Bagi anda yang sedang berkecimpung di dunia bisnis atau pemasaran, tentu saja tidak asing lagi dengan istilah B2B. Business to business atau yang sering disebut dengan B2B merupakan sebuah model bisnis yang transaksinya dilakukan antar bisnis, antara satu perusahaan dengan perusahaan yang lainnya. Contoh misalnya, sebuah perusahaan di bidang fashion yang bekerja sama dengan pemasok bahan baku kain. Atau sebuah perusahaan asuransi kesehatan yang bekerja sama dengan perusahaan lain untuk menjamin kesehatan para karyawan. Akan tetapi, apa saja strategi B2B marketing yang efektif untuk sebuah bisnis? Untuk mengetahuinya, mari simak pembahasan lengkap mengenai strategi pemasaran B2B di bawah ini!
Business to business atau B2B adalah sebuah bentuk transaksi yang dilakukan antar bisnis, seperti sebuah perusahaan dengan perusahaan lainnya. Pada dasarnya, B2B berbeda dengan jenis bisnis yang biasa anda temukan. Apabila pada umumnya sebuah bisnis menjual produk atau jasa secara langsung ke pelanggan (B2C) business to consumer, maka B2B merupakan menjual produk atau jasa ke sesama bisnis. Mengutip dari businessnewsdaily.com, perusahaan B2B merupakan perusahaan yang menawarkan hal-hal yang dibutuhkan bisnis lain untuk beroperasi dan tumbuh. Perusahaan B2B juga mempunyai target pelanggan yang sama sekali berbeda. Mereka menawarkan bahan mentah, suku cadang jadi, atau layanan yang dibutuhkan bisnis lain untuk beroperasi serta mendapat untung. Sehingga model bisnis ini biasa melibatkan produsen, grosir, serta pengecer. Akan tetapi, B2B bukanlah bentuk model bisnis yang kaku. Pada kenyataannya tidak jarang beberapa perusahaan mengkombinasikan B2B dan B2C. Contoh misalnya saja, sebuah perusahaan otomotif bisa menjual produk mobil kepada konsumen dan bisa juga menjual beberapa komponen seperti mesin kepada perusahaan otomotif lainnya.
Apakah Anda sering mendengar istilah ‘B2B’ dan ‘B2C’? B2B merupakan sebuah singkatan dari Business to Business, sedangkan untuk B2C merupakan singkatan dari Business to Consumers. Yang membedakan antara dua jenis bisnis ini adalah target pasar, positioning dan pola bisnisnya. B2B menawarkan sebuah jasa atau produk kepada bisnis lainnya, sedangkan untuk B2C langsung menjual kepada end-customer, atau langsung kepada konsumen.Contoh misalnya, di dalam bisnis makanan, penjualan bahan-bahan makanan, makanan dalam jumlah besar, atau bahkan reseller serta franchise masuk ke dalam ranah B2B, sedangkan B2C lebih sederhana flow nya yaitu penjualan makanan yang sudah jadi kepada konsumen. Campaign marketing nya tentu saja akan sangat berbeda. Bagaimana cara menentukan pemasaran yang tepat untuk bisnis B2B dan B2C? Tentu saja ada banyak perbedaan di dalam membuat marketing strategy kedua bisnis ini. Dari sisi objective, pada umumnya bisnis B2C pada tahap awal akan lebih berfokus ke awareness dan B2B akan lebih fokus kepada educating. Bisnis B2C juga bisa meningkatkan brand awareness dengan menggunakan jasa influencer, sedangkan B2B, meskipun bisa juga melakukannya, akan tetapi lebih berfokus dalam hal menunjukkan keahlian atau expertise brand dan membangun loyalty dengan para client. Di bawah ini merupakan beberapa perbedaan marketing B2B dan B2C: 1. Pendekatan Bahasa dan Audience Bahasa yang digunakan di dalam