI = 20%

Dari contoh-contoh di atas, dapat dilihat bahwa semakin besar keuntungan bersih yang dihasilkan dari investasi, maka semakin tinggi pula ROI yang diperoleh. Namun, ROI tidak harus menjadi satu-satunya faktor yang dipertimbangkan dalam pengambilan keputusan investasi, karena terdapat faktor-faktor lain seperti risiko investasi dan faktor ekonomi yang perlu dipertimbangkan secara lebih komprehensif.
 

Faktor-faktor yang Mempengaruhi ROI

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi ROI (Return on Investment), di antaranya:

Pendapatan: Semakin tinggi pendapatan yang dihasilkan dari investasi, semakin tinggi juga ROI yang akan diperoleh.

Biaya investasi: Semakin rendah biaya investasi, semakin tinggi ROI yang akan diperoleh.

Waktu pengembalian modal: Semakin cepat waktu pengembalian modal, semakin tinggi ROI yang akan diperoleh.

Risiko investasi: Semakin tinggi risiko investasi, semakin rendah ROI yang akan diperoleh.

Tingkat bunga: Tingkat bunga yang tinggi bisa menurunkan ROI, sedangkan tingkat bunga yang rendah bisa meningkatkan ROI.

Inflasi: Jika inflasi tinggi, maka ROI akan menurun, karena nilai uang yang dihasilkan dari investasi akan berkurang.

Faktor non-keuangan: Faktor non-keuangan, seperti dampak lingkungan atau sosial dari investasi, juga dapat mempengaruhi ROI.

Pengelolaan investasi: Cara pengelolaan investasi juga dapat mempengaruhi ROI. Misalnya, pengelolaan investasi yang baik dan efisien dapat meningkatkan ROI, sedangkan pengelolaan investasi yang buruk dapat menurunkan ROI.

Siklus bisnis: Siklus bisnis juga dapat mempengaruhi ROI. Pada saat ekonomi sedang baik, ROI cenderung lebih tinggi, sedangkan pada saat ekonomi sedang buruk, ROI cenderung lebih rendah.

Dengan memperhatikan faktor-faktor tersebut, perusahaan atau investor dapat memperkirakan ROI yang mungkin akan diperoleh dari suatu investasi. Hal ini membantu dalam mengambil keputusan investasi yang lebih akurat dan komprehensif.
 

Kelemahan

Meskipun ROI (Return on Investment) memiliki banyak manfaat seperti diatas, namun ROI (Return on Investment)juga memiliki beberapa kelemahan. Berikut adalah beberapa kelemahan dari ROI (Return on Investment):

1. Tidak memperhitungkan waktu pengembalian modal 
ROI hanya menghitung keuntungan yang dihasilkan dalam satu periode tertentu, dan tidak memperhitungkan waktu pengembalian modal. Hal ini bisa menyebabkan ROI tidak akurat dalam menggambarkan investasi jangka panjang yang memiliki pengembalian modal yang lambat.

2. Tidak memperhitungkan risiko investasi 
ROI tidak memperhitungkan risiko investasi yang terkait dengan investasi tertentu. Hal ini bisa menyebabkan ROI menjadi tidak akurat dalam menggambarkan investasi yang memiliki risiko tinggi.

3. Tidak memperhitungkan biaya modal
ROI tidak memperhitungkan biaya modal atau cost of capital yang digunakan untuk melakukan investasi. Hal ini bisa menyebabkan ROI menjadi tidak akurat karena biaya modal harus diperhitungkan dalam mengevaluasi efektivitas investasi.

4. Tidak memperhitungkan faktor non-finansial 
ROI tidak memperhitungkan faktor non-finansial yang terkait dengan investasi tertentu, seperti dampak lingkungan atau sosial dari investasi. Hal ini bisa menyebabkan ROI menjadi tidak akurat dalam menggambarkan keuntungan atau kerugian yang dihasilkan dari investasi.

5. Tidak memberikan informasi detail tentang sumber keuntungan 
ROI hanya memberikan informasi umum tentang keuntungan yang dihasilkan dari investasi, dan tidak memberikan informasi detail tentang sumber keuntungan. Hal ini bisa menyebabkan ROI menjadi tidak akurat dalam menggambarkan faktor-faktor yang berkontribusi pada keuntungan.

Dengan demikian, ROI memiliki kelemahan dalam tidak memperhitungkan waktu pengembalian modal, risiko investasi, biaya modal, faktor non-finansial, dan kurang memberikan informasi detail tentang sumber keuntungan. Oleh karena itu, ROI harus digunakan bersama dengan metode evaluasi investasi lainnya untuk membuat keputusan investasi yang lebih akurat dan komprehensif.
 

Liputan Software ERP IDMETAFORA Indonesia!

Jika anda merasa artikel ini bermanfaat, bagikan ke pengikut anda melalui tombol dibawah ini:



Software ERP Indonesia

Artikel rekomendasi untuk Anda