Break Even Point (BEP) adalah titik di mana pendapatan yang diterima sama dengan biaya total yang dikeluarkan untuk menghasilkan barang atau layanan. Dalam kata lain, BEP adalah titik di mana perusahaan tidak menghasilkan keuntungan atau rugi, karena semua biaya produksi dan operasi telah tertutupi oleh pendapatan yang diterima. BEP biasanya dihitung dalam satuan waktu tertentu, seperti per hari, per minggu, atau per bulan, dan dapat membantu perusahaan dalam mengambil keputusan bisnis. Misalnya, jika perusahaan memiliki BEP yang tinggi, artinya perusahaan harus menjual lebih banyak produk atau layanan untuk mencapai titik impas atau menghasilkan keuntungan. Dalam hal ini, perusahaan dapat mempertimbangkan strategi seperti menurunkan biaya produksi atau meningkatkan harga jual untuk mencapai BEP yang lebih rendah dan menghasilkan keuntungan yang lebih besar. BEP merupakan salah satu konsep penting dalam analisis biaya-volume-laba (cost-volume-profit analysis) yang membantu perusahaan dalam menghitung dan memprediksi laba atau rugi di berbagai tingkat produksi dan penjualan. Asal Usul BEP
Konsep Break Even Point (BEP) pertama kali diperkenalkan oleh seorang ekonom asal Perancis bernama Leon Walras pada tahun 1874. Walras memperkenalkan konsep "marché couvert" atau "pasar tertutup", yang menggambarkan suatu situasi di mana harga dan volume penjualan saling mempengaruhi sehingga keuntungan perusahaan adalah nol. Namun, konsep BEP seperti yang kita kenal sekarang ini pertama kali dijelaskan oleh seorang insinyur kimia Amerika Serikat bernama Arthur Corbin pada tahun 1915. Corbin menggunakan konsep BEP untuk menghitung biaya produksi dan volume penjualan dalam industri kimia, dan ia memperkenalkan istilah "break-even chart" untuk menggambarkan grafik yang menunjukkan hubungan antara biaya, pendapatan, dan volume penjualan. Setelah itu, konsep BEP mulai dipopulerkan di bidang akuntansi dan manajemen, dan menjadi salah satu konsep yang penting dalam analisis biaya-volume-laba. Saat ini, konsep BEP telah digunakan oleh banyak perusahaan di seluruh dunia sebagai alat untuk memperkirakan laba atau rugi pada berbagai tingkat produksi dan penjualan, dan membantu perusahaan dalam pengambilan keputusan bisnis yang lebih tepat.
Break Even Point (BEP) memiliki beberapa manfaat bagi perusahaan, di antaranya: Mengetahui Titik Impas Dengan menghitung BEP, perusahaan dapat mengetahui pada tingkat produksi dan penjualan berapa biaya yang akan ditutupi oleh pendapatan, sehingga perusahaan dapat mengetahui titik impas di mana pendapatan sama dengan biaya total. Dalam hal ini, perusahaan tidak menghasilkan keuntungan atau rugi, sehingga BEP dapat digunakan untuk mengetahui tingkat produksi atau penjualan minimum yang harus dicapai agar perusahaan tidak merugi. Perencanaan dan Pengendalian Biaya Dalam menghitung BEP, perusahaan harus memperhitungkan biaya produksi dan operasi yang dikeluarkan untuk menghasilkan barang atau layanan. Hal ini dapat membantu perusahaan dalam melakukan perencanaan dan pengendalian biaya, serta meningkatkan efisiensi produksi dan penjualan. Pengambilan Keputusan Bisnis BEP dapat membantu perusahaan dalam pengambilan keputusan bisnis yang lebih tepat, seperti menentukan harga jual yang optimal, memilih produk atau layanan yang akan diproduksi atau dijual, menentukan tingkat produksi yang optimal, dan sebagainya. Dengan BEP, perusahaan dapat memperkirakan laba atau rugi pada tingkat penjualan tertentu, sehingga dapat membuat keputusan bisnis yang lebih tepat. Meningkatkan Kinerja Perusahaan Dengan menggunakan BEP, perusahaan dapat memperkirakan risiko dan meminimalkan risiko kerugian, sehingga dapat meningkatkan kinerja perusahaan secara keseluruhan. Secara keseluruhan, BEP adalah konsep yang sangat penting dalam analisis biaya-volume-laba yang dapat membantu perusahaan dalam menghitung dan memprediksi laba atau rugi pada tingkat produksi dan penjualan yang berbeda, serta membantu perusahaan dalam pengambilan keputusan bisnis yang lebih tepat dan meningkatkan kinerja perusahaan.