bisnis B2B lebih cenderung menggunakan istilah teknis dan straightforward agar lebih mudah dipahami oleh klien bisnisnya. Sedangkan, untuk bisnis B2C, bahasa yang digunakan lebih creative, menarik, serta mudah dipahami oleh pelanggan. Pebisnis di dalam ranah B2B harus bisa memahami bahwa audience B2B lebih mempercayai efisiensi dan keahlian, sementara itu B2C akan lebih price-oriented, mencari hiburan, serta kebutuhan-kebutuhan yang sifatnya ringan. Proses pembelian B2B dipicu dari pendekatan rasional dan logis, sementara B2C pada umumnya dipicu oleh keinginan, kebutuhan sampai dengan biaya. 2. Perbedaan Objective dan Konten Audience atau klien untuk bisnis B2B cenderung lebih suka mendapatkan edukasi atau informasi seputar keahlian atau produk yang ditawarkan secara teknis. Lebih kompleks karena pada umumnya pembelian dilakukan dalam jumlah dan biaya yang besar. Sedangkan untuk pelanggan B2C lebih sederhana karena objective atau tujuan pembelian hanya berdasarkan dengan pemenuhan keinginan serta kebutuhan dalam lingkup personal atau kuantitas kecil. Dengan adanya perbedaan objective tersebut, konten yang disampaikan juga akan berbeda. Konten panjang, penuh isi dan edukatif merupakan ciri dari konten bisnis B2B, karena brand di dalam bisnis B2B harus mampu membuktikan keahlian atau expertise hal yang ditawarkan secara terperinci. Untuk pelanggan B2C, konten-konten creative, mudah diingat, atau langsung menampilkan benefits justru akan lebih tepat guna. Apakah B2B dan B2C dapat menggunakan media iklan? Tentu saja bisa, akan tetapi harus mempertimbangkan konten yang tepat. Iklan untuk B2B bisa dibuat dengan konten yang lebih singkat, akan tetapi harus mempertimbangkan media periklanan yang tepat atau mengombinasikan dengan pendekatan digital untuk menyambungkan audience ke suatu laman yang berisi banyak informasi penting terkait dengan brand B2B tersebut. 3. Proses Pengambilan Keputusan Proses pengambilan keputusan sampai dengan pembelian antara B2B dan B2C juga sangat berbeda. B2B tentu saja lebih kompleks dengan flow yang sangat panjang, dengan melibatkan banyak pihak karena bersifat kebutuhan korporasi dan ada pemegang kepentingan di dalamnya. Pembelian di dalam B2B pada umumnya untuk jangka panjang sedangkan B2C untuk pemenuhan kebutuhan yang sifatnya lebih singkat atau beli-putus. B2C Marketing lebih sederhana dan cepat karena dalam proses pengambilan keputusan cenderung dari dalam diri sendiri, atau minim dari pengaruh orang lain, pada umumnya dengan melalui rekomendasi atau saran. Di dalam B2B bahkan terdapat kontrak pembelian yang memakan waktu bulanan bahkan sampai dengan tahunan, sehingga loyalty menjadi hal yang harus dijaga dengan baik antara brand dan klien B2B. Perbedaan pengambilan keputusan tersebut membuat pemasar harus menentukan kepada siapa Marketing campaign ditujukan. Selain bahasa serta konten yang berbeda, marketing channel yang digunakan juga berbeda antara kedua jenis bisnis ini. Pasang iklan di media iklan luar ruang atau out of home advertising bisa menjadi pilihan tepat untuk bisnis B2C sedangkan mengintegrasikan iklan menjadi native advertising bisa dilakukan untuk bisnis B2B. Akan tetapi pada dasarnya tidak ada ilmu pasti, semua bisa dilakukan sesuai dengan kebutuhan brand masing-masing.
