+62 896 6423 0232 | info@idmetafora.com
Software ERP Indonesia IDMETAFORA


Disaster Recovery Plan (DRP) | Pengertian, Tipe, Manfaat dan Cara Membuat DRP

7 November, 2022   |   Ningsih

Disaster Recovery Plan (DRP) | Pengertian, Tipe, Manfaat dan Cara Membuat DRP

DRP atau Disaster Recovery Plan sangat penting untuk dimiliki oleh perusahaan sebagai langkah antisipasi dalam meminimalisir dampak terburuk yang dapat terjadi akibat terjadinya bencana atau hal-hal diluar dugaan. Dengan itu, ketahuilah pengertian, manfaat, jenis, sampai cara membuat Disaster Recovery Plan (DRP) berikut ini!


Pengertian Disaster Recovery Plan (DRP)

Disaster Recovery Plan (DRP) adalah serangkaian langkah yang akan diambil perusahaan untuk melanjutkan operasi bisnis normal setelah bencana yang mengganggu operasi bisnis . Itu adalah sumber dari laman Hypr.

Disaster Recovery Plan (DRP) juga merupakan rencana bisnis yang menjelaskan bagaimana pekerjaan bisa dilanjutkan dengan cepat dan efektif setelah bencana. Pengertian tersebut ialah menurut laman Techopedia

DRP sangat mirip dengan Business Continuity Plan (BCP), tapi DRP secara khusus memperhatikan langkah-langkah yang telah diambil dan jenis pemulihan setelah bencana yang terjadi. DRP merupakan bagian dari BCP dan diterapkan dalam aspek perusahaan yang mengandalkan infrastruktur TI untuk berfungsi.

DRP berfungsi untuk memulihkan operasi bisnis normal yang hilang atau harus dinilai ulang seperti data dari brankas, kembalinya karyawan pada tempat kerja normal, dan fitur bisnis non-darurat, dan sebagainya sebelum adanyat bencana atau gangguan. Ide semuanya adalah untuk mengembangkan rencana yang memungkinkan departemen TI untuk memulihkan data dan fungsionalitas sistem yang cukup untuk memungkinkan bisnis atau perusahaan beroperasi, bahkan mungkin di tingkat yang minimal.

Pembuatan DRP dimulai dengan proposal DRP guna memperoleh dukungan manajemen tingkat atas. Lalu, analisis dampak bisnis / business impact analysis (BIA) diperlukan untuk menentukan fungsi bisnis mana yang sangat kritis dan apa saja persyaratan untuk membuat komponen TI pada fungsi tersebut beroperasi kembali setelah bencana,
baik di lokasi ataupun di luar lokasi.


Cara membuat Disaster Recovery Plan (DRP)

Ada langkah-langkah yang dapat kamu ikuti untuk membuat Disaster Recovery Plan (DRP) yang efektif. Cara untuk membuat DRP yaitu sebagai berikut:

1. Membuat analisis risiko

Langkah pertama dalam menyusun DRP adalah melakukan analisis risiko menyeluruh pada sistem komputer perusahaan. Untuk daftar semua kemungkinan risiko yang bisa mengancam waktu pengoperasian sistem dan evaluasi seberapa besar kemungkinan risiko tersebut dapat terjadi.

Apa pun yang bisa menyebabkan pemadaman sistem merupakan ancaman, mulai dari ancaman buatan manusia yang relatif umum yakni serangan virus dan penghapusan data yang tak disengaja hingga ancaman alam yang sangat langka seperti banjir dan kebakaran.

Tentukan ancaman mana yang paling mungkin terjadi serta prioritaskan mereka menggunakan cara yang sederhana, contohnya beri peringkat setiap ancaman pada dua kategori penting, probabilitas serta dampak. Di setiap kategori, beri peringkat risiko sebagai rendah, sedang, atau tinggi.

2. Menetapkan anggaran (budgeting)

Langkah selanjutnya saat membuat DRP adalah budgeting. Setelah Anda mengetahui risiko, cari tahu beberapa hal seperti: apa yang bisa dilakukan untuk menekannya dan berapa biaya yang nantinya diperlukan, deteksi ancaman secara dini, bagaimana cara dalam mengurangi potensi terjadinya ancaman, serta cara meminimalkan dampaknya.

Hasil dari langkah di atas harus berupa daftar lengkap kemungkinan ancaman, masing-masing dengan solusi serta biaya yang sesuai. Anda bisa memulai dengan menyajikan biaya downtime untuk bisnis, yakni berapa lama bisnis Anda dapat bertahan tanpa adanya sistem komputernya jika salah satu ancaman terjadi.

Anggaran pemulihan bencana sangat bervariasi dari satu perusahaan ke perusahaan lain, namun biasanya berkisar antara 2 dan 15 persen dari keseluruhan anggaran TI tergantung seberapa besar operasional perusahaan bergantung dengan sistem.

3. Mengembangkan rencana

Langkah selanjutnya untuk membuat DRP adalah mengembangkan rencana. Prosedur DRP perlu ditulis dalam rencana rinci atau "skrip". Anda bisa membentuk tim pemulihan dari staf TI serta menetapkan tugas pemulihan khusus pada setiap anggota.