Tujuan dari Break Even Point (BEP) adalah untuk mengetahui titik impas di mana pendapatan perusahaan sama dengan biaya total, yaitu di mana perusahaan tidak menghasilkan keuntungan atau rugi. Dalam menghitung BEP, perusahaan harus memperhitungkan biaya produksi dan operasi yang dikeluarkan untuk menghasilkan barang atau layanan, dan menentukan harga jual yang optimal untuk mencapai BEP pada tingkat produksi atau penjualan tertentu. Tujuan utama dari BEP adalah untuk membantu perusahaan dalam pengambilan keputusan bisnis yang lebih tepat, seperti menentukan harga jual yang optimal, memilih produk atau layanan yang akan diproduksi atau dijual, menentukan tingkat produksi yang optimal, dan sebagainya. Dengan BEP, perusahaan dapat memperkirakan laba atau rugi pada tingkat penjualan tertentu, sehingga dapat membuat keputusan bisnis yang lebih tepat. Selain itu, tujuan BEP juga termasuk dalam perencanaan dan pengendalian biaya. Dalam menghitung BEP, perusahaan harus memperhitungkan biaya produksi dan operasi yang dikeluarkan untuk menghasilkan barang atau layanan. Dengan mengetahui BEP, perusahaan dapat melakukan perencanaan dan pengendalian biaya dengan lebih baik, sehingga dapat meningkatkan efisiensi produksi dan penjualan. Maka, dapat disimpulkan bahwa, tujuan dari BEP yaitu untuk membantu perusahaan dalam menghitung dan memprediksi laba atau rugi pada tingkat produksi dan penjualan yang berbeda, serta membantu perusahaan dalam pengambilan keputusan bisnis yang lebih tepat dan meningkatkan kinerja perusahaan.
Berikut ini dua rumus BEP, yaitu: Rumus BEP Unit Rumus untuk menghitung Break Even Point (BEP) dalam unit adalah: BEP (dalam unit) = Total biaya tetap / (Harga jual per unit - Biaya variabel per unit) Di mana: 1. Total biaya tetap adalah jumlah biaya yang tidak berubah tergantung pada tingkat produksi atau penjualan. Contoh biaya tetap adalah sewa, gaji tetap karyawan, biaya bunga, dan sebagainya. 2. Harga jual per unit adalah harga yang diterapkan pada setiap unit produk atau layanan yang dijual. Biaya variabel per unit adalah biaya yang berubah tergantung pada tingkat produksi atau penjualan. Contoh biaya variabel adalah bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, biaya produksi langsung, dan sebagainya. 3. Dalam rumus tersebut, jika BEP dalam unit telah dihitung, maka perusahaan dapat mengetahui tingkat produksi minimum yang harus dicapai untuk mencapai titik impas. Jika perusahaan mampu melebihi tingkat produksi minimum tersebut, maka perusahaan dapat menghasilkan keuntungan. Sebaliknya, jika tingkat produksi di bawah BEP, maka perusahaan akan mengalami kerugian. Namun, perlu diingat bahwa rumus BEP dalam unit hanya berlaku untuk satu jenis produk atau layanan, dan tidak memperhitungkan produk atau layanan lain yang mungkin dihasilkan oleh perusahaan. Oleh karena itu, perusahaan harus memperhitungkan semua faktor dan variabel yang memengaruhi BEP saat melakukan analisis biaya-volume-laba. Rumus BEP Rupiah
Rumus untuk menghitung Break Even Point (BEP) dalam rupiah adalah sebagai berikut: BEP (dalam rupiah) = Total biaya tetap / (1 - (Biaya variabel total / Total penjualan)) Di mana: 1. Total biaya tetap adalah jumlah biaya yang tidak berubah tergantung pada tingkat produksi atau penjualan. Contoh biaya tetap adalah sewa, gaji tetap karyawan, biaya bunga, dan sebagainya. 2. Biaya variabel total adalah biaya yang berubah tergantung pada tingkat produksi atau penjualan. Contoh biaya variabel adalah bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, biaya produksi langsung, dan sebagainya. 3. Total penjualan adalah jumlah uang yang diterima dari penjualan produk atau layanan. Dalam rumus tersebut, BEP dalam rupiah akan memberikan informasi tentang jumlah penjualan minimum yang harus dicapai untuk mencapai titik impas. Jika perusahaan mampu melebihi total penjualan minimum tersebut, maka perusahaan dapat menghasilkan keuntungan. Sebaliknya, jika total penjualan di bawah BEP, maka perusahaan akan mengalami kerugian.
