+62 896 6423 0232 | info@idmetafora.com
Software ERP Indonesia IDMETAFORA


Mengenal Apa itu Digital Native: Sejarah, dan Dampaknya Pada Bisnis

7 December, 2022   |   Inggihpangestu

Mengenal Apa itu Digital Native: Sejarah, dan Dampaknya Pada Bisnis

Era perkembangan teknologi saat ini tidak muncul dalam sekejap, melainkan melalui proses yang panjang. Banyak penelitian dan pengembangan yang perlu dilakukan untuk menciptakan teknologi digital yang dapat digunakan dan dinikmati semua orang, dan salah satu topik yang menjadi perhatian saat ini adalah penduduk asli digital.

Lalu apa sebenarnya arti dari digital native? Bagaimana sejarah dan perkembangan digital native? Dan apa dampaknya bagi dunia usaha? Tenang saja, karena kali ini kami akan menjelaskannya secara singkat dan detail pada artikel mengenai Digital Native berikut ini.
 

Apa itu Digital Native


Digital mengacu pada generasi yang mengalami perkembangan dan pertumbuhan di tengah teknologi digital atau di era teknologi yang pesat. Digital natives dalam konteks ini adalah kelompok generasi yang memasuki dunia digital dan tumbuh dengan teknologi canggih. Maka jangan heran jika digital natives sangat berpengetahuan dan fasih dalam menggunakan teknologi. Era teknologi digital sendiri saat ini dikenal dengan era media baru, era informasi dan komputerisasi, dimana proses digitalisasi telah mendominasi kehidupan hampir semua orang di dunia. Ketergantungan pada teknologi telah meningkat secara signifikan. Teknologi telah berhasil memasuki kehidupan masyarakat dan berbagai aktivitas sehari-hari, baik itu kebutuhan pribadi maupun bisnis. Secara umum, generasi milenial dikenal sebagai digital native pertama, disusul oleh generasi berikutnya. Namun, istilah ini tidak benar-benar merujuk pada generasi tertentu.

Istilah ini lebih banyak diterapkan pada orang yang lahir dan besar dengan teknologi seperti internet, komputer, laptop, dan smartphone. Oleh karena itu, tidak semua orang yang lahir pada periode ini secara otomatis dapat disebut digital native. Digital native adalah kata yang digunakan untuk mereka yang lahir dan besar di dunia digital di mana mereka dapat berinteraksi dengan teknologi secara teratur sejak usia dini. Generasi ini sangat mengenal terminologi dunia digital. Tapi itu tidak berarti mereka memahami pemrograman komputer atau proses dimana jaringan secara intuitif mengirimkan data. Mereka cenderung lebih mudah memahami teknologi karena mereka sering berinteraksi dan bereaksi terhadapnya.
 

Sejarah dan Evolusi Digital Native


Digital native sebenarnya bukan istilah baru. Marc Prensky pertama kali memperkenalkan istilah ini dalam artikelnya tahun 2001 "Digital Natives, Digital Immigrants". Artikel tersebut mengkritik kegagalan pendidikan terapan di Amerika Serikat untuk memahami siswa modern. Menurutnya, anak-anak membutuhkan lingkungan belajar berbasis media. Selain mampu menarik perhatian anak, media berteknologi dapat mengubah cara siswa berinteraksi dengan teknologi informasi. Meski maknanya tidak dijelaskan secara detail, istilah tersebut mengacu pada anak yang lahir setelah tahun 1980-an. Namun yang mengejutkan, penggunaan istilah ini semakin populer dan diterima oleh masyarakat. Namun, seiring berjalannya waktu dan dengan berkembangnya penelitian digital indigenous, gagasan ini dikritik keras dari berbagai kalangan, bahkan oleh Prensky sendiri. Asli digital yang diberikan kepada generasi tertentu sebenarnya menciptakan perpecahan.
 

Potensi Konflik Generasi Digital Native


Evolusi digital berpotensi melahirkan generasi digital native yang tidak serta-merta diterima oleh semua lapisan masyarakat. Karena tidak semua orang bisa dan tidak mau mengadopsi digital, baik secara finansial maupun intelektual. Situasi ini kemudian menimbulkan konflik pada generasi digital native, di mana rasa agresi dan rasa ingin tahu yang tinggi tidak dapat menandingi keterbatasan dan kemampuan mereka yang lebih tua dari mereka.

