Pada era modern ini, Value Chain Analysis merupakan kegiatan yang perlu dilakukan perusahaan secara rutin. Lalu mengapa? Karena hal tersebut dapat digunakan untuk mengukur nilai produk yang ditawarkan perusahaan kepada pelanggannya. Teknik analitis ini juga dapat mengidentifikasi pain point terkait penjualan dan memberikan insight tambahan mengenai kualitas bisnis perusahaan.
Jika perusahaan tidak berhasil dalam hal ini, akan sulit bagi mereka untuk bertahan di pasar bisnis modern yang sangat kompetitif. Jadi apa yang dimaksud dengan Value Chain Analysis? Seperti apa konsep beserta cara kerjanya? Berikut adalah rangkuman lengkapnya!
Value Chain Analysis atau Analisis Value Chain merupakan proses dimana perusahaan mengidentifikasi aktivitas utama dan bantuan yang menambah nilai produk, kemudian menganalisisnya untuk mengurangi biaya atau meningkatkan diferensiasi. Analisis Value Chain adalah strategi yang digunakan untuk menganalisis kegiatan internal perusahaan. Dengan kata lain, melihat dalam kegiatan internal, analisis menunjukkan di mana letak keunggulan atau kekurangan kompetitif perusahaan. Perusahaan yang bersaing melalui diferensiasi berusaha mengungguli pesaing mereka.
Jika bersaing dengan keunggulan biaya, ia akan mencoba menjalankan kegiatan internal dengan biaya lebih murah daripada pesaing. Ketika sebuah perusahaan mampu memproduksi barang dengan biaya lebih rendah dari harga pasar atau menawarkan produk unggulan, itu akan menghasilkan keuntungan.
Value Chain mewakili semua aktivitas yang diperlukan untuk menghasilkan barang atau jasa, mulai dari proses perancangan, input bahan baku, proses produksi, dan diakhiri dengan distribusi ke konsumen akhir serta pelayanan pemasaran. Porter mengatakan Value Chain Analysis membantu perusahaan lebih memahami keunggulan mereka, mengidentifikasi di mana mereka dapat meningkatkan value pelanggan atau penurunan biaya, dan lebih memahami bagaimana perusahaan berhubungan dengan pemasok, pelanggan, dan perusahaan lainnya.
Value Chain mengidentifikasi dan menghubungkan berbagai aktivitas strategis perusahaan. Sifat Value Chain bervariasi menurut jenis industri dan berbeda-beda untuk perusahaan manufaktur, perusahaan jasa, dan organisasi nirlaba (Porter, 1980 dalam Pawarrangan, 2012). Analisis Value Chain menganggap perusahaan sebagai bagian dari rantai nilai produk, rantai nilai produk adalah aktivitas dari bahan mentah hingga sampai pada penanganan purna jual.
Rantai nilai ini mencakup aktivitas yang dihasilkan dari hubungan dengan pemasok (Supplier Linkages) dan hubungan dengan konsumen (Consumer Linkages). Aktivitas ini berbeda/terpisah tetapi sangat saling bergantung satu sama lainya (Porter, 2001 dalam Wibowo, 2014). Value Chain Analysis membantu manajer memahami posisi perusahaan dalam rantai nilai produk untuk meningkatkan keunggulan kompetitif. Pendekatan Value Chain Analysis dan Value Coalitions merupakan cara terbaik untuk membangun nilai bisnis kearah yang lebih baik.
Seperti yang dijelaskan, salah satu manfaat Value Chain Analysis adalah keunggulan kompetitif (competitive advantage). Bagi Anda yang belum tahu, competitive advantage adalah aspek yang membuat produk perusahaan menjadi lebih unggul. Misalnya, jika suatu perusahaan menawarkan produk dengan harga yang lebih rendah dari pesaingnya, maka dapat dikatakan sebagai competitive advantage. Oleh karena itu, dengan melakukan Value Chain Analysis, perusahaan harus dapat memperoleh keunggulan bersaing dalam dua bidang, yaitu keunggulan Cost dan Differentiation Advantage. Hal ini diperlukan agar perusahaan mengetahui keunggulan produk, serta pesaing dan penawaran mereka. Berikut adalah uraian singkat tentang dua aspek keunggulan kompetitif dalam Value Chain Analysis.