Berikut ini adalah contoh perhitungan BEP per unit: Diketahui: Harga jual per unit = Rp10.000 Biaya variabel per unit = Rp6.000 Total biaya tetap = Rp30.000.000 Maka, rumus untuk menghitung BEP per unit adalah sebagai berikut: BEP (dalam unit) = Total biaya tetap / (Harga jual per unit - Biaya variabel per unit) BEP (dalam unit) = Rp30.000.000 / (Rp10.000 - Rp6.000) = 7.500 unit Jadi, perusahaan harus menjual minimal 7.500 unit produk untuk mencapai titik impas atau break even point (BEP) dan tidak mengalami kerugian. Jika perusahaan mampu menjual lebih dari 7.500 unit, maka perusahaan dapat menghasilkan keuntungan. Sebaliknya, jika penjualan kurang dari 7.500 unit, maka perusahaan akan mengalami kerugian. Contoh Perhitungan dengan formula BEP rupiah
Berikut ini adalah contoh perhitungan BEP dalam rupiah: Diketahui: Total biaya tetap = Rp30.000.000 Total penjualan = Rp200.000.000 Biaya variabel total = Rp120.000.000 Maka, rumus untuk menghitung BEP dalam rupiah adalah sebagai berikut: BEP (dalam rupiah) = Total biaya tetap / (1 - (Biaya variabel total / Total penjualan)) BEP (dalam rupiah) = Rp30.000.000 / (1 - (Rp120.000.000 / Rp200.000.000)) = Rp75.000.000 Jadi, perusahaan harus menjual minimal sebesar Rp75.000.000 untuk mencapai titik impas atau break even point (BEP) dan tidak mengalami kerugian. Jika perusahaan mampu menjual lebih dari Rp75.000.000, maka perusahaan dapat menghasilkan keuntungan. Sebaliknya, jika penjualan kurang dari Rp75.000.000, maka perusahaan akan mengalami kerugian.
Beberapa faktor yang dapat meningkatkan Break Even Point (BEP) suatu perusahaan antara lain: Kenaikan biaya tetap: Jika perusahaan mengalami kenaikan biaya tetap, maka BEP akan meningkat karena biaya tetap akan meningkatkan jumlah penjualan minimum yang dibutuhkan untuk mencapai titik impas. Penurunan harga jual: Jika perusahaan menurunkan harga jual produk atau layanan yang ditawarkan, maka BEP akan meningkat karena penurunan harga jual akan meningkatkan jumlah penjualan minimum yang dibutuhkan untuk mencapai titik impas. Kenaikan biaya variabel: Jika perusahaan mengalami kenaikan biaya variabel, maka BEP akan meningkat karena biaya variabel yang lebih tinggi akan meningkatkan jumlah penjualan minimum yang dibutuhkan untuk mencapai titik impas. Penurunan permintaan: Jika permintaan untuk produk atau layanan yang ditawarkan perusahaan menurun, maka BEP akan meningkat karena jumlah penjualan minimum yang dibutuhkan untuk mencapai titik impas akan meningkat. Penurunan efisiensi: Jika efisiensi produksi menurun, maka BEP akan meningkat karena biaya produksi akan meningkat dan jumlah penjualan minimum yang dibutuhkan untuk mencapai titik impas akan meningkat. Perusahaan perlu memperhatikan faktor-faktor tersebut saat melakukan analisis biaya-volume-laba dan memperkirakan BEP mereka. Dalam praktiknya, perusahaan harus memperhitungkan semua faktor yang memengaruhi BEP dan menentukan strategi untuk meningkatkan penjualan dan mengurangi biaya agar BEP dapat dicapai dan keuntungan dapat diperoleh.
Kesempatan lowongan magang terbaru di tahun 2024
Baca Selengkapnya..