Dapatkan demo sistem ERP secara GRATIS beserta demo software ERP lainnya.
Pilih Solusi:
Break Even Point atau yang bisa di singkat menjadi BEP adalah suatu titik di mana total pendapatan dari penjualan suatu produk atau barang atau jasa sama dengan total biaya yang dikeluarkan untuk memproduksi produk atau jasa tersebut. Dalam kata lain, BEP (Break Even Point ) adalah titik impas di mana perusahaan tidak menghasilkan keuntungan atau rugi.
BEP (Break Even Point) dapat dihitung dengan menggabungkan biaya tetap (fixed cost) dan biaya variabel (variable cost) dari suatu produk atau jasa, kemudian dibagi dengan margin kontribusi per unit. Biaya tetap adalah biaya yang tidak berubah meskipun volume penjualan berubah, seperti biaya sewa gedung atau biaya gaji karyawan. Sedangkan biaya variabel adalah biaya yang berubah tergantung pada volume penjualan, seperti bahan baku atau biaya tenaga kerja langsung.
Dengan menghitung BEP, perusahaan dapat mengetahui berapa banyak produk atau jasa yang harus dijual untuk mencapai titik impas atau break-even. Ini sangat penting karena BEP membantu perusahaan menentukan harga jual produk atau jasa yang tepat dan menentukan target penjualan yang realistis. Dengan mengetahui BEP, perusahaan dapat mengambil keputusan yang tepat dalam mengelola bisnisnya dan meningkatkan efisiensi serta efektivitas operasionalnya.
Berikut merupakan beberapa komponen dari Break Even Point :
1. Biaya Tetap (Fixed Cost)
Biaya tetap (Fixed Cost) adalah biaya yang tidak berubah meskipun volume penjualan berubah. Contohnya adalah biaya sewa kantor/gedung/ruko atau biaya gaji karyawan. Biaya tetap harus dibayar secara teratur, terlepas dari seberapa banyak produk atau jasa yang dihasilkan atau terjual. Biaya tetap biasanya merupakan komponen penting dalam menghitung BEP karena perusahaan harus mencapai titik impas untuk memenuhi biaya tetap.
2.Biaya Variabel (Variable Cost)
Biaya variabel (Variable Cost) adalah biaya yang berubah tergantung pada volume penjualan. Contohnya adalah bahan baku atau biaya tenaga kerja langsung. Biaya variabel meningkat ketika volume produksi meningkat dan menurun ketika volume produksi turun. Biaya variabel juga penting dalam menghitung BEP karena biaya variabel harus ditutupi oleh margin kontribusi untuk mencapai titik impas.
3.Margin Kontribusi (Contribution Margin)
Margin kontribusi adalah selisih antara harga jual produk atau jasa dengan biaya variabel per unit. Margin kontribusi digunakan untuk menutupi biaya tetap dan menghasilkan keuntungan. Semakin besar margin kontribusi, semakin cepat BEP dicapai dan semakin besar keuntungan yang dihasilkan.
Dengan menggabungkan biaya tetap, biaya variabel, dan margin kontribusi, perusahaan dapat menghitung BEP dan mengetahui berapa banyak produk atau jasa yang harus dijual untuk mencapai titik impas atau break-even.
Cara menghitung BEP (Break Even Point) adalah sebagai berikut:
1.Hitung Biaya Tetap (Fixed Cost)
Hitung total biaya tetap yang dikeluarkan per periode (bulan atau tahun), termasuk biaya sewa gedung, gaji karyawan, biaya listrik, biaya internet, dan biaya-biaya lainnya yang tidak berubah meskipun volume penjualan berubah.
2.Hitung Biaya Variabel (Variable Cost)
Hitung biaya variabel yang dikeluarkan untuk memproduksi setiap unit produk atau jasa. Biaya variabel biasanya terdiri dari bahan baku, tenaga kerja langsung, biaya pemasaran, dan biaya-biaya lainnya yang berubah tergantung pada volume penjualan.
3.Hitung Margin Kontribusi (Contribution Margin)
Hitung margin kontribusi per unit produk atau jasa dengan mengurangi biaya variabel per unit dari harga jual per unit. Margin kontribusi merupakan selisih antara harga jual dan biaya variabel, yang digunakan untuk menutupi biaya tetap dan menghasilkan keuntungan.
4.Hitung BEP (Break Even Point)
BEP dapat dihitung dengan membagi total biaya tetap dengan margin kontribusi per unit. Rumus BEP adalah: BEP = Total Biaya Tetap / Margin Kontribusi per Unit Contoh:
Misalkan sebuah perusahaan memproduksi produk A dengan harga jual Rp 100.000 per unit dan biaya variabel sebesar Rp 80.000 per unit. Total biaya tetap per bulan adalah Rp 1.000.000. Maka, margin kontribusi per unit adalah: Margin Kontribusi per Unit = Harga Jual per Unit - Biaya Variabel per Unit Margin Kontribusi per Unit = Rp 100.000 - Rp 80.000 Margin Kontribusi per Unit = Rp 20.000 Selanjutnya, BEP dapat dihitung dengan rumus: BEP = Total Biaya Tetap / Margin Kontribusi per Unit BEP = Rp 1.000.000 / Rp 20.000 BEP = 50 unit
Jadi, perusahaan harus menjual minimal 50 unit produk A per bulannya untuk mencapai titik lunas atau break-even.
Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi BEP (Break Even Point) antara lain sebagai berikut:
1.Harga Jual Produk
Semakin tinggi harga jual produk, maka margin kontribusi per unit akan semakin besar. Hal ini akan membuat BEP semakin kecil.
2.Biaya Tetap
Semakin tinggi biaya tetap, maka BEP akan semakin tinggi. Sebaliknya, semakin rendah biaya tetap, maka BEP akan semakin rendah.
3.Biaya Variabel
Semakin tinggi biaya variabel, maka margin kontribusi per unit akan semakin kecil. Hal ini akan membuat BEP semakin tinggi.
4.Volume Penjualan
Semakin tinggi volume penjualan, maka margin kontribusi per unit akan semakin besar. Hal ini akan membuat BEP semakin kecil.
5.Tingkat Persaingan
Tingkat persaingan dalam industri dapat mempengaruhi harga jual produk dan volume penjualan. Semakin tinggi persaingan, maka harga jual produk dan volume penjualan dapat turun, sehingga BEP akan semakin tinggi.
6.Perubahan Teknologi
Perubahan teknologi dapat mempengaruhi biaya produksi, baik biaya tetap maupun biaya variabel. Jika teknologi yang digunakan semakin maju, maka biaya produksi dapat turun sehingga BEP akan semakin rendah.
7.Perubahan Regulasi
Perubahan regulasi, seperti perubahan pajak dan peraturan lingkungan, dapat mempengaruhi biaya produksi. Jika biaya produksi naik, maka BEP akan semakin tinggi.
Dengan memperhatikan faktor-faktor di atas, perusahaan dapat melakukan analisis BEP yang lebih akurat dan dapat mengambil keputusan yang tepat terkait dengan strategi penjualan dan produksi.
Berikut beberapa strategi yang dapat digunakan untuk mencapai Break Even Point (BEP):
1.Menurunkan biaya produksi
Dengan menurunkan biaya produksi, perusahaan dapat meningkatkan margin kontribusi dan menurunkan BEP. Beberapa cara untuk menurunkan biaya produksi adalah dengan meningkatkan efisiensi produksi, melakukan negosiasi dengan pemasok, atau mengadopsi teknologi baru.
2.Meningkatkan harga jual produk
Dengan meningkatkan harga jual produk, margin kontribusi per unit akan meningkat dan BEP akan turun. Namun, perusahaan harus mempertimbangkan persaingan di pasar dan tingkat sensitivitas konsumen terhadap harga.
3.Meningkatkan volume penjualan
Dengan meningkatkan volume penjualan, margin kontribusi akan meningkat dan BEP akan turun. Perusahaan dapat meningkatkan volume penjualan dengan melakukan promosi, memperluas jaringan distribusi, atau memperkenalkan produk baru.
4.Mengurangi biaya tetap
Biaya tetap dapat menjadi beban yang besar bagi perusahaan, sehingga menguranginya dapat membantu menurunkan BEP. Beberapa cara untuk mengurangi biaya tetap adalah dengan mengurangi jumlah karyawan atau mengadopsi teknologi baru yang lebih efisien.
5.Meningkatkan efisiensi manajemen
Manajemen yang efisien dapat membantu perusahaan mengurangi biaya produksi dan meningkatkan volume penjualan. Dengan meningkatkan efisiensi manajemen, perusahaan dapat mencapai BEP dengan lebih cepat.
6.Melakukan diversifikasi produk
Diversifikasi produk dapat membantu perusahaan meningkatkan volume penjualan dan menurunkan risiko ketergantungan pada produk tertentu. Diversifikasi produk juga dapat membantu perusahaan mencapai BEP dengan lebih cepat.
Dalam menerapkan strategi-strategi di atas, perusahaan harus mempertimbangkan situasi dan kondisi pasar yang ada serta kemampuan internal perusahaan. Sebagai contoh, menaikkan harga jual produk dapat efektif untuk perusahaan yang memiliki produk yang unik atau bersaing pada pasar dengan permintaan yang tinggi, namun mungkin tidak cocok untuk perusahaan yang bersaing pada pasar dengan harga yang sensitif.
Tujuan dari Break Even Point (BEP) adalah untuk menentukan jumlah produksi atau penjualan yang harus dicapai suatu perusahaan agar tidak untung atau rugi. BEP merupakan indikator keuangan yang penting bagi suatu perusahaan karena memberikan gambaran tentang tingkat produksi atau penjualan minimal yang diperlukan agar perusahaan tidak merugi.
Dengan mengetahui BEP, perusahaan dapat mengevaluasi kinerja keuangannya dan memperkirakan tingkat penjualan minimal yang harus dicapai untuk mencapai keuntungan yang diinginkan. BEP juga dapat membantu perusahaan dalam mengambil keputusan strategis seperti: menentukan harga jual suatu produk atau meningkatkan volume produksi.
Selain itu, BEP juga dapat mendukung perusahaan dalam merencanakan penggunaan sumber daya dan mengendalikan biaya produksi. Dengan mengetahui BEP, perusahaan dapat menentukan besarnya biaya produksi yang dapat dihemat untuk mencapai tingkat BEP yang lebih rendah.
Dalam jangka panjang, mencapai tingkat BEP yang lebih rendah juga dapat membantu perusahaan meningkatkan daya saing dan keuntungan mereka. Oleh karena itu, BEP sangat penting bagi perusahaan untuk mengoptimalkan kinerja keuangan dan merencanakan pertumbuhan bisnis.
Kesempatan lowongan magang terbaru di tahun 2024
Baca Selengkapnya..