1. Cost Advantage
Keunggulan kompetitif pertama yang perlu ditemukan perusahaan setelah melakukan Value Chain Analysis adalah Cost Advantage. Tujuan dari jenis keunggulan kompetitif ini adalah agar perusahaan menjadi pemasok produk termurah pada industri ini. Perusahaan dengan Cost Advantage biasanya memiliki efisiensi operasi yang cukup mumpuni. Mereka juga biasanya menggunakan bahan dan sumber daya yang rendah, sehingga mampu menurunkan harga keseluruhan produk atau layanan mereka.
2. Differentiation Advantage
Differentiating Advantage adalah jenis keunggulan kompetitif berikutnya yang perlu didapatkan perusahaan setelah melakukan Value Chain Analysis. Menurut HBSO, perusahaan dengan keunggulan ini memiliki produk yang mudah dibedakan dari milik pesaingnya. Jenis keunggulan ini dapat dicapai dengan menyediakan produk atau layanan berkualitas tinggi kepada pelanggan mereka. Selain itu, perusahaan juga dapat meluncurkan inovasi produk yang sebelumnya belum pernah ditemukan. Jika perusahaan berhasil mencapai keunggulan differentiation, mereka dapat menetapkan harga yang premium untuk produk mereka. Lalu mengapa demikian? Karena pelanggan tidak dapat menemukan produk atau layanan tersebut di tempat lain.
Pada dasarnya, konsep utama Value Chain Analysis adalah melihat kinerja aktivitas utama dan pendukung dalam suatu perusahaan. Aktivitas ini adalah proses dan sistem yang digunakan perusahaan untuk mengembangkan penawaran produknya. Setiap kegiatan dalam aktivitas utama dan pendukung sejatinya berbeda. Namun, semua inisiatifnya saling berkaitan dan wajib dianalisis secara bersamaan. Berikut adalah rincian aktivitas utama dan pendukung perusahaan beserta dengan daftar kegiatanya.
1. Aktivitas Primer
Aktivitas utama dalam Value Chain Analysis mencakup semua tindakan yang terkait dengan penciptaan penawaran bisnis. Beberapa kegiatan yang termasuk dalam aktivitas utama bisnis meliputi:
-inbound logistics
-outbound logistics
-marketing dan sales
-operations
-services
2. Aktivitas Support
Di sisi lain, aktivitas pendukung pada Value Chain Analysis membantu aktivitas utama untuk menciptakan keunggulan dibandingkan pesaing. Berbagai kegiatan yang termasuk dalam aktivitas pendukung adalah:
-pembenahan infrastruktur perusahaan (manajemen, finansial, legal, dan lain-lain)
-human resources management
-technology development
-procurement
Padahal, langkah terpenting dalam menjalankan Value Chain Analysis adalah melihat/meneliti semua aktivitas utama dan pendukung perusahaan, yang bukan satu-satunya langkah tahap kerja dalam Value Chain Analysis. Proses tersebut membutuhkan penelitian dan waktu untuk berkembang secara maksimal. Berikut adalah langkah-langkah umum yang diperlukan untuk melakukan Value Chain Analysis.
1. Analisis Nilai dan Biaya Kegiatan Bisnis
Menurut Strategic Management Insight, langkah/tahap kerja pertama dalam Value Chain Analysis adalah meneliti nilai dan biaya kegiatan perusahaan. Tim yang membuat Value Chain Analysis harus menentukan nilai yang ditawarkan perusahaan kepada pelanggan. Disini mereka dapat membandingkan aktivitas tersebut dengan keunggulan kompetitif yang ingin dicapai. Anda juga dapat melihat apakah kegiatan tersebut mendukung tujuan bisnis atau tidak.
2. Teliti Value Chain Pesaing
Langkah selanjutnya dalam Value Chain Analysis adalah meneliti value chain milik pesaing. Sejatinya Value Chain Analysis adalah sarana untuk meningkatkan keunggulan kompetitif perusahaan. Oleh karena itu, perusahaan harus meneliti keunggulan para pesaingnya. Hal ini diperlukan agar mereka dapat menciptakan produk atau nilai yang dapat lebih mudah untuk mengalahkan kompetitor.
