+62 896 6423 0232 | info@idmetafora.com
Software ERP Indonesia IDMETAFORA


Peroleh Keuntungan dengan Mudah Hanya Menggunakan Strategi Mark Up Pricing

8 November, 2022   |   Ningsih

Peroleh Keuntungan dengan Mudah Hanya Menggunakan Strategi Mark Up Pricing

Anda pasti sering kebingungan saat menentukan harga jual? Solusinya ada pada mark up atau cost plus pricing. Selain praktis, strategi ini pun bisa dipakai dengan cepat. Selain dari itu, ia masih punya kelebihan lainnya, lho.
Memangnya, seperti apa penerapan dari pricing strategy ini? Simak penjelasan lengkapnya dibawah ini!
 

Apa Itu Mark Up Pricing?

Orang yang berjualan atau memiliki bisnis pasti mengejar keuntungan. Dengan alasan ini, mereka pastinya menjual barang atau jasa lebih dari biaya modal.

Lalu, bagaimana caranya untuk mentukan harga yang pasti agar membawa untung? Mark up pricing ialah jawabannya. Selain dapat menjamin laba, cost plus pricing juga adalah strategi yang mudah diterapkan. Hal ini dituliskan oleh Price Intelligently.
 

Langkah dan Contoh Perhitungan Mark Up Pricing

Misalnya, Anda ingin berjualan mie ayam. Kira-kira, jika menggunakan strategi ini, bagaimana cara untuk menentukan harganya? ini dia jawabannya.

1. Hitung total cost layanan

Total cost adalah biaya yang harus Anda keluarkan untuk membuat barang dalam waktu tertentu. Biaya ini punya dua komponen, yaitu fixed dan variable cost.

a. Fixed cost

Fixed cost adalah biaya produksi yang sifatnya tetap. Tidak peduli berapa jumlah penjualanmu saat itu, biaya ini perlu Anda keluarkan.
Salah satu contohnya ialah pada gaji pegawai. Saat berjualan nasi goreng, terlepas dari laku tidaknya, upah mereka pasti bersifat tetap.

b. Variable cost

Berbeda dengan fixed costvariable cost sifatnya tidak tetap. Variable cost ini bergantung pada jumlah penjualanmu. Misalnya, saat pelanggan menggunakan layanan pesan antar, Anda menggratiskan ongkos kirim. Biaya tersebut tentu tergantung berapa orang yang memanfaatkan promosi ini.
Sebagai contoh, total cost saat berjualan mie ayam adalah:

fixed cost + variable cost
= Rp600.000 + Rp 250.000
= Rp850.000

2. Hitung unit cost

Langkah untuk penerapan mark up pricing selanjutnya merupakan perhitungan unit costUnit cost sendiri berbeda dengan total cost. Jika total cost adalah biaya secara keseluruhan, unit cost adalah biaya untuk satu barang atau jasa.

Misalnya, dalam sehari, Anda membuat 100 porsi mie ayam. Tentunya angka ini merupakan prediksi. Ia bisa datang dengan jumlah penjualanmu dalam sehari yang sebelumnya.
Nah, total cost adalah biaya produksi 100 porsi. Sementara itu, unit cost merupakan biaya untuk 1 porsi mie ayam.
Oleh karena itu, perhitungan unit cost mie ayam adalah:

total cost / jumlah produksi
= Rp850.000 / 100
= Rp8.500

3. Hitung laba

Sekarang, saatnya untuk menentukan besar untungmu. Ini merupakan sebuah inti dari strategi mark up pricing.
Anda bisa memilih seberapa besar Anda mau mengambil laba. Biasanya, angkanya dihitung dengan persen. 
Nantinya, persentase ini akan dikalikan dengan unit cost milikmu. Misalnya, Anda ingin mengambil untung sebesar 20%. Perhitungannya adalah:

unit cost * persentase keuntungan
= Rp8.500 * 20%
= Rp1.700

4. Jumlahkan laba dengan unit cost

Langkah terakhir akan menunjukkan harga jualmu. Caranya mudah, Anda tinggal menambahkan laba dengan unit cost. Supaya semakin jelas, ini dia contohnya:

unit cost + laba
= Rp8.500 + Rp1.700
= Rp10.200

Kelebihan dan Kekurangan Mark Up Pricing

Setelah Anda mengetahui definisi dan langkah penggunaannya, apakah Anda tertarik menggunakan strategi ini? Pahami juga berbagai kelebihan dan kekurangan pada mark up pricing. Berikut adalah kekurangan dan kelebihannya:
 

Kelebihan

1. Mudah dan cepat

Saat memakai strategi cost plus pricing ini, Anda tidak perlu kebingungan. Rumus dan langkah penggunaannya pun sangat cepat dan mudah. Hal ini sudah sempat dibahas di pembahasan sebelumnya.
Anda juga tak perlu melakukan analisis kompetitor. Karena, perhitungan harga tidak melibatkan hal ini.

