Google Sandbox merupakan sebuah filter besutan Google yang berfungsi dalam mencegah situs-situs baru yang mempunyai ranking tinggi pada awal lahirnya situs web tersebut. Filter ini dibuat karena ada banyak pengguna yang melakukan spam dengan cara membuat banyak situs. Dengan kata lain, Google Sandbox dapat disebut sebagai sebuah penalty atau masa percobaan dalam website baru. Situs yang terkena filter Google Sandbox tak sama dengan website yang terkena deindeks. Jika situs mengalami deindeks, semua halaman biasanya akan hilang dari hasil pencarian search engine. Bahkan saat Anda ketikkan pada mesin telusur seperti site:contohdomainkamu.com tetap tak menampilkan hasil apapun. Sedangkan, Google Sandbox hanya berdampak pada halaman atau URL tertentu saja. Apabila Anda ketikkan di search engine seperti contoh di atas, site:contohdomainkamu.com, masih ada hasilnya. Hal ini menandakan bahwa situs masih terindeks oleh mesin telusur Google. Oleh sebab itu, Google Sandbox bukanlah filter yang men-deindeks situs, tetapi lebih mengarah ke penalty sementara. Awal Mula Google Sandbox Di tahun 2004, istilah Google Sandbox sangat terkenal di kalangan praktisi atau penggiat Search Engine Optimization (SEO). Mereka memperhatikan bahwa selama beberapa bulan pertama website sama sekali tak mendapatkan ranking yang cukup baik di mata Google. Dampak dalam hal ini sangat terasa terutama bagi situs atau domain baru. Google sudah mengindeks situs, namun situs tersebut cukup sulit mendapatkan peringkat bahkan untuk kata kunci dengan tingkat persaingan yang relatif rendah. Namun pada search engine lain seperti Yahoo dan Bing, situs mempunyai ranking yang cukup baik. Efek ‘sandbox’ biasanya berlangsung dalam rentang waktu tertentu, mulai dari hitungan minggu sampai berbulan-bulan. Pada tahun 2008 hingga 2012, Google Sandbox merupakan istilah yang masih kuat dan sering menimpa situs web. Bukan hanya situs baru, melainkan website-website lama dengan over optimasi atau berlebihan. Pihak Google pada dasarnya akan menyuguhkan konten berkualitas tinggi dan otoritatif pada semua pengguna. Sehingga masuk akal saat Google tidak mempercayai website baru dengan memberikan masa percobaan atau sebuah penalty. Apakah Google Sandbox cukup populer sampai sekarang? Ya, hingga detik ini Google Sandbox masih terdapat penyebab utamanya sama yaitu optimasi SEO yang berlebihan. Namun, saat dibandingkan dengan website atau domain lama, website baru cukup rentan terkena dampak Google Sandbox.
Pengecekan dapat dilakukan dengan menggunakan dua cara. Pertama merupakan sebuah pengecekan yang dilakukan dengan manual. Kedua merupakan pengecekan yang dilakukan dengan menggunakan tools. Apabila akan melakukan pengecekan dengan manual, seseorang dapat mengecek dasbor untuk melihat perkembangan traffic. Selain itu juga dapat melihat Google Analytics atau sejenisnya. Pengecekan dengan kata kunci tertentu pada Google juga dapat dilakukan untuk pengecekan manual. Jadi, Anda akan tahu apakah website itu mengalami deindeks atau tidak. Khusus untuk pengecekan memakai tools dapat mengikuti beberapa cara di bawah ini.
- Masuk pada website Ahrefs atau sejenisnya.
- Lakukan pendaftaran atau membayar biaya berlangganan.
- Setelah masuk ke dalamnya, bisa langsung melakukan pengecekan website.
- Begitu pengecekan selesai akan muncul daftar dari link atau tautan yang rusak atau dianggap spam.
- Hapus yang dianggap spam supaya penalti dari Google hilang.