3. Pahami Persepsi Pelanggan Mengenai Nilai
Memahami persepsi nilai pelanggan merupakan langkah penting dalam menganalisis Value Chain, inisiatif ini perlu dilaksanakan agar perusahaan dapat menciptakan nilai yang selaras dengan kebutuhan pelanggan. Untuk memahami nilai opini pelanggan terhadap nilai, perusahaan dapat melakukan survei atau kuesioner terhadap basis pelanggan mereka.
Setelah melihat definisi dan cara kerjanya, jelas bahwa Value Chain Analysis bermanfaat serta menguntungkan bagi perusahaan. Karena teknik penelitian ini memungkinkan perusahaan untuk mendapatkan keunggulan baru yang dapat menumbangkan pesaingnya. Selain itu, inisiatif ini menawarkan banyak manfaat lain yang dapat dimanfaatkan oleh perusahaan. Berikut ini adalah daftar dan penjelasan tentang bagaimana mereka disajikan dalam pemaparan Smart Sheet.
-Mengurangi biaya operasional perusahaan.
-Meningkatkan usaha penjualan perusahaan.
-Meningkatkan penjualan/pendapatan perusahaan di masa mendatang.
-Meningkatkan efisiensi kegiatan bisnis.
Neraca perdagangan di Indonesia masih tetap menjadi perhatian untuk beberapa waktu ini. Meskipun terjadi surplus pada Oktober 2019, neraca perdagangan sepanjang bulan Januari sampai Oktober 2019 masih menunjukkan defisit sebesar $1,79 miliar. Bayang-bayang defisit perdagangan belum juga hilang, meningkatnya impor minyak dan gas disebutkan menjadi penyebab defisit neraca perdagangan. Peningkatan konsumsi minyak dan gas impor tidak sebanding dengan peningkatan produktivitas ekspor Indonesia.
Bagi Indonesia, pembahasan untuk mengurangi konsumsi produk impor bukanlah hal yang mudah. Tingkat ketergantungan Indonesia terhadap produk luar negeri masih cukup tinggi sehingga dapat menyebabkan kenaikan nilai impor seringkali lebih tinggi dari nilai ekspor. Misalnya, bahan bakar minyak (BBM), suku cadang, gas, barang mekanik, dan peralatan listrik sebagian besar berasal dari impor. Tak bisa dipungkiri, barang-barang impor tersebut berperan penting dalam perekonomian Indonesia.
Kesalahan pengambilan kebijakan dengan membatasi impor barang-barang tersebut justru dapat berdampak buruk pada kegiatan produksi didalam negeri. Pemerintah telah mengambil berbagai langkah untuk mengurangi/menekan defisit neraca perdagangan baik ekspor maupun impor. Namun saat ini, Indonesia perlu lebih fokus dalam upaya peningkatan nilai ekspornya. Tentunya tidak hanya ekspor produk mentah, tetapi juga ekspor produk olahan setengah jadi atau sudah jadi.
Value Chain Analysis merupakan alat analisis strategis yang digunakan untuk lebih memahami keunggulan kompetitif, mengidentifikasi dimana menambahkan nilai pelanggan atau penurunan biaya, dan lebih memahami hubungan perusahaan dengan pemasok, pelanggan, dan perusahaan lain dalam industri.
Tujuan dari Value Chain Analysis adalah untuk mengidentifikasi langkah/tahap dalam Value Chain dimana perusahaan dapat meningkatkan value pada pelanggan atau menurunkan biaya. Penurunan biaya atau peningkatan value dapat membuat perusahaan lebih kompetitif.
Oleh karena itu, manajer harus memiliki pemahaman yang baik tentang Value Chain untuk menganalisis fungsi/aktivitas Value Chain yang ada pada perusahaan, ketidak pahaman terhadap analisis dapat menghambat proses bisnis perusahaan dan mempersulit perusahaan untuk bersaing di pasar.
Kesempatan lowongan magang terbaru di tahun 2024
Baca Selengkapnya..