1. Analisis Kompetitor Strategi B2B marketing pertama yang bisa Anda lakukan yaitu melakukan analisis kompetitor. Dengan melakukan analisis kompetitor, Anda bisa mengetahui siapa saja pesaing bisnis Anda dan apa saja yang perlu Anda tingkatkan untuk bisa bersaing dengan mereka. Selain itu, Anda juga bisa menggunakan analisis SWOT untuk mengetahui apa kelebihan dan kekurangan dari pesaing Anda. Ini akan membantu Anda untuk membuat strategi atau kampanye pemasaran B2B yang lebih efektif dan sukses. 2. Content Marketing Selanjutnya, Anda juga bisa mencoba menggunakan content marketing untuk dapat memaksimalkan pemasaran B2B Anda. Dalam hal ini, Anda bisa membuat dan membagikan berbagai jenis konten yang relevan dengan bisnis dan target audiens Anda. Penggunaan content marketing tidak hanya akan membantu Anda untuk menjangkau lebih banyak prospek potensial, akan tetapi juga bisa membantu Anda untuk memberikan brand awareness pada target audiens Anda. 3. Email Marketing Email marketing merupakan salah satu metode terbaik untuk dapat menjangkau konsumen individu dan pelanggan bisnis. Tahukah Anda bahwa 93% pemasar B2B sudah menggunakan email? Anda harus mencobanya, hal ini karena email marketing bisa mengarah pada keterlibatan (engagement) yang selanjutnya mengubah subscriber menjadi prospek dan kemudian pelanggan. Email marketing juga merupakan media terbaik untuk membagikan konten brand Anda. 83% perusahaan B2B menggunakan buletin email (newsletter) sebagai bagian dari strategi content marketing mereka, serta 40% pemasar B2B mengatakan newsletter merupakan kunci untuk kesuksesan content marketing. 4. Membuat Website Sendiri Lebih dari 80% pembeli mengunjungi sebuah website sebelum melakukan pembelian. Selain itu, karena siklus penjualan B2B pada umumnya melibatkan banyak pemangku kepentingan dalam bisnis, website merupakan sebuah cara yang mudah untuk berbagi informasi mengenai produk atau layanan Anda. Perlu Anda pahami bahwa website merupakan instrumen penting bisnis untuk membangun visibilitas secara online. Calon klien yang mencari secara online untuk menemukan penyedia layanan harus bisa menemukan website perusahaan Anda supaya Anda mempunyai kesempatan untuk memenangkan hati mereka. Selain itu, website Anda juga perlu menunjukkan seberapa solutif produk dan layanan yang Anda berikan. Tujuannya supaya membangun otoritas di mana Anda adalah memang yang ahli pada bidangnya. 5. Search Engine Target audiens Anda harus bisa menemukan situs Anda dengan mudah. Di situlah search engine optimization (SEO) bekerja. Akan tetapi, SEO sangatlah kompleks dan terus berkembang. Di dalam penerapannya, SEO mempunyai dua komponen utama, yaitu: -On-site SEO, menggunakan keyword yang sudah ditargetkan untuk komunikasikan konsep website Anda yang penting bagi audiens. Keyword-keyword ini pada umumnya berfokus pada layanan dan keahlian Anda. Tujuan dari SEO on-site yaitu untuk mengkomunikasikan kepada search engine (seperti Google) tentang apa website Anda melalui keyword. Sehingga setelah itu, keyword tersebut sebagai pemicu mesin pencari menghasilkan hasil yang lebih relevan bagi pencari. Dan pada saat audiens mencari wawasan tentang bidang spesialisasi Anda, mereka akan menemukan Anda. -Off-site SEO, berbentuk tautan dari website lain ke situs web Anda, baik dengan melalui engagement luar atau artikel tamu di publikasi lain. Strategi ini berfungsi untuk meningkatkan otoritas situs Anda sebagai pemimpin industri yang diakui secara luas mengenai topik Anda. 6. Manfaatkan Iklan Strategi B2B marketing yang berikutnya yaitu memanfaatkan iklan dengan semaksimal mungkin. Dimana terdapat sejumlah platform tempat Anda bisa beriklan secara efektif, antara lain: -Publikasi serta situs web industri -Media sosial -Search Engine Marketing (SEM), Google Ads, serta Bing dan Yahoo -Retargeting – Teknologi berbasis cookie yang menggunakan kode JavaScript sederhana untuk “mengikuti” audiens Anda secara anonim di seluruh Web serta menayangkan iklan yang relevan. Periklanan ini tidak hanya berfungsi untuk mempromosikan sebuah produk atau layanan Anda, akan tetapi iklan juga bisa memainkan peran penting di dalam mendorong unduhan konten, meningkatkan expertise dan visibilitas Anda di pasar.
Kesempatan lowongan magang terbaru di tahun 2024
Baca Selengkapnya..