Pernahkah anda batal untuk mengunjungi sebuah website karena waktu loadingnya terlalu lama? Ya, ini selalu menjadi masalah besar bagi pemilik website. Tapi jangan khawatir, ada banyak solusi untuk masalah ini, salah satunya akan dijelaskan dalam artikel ini. Disini akan mempelajari pengertian web cache dan cara menggunakannya.
Pertama, mari kita cari tahu terlebih dahulu pengertian cache. Secara umum, cache merupakan ruang penyimpanan yang menyimpan data sementara dari aplikasi atau situs website. Jadi, web cache adalah ruang penyimpan yang menyimpan data di server untuk digunakan nanti agar proses loading website menjadi lebih cepat. Berikut adalah cara kerja web cache: a. Saat anda membuka situs, fungsi pada web cache akan mengumpulkan semua data website, mengubahnya menjadi file HTML, dan membukanya di browser. b. Pada berikutnya anda dapat membuka website tersebut, cache akan memuat salinan yang sudah disimpan. Dengan ini, server bisa bekerja lebih cepat dan tidak overload. Tentu saja, jika situs websitenya diperbarui, proses akan diulang dari awal. Ada dua hal yang perlu diperhatikan: pertama, tidak semua website menggunakan cache. Kedua, cache mungkin kedaluwarsa atau dihapus secara manual. Jika anda menggunakan Google Chrome dan ingin menghapus cache, klik menu more di bagian kanan atas halaman, lalu pilih history (atau tekan Ctrl + H). Kemudian, klik hapus data pencarian. Setelah itu, ceklis opsi yang anda inginkan, lalu pilih hapus data.
Web cache berperan sangat signifikan dalam mempercepat loading website. Ini dapat meningkatkan performa website anda, karena nantinya pengunjung tidak perlu menunggu lama untuk memuat situs website selesai dimuat. Pemrosesan permintaan HTTP yang lebih sedikit berarti situs website akan menggunakan lebih sedikit bandwidth. Ini dapat menjadi hal yang baik bagi anda, terutama jika memiliki resource terbatas.
Setelah mengetahui web cache, sekarang mari bahas jenis-jenisnya. Ada dua jenis web cache, yang pertama adalah server-side caching, dan yang kedua adalah browser-side caching. Server-Side Cache Server-side cache adalah jenis web cache yang ada di hardware. Jenis web cache server-side dapat menyimpan sementara data dari server. Nah, pada server-side website cache juga memiliki beberapa jenis: 1. Full-page cache. Page cache akan menyimpan semua data web secara lengkap, seperti gambar, file, dan HTML untuk menampilkan kembali saat user mengakses info yang terkait. Saat user mengakses halaman web, server hanya perlu mengakses cache untuk tampilan web bisa ditampilkan secara utuh. 2. DNS cache. Salah satu jenis web cache yang menyimpan setiap alamat IP dari suatu domain yang pernah pengguna akses. 3. CDN cache. Content Delivery Network atau CDN adalah jaringan server yang terdistribusi secara global untuk menyimpan dan mengirim cache pada setiap konten website. CDN ini yang menyimpan konten web ke dalam cache, di server proxy yang paling dekat dengan pengguna. 4. Object cache. Jenis web cache ini digunakan untuk menyimpan data secara lokal di komputer. Objek yang tersimpan ini bisa berupa teks, video, atau gambar. Ketika user akan mengakses website yang sama, tidak perlu lagi mengunduh object, karena halaman web dan object akan ditampilkan lebih cepat dengan bandwidth yang tidak terbuang. 5. Opcode Cache. Merupakan jenis web cache yang berfungsi untuk menyimpan file PHP yang digunakan oleh situs website pada memory server. Pada cache opcode, salinan PHP akan disimpan di memori server jika diperlukan nantinya. Jenis web cache ini dapat direkomendasikan untuk semua environment produksi, karena dapat meningkatkan performa PHP. 6. Fragment Cache. Jenis yang satu ini mirip dengan object caching, tapi menargetkan bagian website tertentu, seperti widget dan ekstensi. Browser-Side Cache Cache browser adalah ruang pada aplikasi browser yang menyimpan semua file yang dibutuhkan browser untuk menampilkan halaman website tertentu. Elemen yang disimpan oleh cache ini termasuk HTML, CSS, Javascript, PHP, gambar, dll. Adanya browser cache ini dapat mempercepat website yang sedang dikunjungi. Cache browser juga menyimpan data personalisasi, contohnya login, data transaksi, atau konten khusus. Dalam hal ini memungkinkan user untuk tidak perlu lagi melakukan request dan transmisi data untuk mengakses website yang mereka kunjungi. Browser-side caching terjadi saat anda mencoba membuat website yang sama dua kali. Pertama, situs website akan mengumpulkan data untuk memuat halaman. Setelah pengunduhan selesai, browser akan menjadi tempat penyimpanan sementara untuk data anda tersebut.
Sampai di sini, anda sudah mempelajari apa itu web cache dan jenis-jenisnya. Sekarang, akan membahas penggunaannya. Web caching dapat digunakan untuk meningkatkan kinerja situs WordPress. Kode yang diperlukan bisa ditulis sendiri, tapi sayangnya tidak semua orang paham dengan cara melakukannya. Tenang, ada cara alternatif untuknya. Hostinger, misalnya, menawarkan hosting WordPress dengan fitur cache bawaan. Paket yang tersedia mulai dari Rp 13900 per bulan. Selain itu, Hostinger dapat memberikan jaminan uang kembali dalam 30 hari jika merasa kurang puas dengan layanan yang diberikan. Jadi, kemudian, ada juga plugin WordPress yang cukup efektif untuk mengelola web caching. Plugin yang tersedia dapat diinstal dan digunakan dengan mudah, jadi bisa mengimplementasikannya tanpa masalah. Namun ingat, hanya gunakan satu plugin caching untuk memastikan situs berjalan secara optimal. Berikut beberapa plugin caching WordPress yang terbaik: 1. W3 Total Cache W3 Total Cache merupakan salah satu plugin caching WordPress gratis yang paling populer. Ekstensi ini cocok untuk pengguna yang ingin mencoba berbagai jenis web caching. Plugin ini menawarkan segalanya mulai dari cache halaman hingga fragment caching. 2. WP Super Cache WP Super Cache memiliki caranya sendiri untuk menyimpan cache website. Plugin ini mempunyai tiga kategori untuk sistem penyimpanan cache: expert, simple, dan WP-cache caching. Model sederhana menggunakan PHP untuk menyediakan file statis. Expert menggunakan mod_rewrite Apache, dan WP cache caching menggunakan halaman dari pengguna sebelumnya. 3. Autoptimize Autoptimize adalah plugin cache WordPress dengan berfokus pada skrip dan gaya. Modelnya cukup sederhana dan tidak bertele-tele, karena anda hanya perlu menceklis opsi yang diberikan untuk mengoptimalkan HTML, Javascript, dan CSS website.
Berdasarkan yang sudah dijelaskan diatas dapat dijelaskan bahwa web cache mempunyai beberapa jenis yaitu full page cache, DNS cache, CDN cache, Object cache, mempercepat loading website tetapi area optimasinya berbeda. Untuk dapat memastikan bahwa situs website wordpress anda menggunakan web caching yang berfungsi penuh, memanfaatkan hosting WordPress dengan fungsi penyimpanan cache bawaan atau menggunakan plugin agar lebih mudah.
Kesempatan lowongan magang terbaru di tahun 2024
Baca Selengkapnya..