1. Lingkungan Kerja

Kita semua harus mengakui bahwa tidak semua generasi pekerja melek teknologi, terutama mereka yang menua dan memasuki usia tua. Orang yang hidup tanpa akses teknologi sejak usia dini sering disebut sebagai imigran digital. Sebelumnya mereka terbiasa hidup tanpa teknologi atau serba manual. Hal ini terkadang menimbulkan perselisihan dengan penduduk asli digital, apakah itu untuk perspektif atau pola pikir untuk menyelesaikan masalah tertentu. Sebagai contoh sederhana dalam kehidupan sehari-hari, pekerjaan yang sudah dibantu dengan teknologi komputer akan cenderung lebih mudah dikerjakan dan membuahkan hasil yang lebih baik. Hal yang sama berlaku untuk mesin-mesin industri yang telah menjadi dasar komputerisasi. Namun, tidak semua imigran digital dapat mengikuti, yang dapat menimbulkan konflik antara penyelia dan manajer yang lebih tua serta menciptakan tenaga kerja yang jauh lebih mudah??.

2. Lingkungan Keluarga

Kita semua harus mengakui bahwa anak-anak saat ini lebih pintar dan lebih paham teknologi daripada orang tua mereka. Bagi kebanyakan orang tua, jejaring sosial seperti Instagram, Facebook, WhatsApp, Twitter, Telegram, dan YouTube dapat berdampak negatif bagi anak. Begitu juga video game. Padahal, tidak semua hal tersebut berdampak negatif setiap saat. Meski masih ada dampak negatifnya, kehadiran media sosial juga membawa dampak positif. Salah satunya adalah kemudahan dalam menyebarkan informasi. Namun, para orang tua khawatir akan dampak negatif dari teknologi digital. Kekhawatiran ini lebih cenderung didasarkan pada pemikiran yang sudah ketinggalan zaman. Selain itu, keterbatasan orang tua dalam menyerap informasi, mengejar ketertinggalan dan mengikuti perkembangan teknologi turut berkontribusi dalam hal ini.

3. Lingkungan Pendidikan

Disadari atau tidak, sektor pendidikan merupakan masalah terbesar yang dihadapi dunia digital. Dewasa ini, teknologi di bidang pendidikan semakin canggih.

Sudah banyak aplikasi yang bisa dijadikan sebagai bahan belajar online. Namun sayangnya, tidak semua guru yang bertanggung jawab dalam menyampaikan ilmu mampu menerima dan beradaptasi dengan digital.

Perangkat digital saat ini memiliki kapasitas yang ideal untuk mendukung berbagai proses pembelajaran secara lebih efektif dan interaktif. Tapi kenyataannya tidak selalu seperti itu. Banyak guru yang masih bingung dalam menggunakan teknologi, sehingga lebih memilih menerapkan cara dan metode belajar mengajar yang ketinggalan jaman dan kurang menarik. Dengan demikian, siswa sulit memahami materi pembelajaran yang disajikan.

Sebagai digital imigran, guru seringkali mengalami kesulitan untuk menyampaikan ilmunya kepada digital natives, terutama ilmu yang berkaitan dengan pemanfaatan teknologi digital. Teknologi seringkali membuat guru frustasi, ribet dan sulit beradaptasi. Namun terlepas dari kendalanya, teknologi tetap menjadi tantangan bagi para guru. Oleh karena itu, sangat penting bagi guru untuk dapat memahami dan menggunakan perangkat teknologi digital dalam menerapkan metode pembelajaran yang menarik bagi siswanya.
 

Dampak Digital Native Terhadap Bisnis


Otak utama digital native dibentuk oleh kehadiran dunia digital. Hal ini dapat dibuktikan dengan banyaknya penelitian terkait neurobiologi yang menjelaskan bahwa otak digital native secara fisik berbeda dengan mereka yang tidak bergelut dengan teknologi sejak masa kanak-kanak. Singularitas yang dibawa oleh digital natives berdampak signifikan pada dunia bisnis dan dunia pemasaran. Penduduk asli digital sering menempatkan diri mereka dalam proses perekrutan, sesuatu yang gagal dilakukan oleh generasi sebelumnya. Keakraban yang mereka kembangkan dengan dunia digital bahkan menjadikan jejaring sosial sebagai platform atau wahana utama untuk kegiatan pemasaran. Strategi media sosial yang kuat dan menarik dapat membantu mereka membangun pengenalan merek. Kemampuan digital natives dalam menyerap informasi secara efektif juga mendorong lahirnya ide-ide baru dalam berbisnis. Hal ini tentu sangat menguntungkan, karena potensi untuk menciptakan samudra biru semakin besar.
 