2. Ada alasan dengan kenaikan harga

Misalnya, harga bahan baku naik. Anda sampai harus menambah harga jual supaya tetap bisa mendapatkan untung. Saat ditanya pelanggan soal ini, Anda tentu bisa menjelaskan alasannya dengan mudah. Anda tidak sedang mencari laba lebih besar, namun memang dituntut oleh keadaan.
 

Kekurangan

1. Tidak memperhitungkan nilai produk

Meski harganya mahal, HP dari Apple tidak pernah sepi peminat. Ini dapat terjadi karena mereka menawarkan nilai lebih. Produk iPhone punya nilai prestisius tersendiri. Terlebih lagi, gadget ini sangat terkenal aman dan punya kamera berkualitas. Nilai-nilai ini tentu tidak bisa dijual jika menggunakan cost plus pricing. Karena, Anda hanya memperhitungkan laba saja.

Inilah alasan di balik kurang tepatnya cost plus pricing di industri SaaS. Karena, dalam industri ini, barang yang dijual punya nilai lebih besar dari biaya produksinya. Di sisi lain, industri retail sering menggunakannya.

2. Tidak ada jaminan balik modal

Kita kembali lagi pada contoh nasi goreng. Di sana, tertulis bahwa Anda membuat 100 porsi nasi goreng dalam sehari. Jumlah ini tentu tidak tetap. Ia hanyalah prediksi yang tidak bisa dijamin siapa pun.
Bagaimana kalau jumlah yang laku hanya 1-5 porsi dalam sehari? Jangankan laba, total cost saja pun tak bisa tercapai. Jika sudah begini, Anda bisa merugi, bukannya mendapat untung. Ini merupakan salah satu kekurangan dari mark up pricing.
 

Metode Penetapan Harga Mark Up

Mark up merupakan metode untuk menentukan harga yang pada umumnya dianggap paling mudah serta banyak diaplikasikan. Metode penetapan harga mark up adalah sebagai berikut.

1. Melihat Kompetitor

Metode pertama yakni penetapan pada harga yang mengacu pada harga yang ditawarkan oleh kompetitor sebelum penentuan harga barang yang akan dijual. Tapi, kelemahan dari penentuan harga ini hanya dapat dilakukan pada barang standar.

2. Menentukan Target Penjualan

Salah satu hal yang tidak kalah penting dalam penetapan strategi mark up pricing untuk menentukan target penjualan. Target penjualan harus diaplikasikan sebagai acuan menentukan total produk yang wajib terjual pada rentang waktu tertentu. Hal ini penting guna mengetahui berapa lama produk disimpan di gudang.

3. Menghitung Biaya Operasional

Menentukan biaya operasional baik dilakukan sebelum melakukan mark up di barang. Produk-produk yang perlu diperhitungkan biaya operasional per produksinya meliputi transportasi, pengemasan, atau komunikasi.
 Setelah menentukan biaya operasional, Anda bisa menjumlahkan biaya pembelian barang dengan biaya operasional sehingga Anda bisa menentukan berapa banyak mark up yang akan dikenakan.

4. Menentukan Target Pengembangan

Sebuah usaha telah seharusnya bisa mengalami perkembangan. Target pengembangan ini perlu dipertimbangkan supaya profit yang didapat dapat berpengaruh pada pengembangan usaha. Itulah kenapa penentuan target pengembangan penting untuk dilakukan.
 

Penetapan Harga Lainnya

Umumnya, produsen menentukan mark up nya berdasarkan keuntungan yang akan diperoleh. Tapi, menaikkan atau menurunkan harga sebenarnya bukan suatu metode yang selalu digunakan dalam penentuan sebuah harga. Ada cara mark up harga lain atau cara untuk penetapan harga dengan beberapa pendekatan seperti penetapan harga berdasarkan dengan biaya.
 
Penetapan harga berdasarkan biaya bisa dilakukan berdasarkan biaya plus yang dilakukan dengan menjumlahkan total biaya pada margin sehingga dapat menghasilkan harga jual. Sedangkan berdasarkan BEP (break even point) dengan cara mengurangi total biaya dengan total penerimaan. Selain itu, penetapan harga juga dapat dilakukan berdasarkan pada permintaan atau persepsi konsumen terhadap nilai yang diterima, sensitivitas harga, serta perceived value.
 
Bagaimana, apakah Anda semakin yakin untuk menggunakan strategi ini?
Tidak perlu gegabah dalam memutuskan. Supaya bisa menentukan dengan lebih bijak, Anda bisa membandingkan dengan strategi penetapan harga lainnya.

Liputan Software ERP IDMETAFORA Indonesia!

Jika anda merasa artikel ini bermanfaat, bagikan ke pengikut anda melalui tombol dibawah ini:



Software ERP Indonesia

Artikel rekomendasi untuk Anda