Berikut adalah beberapa penyebab Google Sandbox: Optimasi on-page berlebihan Optimasi on-page seperti kata kunci atau keyword yang memang sangat membantu dalam indexing. Tetapi jika optimasi dilakukan secara berlebihan, dimana hal ini sangat tak disukai oleh Google. Itulah mengapa kebanyakan praktisi SEO menetapkan jumlah keyword maksimal satu persen dari total kata pada sebuah konten artikel, meski tidak ada tolak ukur yang jelas mengenai hal ini. Melakukan spam Penyebab selanjutnya yang dapat menyebabkan situs terkena Google Sandbox yakni melakukan spam. Hal ini jelas tak akan disukai Google sehingga website dapat saja dianggap sebagai sampah. Spam yang dimaksud pun beragam, sebut saja konten palsu, redirect ke halaman lain, sampai penggunaan hidden text. Buruknya, hal ini pun berpotensi menyebabkan deindeks yang mana situs web sangat sulit ditemukan dengan keyword apapun. Duplikasi konten Perlu diketahui bahwa Google membenci duplikasi konten, baik dengan duplikasi internal maupun eksternal. Duplikasi internal asalnya dari situs itu sendiri misalnya terdapat banyak kalimat yang dipakai secara berulang kali. Sementara dengan duplikasi eksternal lebih mengarah ke konten plagiat atau copy paste. Kedua tersebut sangat tidak baik dan berpotensi terkena filter Sandbox. Kualitas backlink buruk Backlink memang cukup berpengaruh terhadap indeks dan ranking situs asalkan dibuatnya dengan baik dan benar. Semakin tinggi jumlah situs yang memberikan backlink, semakin bagus juga trafik dan kualitas website. Namun, jika kualitas backlink buruk, bukan tak mungkin website malah terkena Google Sandbox atau bahkan deindeks. Anda perlu mengetahui cara dalam membuat backlink berkualitas untuk terhindar dari hal-hal yang tak diinginkan. Melakukan ping berlebihan Ping adalah salah satu cara yang selalu digunakan oleh para penggiat SEO supaya situs cepat terindeks mesin pencari. Tetapi, kegiatan ini mungkin saja dianggap sebagai spam jika prosesnya dilakukan dengan berlebihan. Bagi Anda yang ingin melakukan ping, alangkah baiknya lakukan dengan bertahap setidaknya dua atau tiga kali dalam seminggu. Eksternal link rusak Menambahkan external link adalah salah satu cara untuk optimasi website yang cukup efektif. Tetapi, masalah yang sering terjadi saat menambahkan eksternal link adalah kesalahan input saat diketik. Google dapat menganggap buruk situs web sehingga tidak lagi mengindeks halaman tersebut walaupun konten yang dibuat berkualitas.
Terkena Google Sandbox memang dapat menghambat perkembangan situs. Tetapi, semua itu bukanlah akhir, Anda masih bisa mengatasinya dengan beberapa metode. Tanpa panjang lebar, berikut ini adalah cara dalam mengatasi Google Sandbox: Perbaiki konten duplikat Cara pertama mengatasi Google Sandbox merupakan memperbaiki setiap konten duplikat yang terdapat pada situs. Duplikasi internal masih bisa diatasi dengan cara mengubah atau mengedit konten, baik itu dalam menambahkan frasa atau melakukan parafrase. Tetapi apabila konten duplikat berasal dari copy paste, maka Anda sebaiknya menghapus konten tersebut. Hapus broken link Cara selanjutnya yakni menghapus tautan rusak atau broken link, baik inbound ataupun outbound link. Saat Anda harus periksa semua link pada konten satu per satu untuk memastikan apakah terjadi kesalahan ketik atau memang halaman link target yang sudah tidak ada. Jika memang ada broken link, Anda dapat menggantinya dengan teks biasa. Perbaiki strategi SEO Memperbaiki strategi SEO dapat dimulai dengan memeriksa setiap halaman yang terdapat pada website. Anda dapat menghapus atau mengganti kata kunci memakai frasa lain jika jumlah keyword dalam suatu halaman berlebihan. Sebaliknya, Anda dapat menambahkan kata kunci saat jumlahnya kurang. Pada intinya jangan menyisipkan keyword yang berlebihan sebab berpengaruh pada kualitas konten itu sendiri. Hindari ping berlebihan Melakukan ping cukup menjadi salah satu metode optimasi SEO yang cukup efektif. Tetapi, jika dilakukan dengan berlebihan malah berdampak negatif dalam website. Hal ini selalu dilakukan pemula dimana mereka melakukan ping yang terlalu sering dalam kurun waktu 24 jam. Ping yang baik idealnya dilakukan pada dua atau tiga kali dalam seminggu. Periksa backlink website Cara mengatasi Google Sandbox lainnya yakni memeriksa semua backlink yang mengarah pada situs web. Anda dapat menggunakan tools seperti SEO atau alat sejenis lainnya. Cek dahulu apakah backlink berasal dari sumber yang tidak baik atau kualitasnya rendah. Selanjutnya Anda dapat melakukan disavow link atau menolak tautan tersebut.
Sampai di sini apakah Anda sudah paham mengenai apa itu Google Sandbox, mulai dari pengertian, penyebab, serta cara mengatasinya. Google Sandbox merupakan sebuah filter buatan Google yang berfungsi dalam mencegah website atau domain baru yang memiliki peringkat tinggi pada hasil pencarian. Harus diketahui juga bahwa website yang lama pun bisa terkena filter Google Sandbox saat terdeteksi melakukan optimasi berlebihan. Terdapat beberapa penyebab utama terjadinya Google Sandbox, diantaranya yaitu:
Optimasi on-page berlebihan;
Melakukan spam;
Duplikasi konten;
Kualitas backlink yang buruk;
Melakukan ping berlebihan; dan
Eksternal broken link.
Itulah adalah penjelasan mengenai Google Sandbox yang bisa Dewaweb sampaikan.
Kesempatan lowongan magang terbaru di tahun 2024
Baca Selengkapnya..