Perbedaan Digital Native vs Digital Immigrant


1. Digital Native

Mungkin Anda tidak tahu judulnya, tapi mungkin Anda termasuk generasi digital-native.
Menurut Marc Prensky, digital native adalah istilah untuk orang yang lahir di era digital, ketika teknologi seperti komputer dan internet berkembang. Milenial dan Generasi Z termasuk dalam populasi digital native. Generasi digital native sering terbiasa dengan evolusi teknologi, sehingga mereka cepat beradaptasi dan merasa nyaman dengan perangkat digital. Itu pun terjadi sejak usia dini lho. Sebagian besar anak-anak hingga remaja saat ini tumbuh dengan kecanggihan teknologi komputer, smartphone, dan internet.
Digital natives juga tidak segan dan kikuk saat harus berkomunikasi dengan perangkat digital atau virtual, seperti teks, obrolan, dan panggilan video.

2. Digital Immigrant

Menurut Investopedia, imigran digital adalah orang yang lahir jauh sebelum digitalisasi.
Grup termasuk imigran digital yang lahir sebelum tahun 1980-an, atau Gen X dan baby boomer. Migrasi harus beradaptasi dengan berbagai perubahan era digital, mulai dari teknologi hingga perkembangan internet. Dengan demikian, jika ada terobosan teknologi, generasi pendatang membutuhkan waktu lebih lama untuk memahami dan menggunakannya dengan baik. Saat membandingkan penduduk asli digital dan imigran digital, keduanya memiliki kesenjangan generasi yang cukup besar. Seringkali, kelalaian seperti itu dapat menyebabkan ketidaksepakatan. Namun, dengan komunikasi dan kolaborasi yang baik, dinamika tim yang efektif dapat dicapai.
 

Siapa pelaku Digital Native


Teknologi telah diintegrasikan ke dalam kehidupan Digital Natives sejak usia dini, memberi mereka keterampilan adaptif alami sejak usia dini. Mereka telah mengembangkan pemahaman bawaan tentang komputer dan teknologi digital, yang telah menjadi bagian penting dari kehidupan sehari-hari mereka. Internet adalah tulang punggung digital, yang menghubungkan erat berita dan informasi, jejaring sosial, dan pendidikan. Ponsel cerdas dan perangkat seluler dengan akses Internet memenuhi kebutuhan Digital Natives untuk tetap terhubung dengan akses langsung ke informasi dan jejaring sosial. Ini memberi mereka akses cepat ke kehidupan sosial dan profesional mereka, serta kemampuan untuk beralih dengan mulus di antara keduanya. Selama dua dekade terakhir, Internet telah berkembang dari sumber informasi menjadi media bagi individu untuk berbagi pengetahuan dan melalui email, blog, forum, atau platform sosial. Menurut penelitian, Digital Natives terutama menggunakan Internet, diikuti oleh bisnis dan hiburan. Studi ini juga menyimpulkan bahwa mayoritas generasi Digital Native menggunakan Internet selama dua hingga empat jam sehari. Namun, seperempat penduduk asli digital menghabiskan empat hingga enam jam sehari untuk online. Melalui penggunaan media digital, generasi ini menjadi mahir dalam menavigasi dan memfilter informasi yang sangat banyak yang mereka terima, mahir dalam multitasking, dan mampu mengakses dunia maya di mana saja, kapan saja.
 

Penutup


Ini adalah penjelasan digital native, mulai dari pemahaman, perkembangan, perbedaan, hingga dampak digital native bagi perusahaan. Memahami digital native dan cara berpikir mereka sangat penting bagi Anda sebagai pemilik bisnis. Seperti yang kita ketahui, sebagian besar digital natives ini berada pada usia produksi dan menjadi konsumen potensial bagi produk Anda. Dengan memahaminya, Anda dapat lebih mudah membuat produk dan strategi pemasaran yang disesuaikan.

Liputan Software ERP IDMETAFORA Indonesia!

Jika anda merasa artikel ini bermanfaat, bagikan ke pengikut anda melalui tombol dibawah ini:



Software ERP Indonesia

Artikel rekomendasi untuk Anda