Tentukan bagaimana caranya untuk menangani hilangnya berbagai aspek jaringan (basis data, server, jembatan/router, tautan komunikasi, dll.) serta tentukan siapa yang mengatur perbaikan atau rekonstruksi dan bagaimana proses pemulihan data terjadi.

Skrip pun akan menguraikan prioritas untuk pemulihan mulai dari apa yang harus dipulihkan terlebih dahulu dan bagaimana prosedur komunikasinya. Untuk melengkapi skrip, buat checklist atau prosedur pengujian dalam memverifikasi bahwa semuanya kembali normal setelah perbaikan dan pemulihan data dilakukan.

4. Melakukan pengujian

Setelah DRP sudah dibuat, lakukan pengujian sesering mungkin. Ini dilakukan guna memastikan bahwa semua orang tahu perannya. Uji sistem yang akan Anda gunakan dalam pemulihan secara teratur untuk memvalidasi bahwa semua bagian berfungsi. Selalu catat hasil pengujian dan update DRP untuk mengatasi segala kekurangan.

Saat lingkungan bisnis berubah, DRP juga perlu berubah. Periksa kembali rencana tersebut setiap tahun. Karyawan baru perlu dilatih terkait prosedur pemulihan. Ancaman baru pada bisnis mungkin bisa muncul kapan saja dan DRP yang baik dapat memperhitungkan hal tersebut.
 

Tipe-tipe Disaster Recovery Plan (DRP)

DRP bisa secara khusus disesuaikan pada lingkungan tertentu. Beberapa tipe DRP adalah sebagai berikut:

1. Virtualized Disaster Recovery Plan

Virtualisasi memberikan peluang guna menerapkan pemulihan bencana dengan cara yang sangat efisien dan sederhana. Lingkungan tervirtualisasi bisa meningkatkan instance dari virtual machine (VM) baru pada hitungan menit dan menyediakan pemulihan aplikasi melalui high availability.

Pengujian pun dapat lebih mudah dilakukan, namun rencana tersebut harus mencakup kemampuan untuk memvalidasi bahwa aplikasi bisa dijalankan dalam disaster recovery mode dan kembali ke operasi normal pada recovery time objective (RTO) dan recovery point objective (RPO).

2. Network Disaster Recovery Plan

Mengembangkan rencana guna memulihkan jaringan menjadi sangat rumit seiring dengan meningkatnya kompleksitas jaringan. Penting dalam merinci prosedur pemulihan langkah demi langkah, mengujinya dengan benar, dan selalu memperbaruinya. Data dalam rencana ini akan khusus untuk jaringan, seperti kinerja seperti staf jaringan.

3. Cloud Disaster Recovery Plan

Cloud DRP dapat berkisar dari cadangan file di cloud sampai replikasi lengkap. Cloud DRP ini bisa menghemat ruang, waktu, dan biaya, namun mempertahankan rencana pemulihan bencana perlu adanya pengelolaan yang tepat. Manajer perlu mengetahui lokasi server fisik serta virtual. Rencana tersebut harus bisa mengatasi keamanan, yang merupakan sebuah masalah umum di cloud yang bisa diatasi melalui pengujian.

4. Data Center Disaster Recovery Plan

Data Center DRP berfokus secara eksklusif dalam fasilitas serta infrastruktur pusat data. Penilaian risiko operasional merupakan elemen kunci dalam Data Center DRP. Data Center DRP ini menganalisis komponen utama yakni lokasi gedung, sistem tenaga dan perlindungan, keamanan, serta ruang kantor. DRP ini juga harus membahas berbagai kemungkinan skenario.

Manfaat Disaster Recovery Plan (DRP)

DRP tentu mempunyai manfaat utama seperti mencegah kehilangan data dan memungkinkan pemulihan TI yang dapat memadai. Di luar itu, manfaat DRP pada perusahaan yakni:

1. Penghematan biaya

DRP mencakup berbagai komponen yang bisa meningkatkan efisiensi biaya. Elemen yang paling penting termasuk pencegahan, deteksi, serta koreksi. Menjaga perangkat lunak diperbarui serta sistem dipelihara secara optimal bisa menghemat waktu dan lebih hemat biaya. Mengadopsi manajemen data berbasis cloud sebagai bagian dari DRP bisa mengurangi biaya pencadangan serta pemeliharaan.

2. Peningkatan produktivitas

Menetapkan peran dan adanya tanggung jawab tertentu bersama dengan akuntabilitas sebagai tuntutan DRP bisa meningkatkan efektivitas serta produktivitas dalam tim. Hal tersebut juga memastikan redundansi personel untuk tugas-tugas utama, meningkatkan produktivitas, serta mengurangi biaya pergantian.

3. Peningkatan retensi pelanggan

DRP bisa membantu perusahaan untuk memenuhi dan mempertahankan kualitas layanan yang lebih tinggi dalam setiap situasi. Mengurangi risiko yang dihadapi pelanggan dari data loss serta data downtime memastikan mereka menerima layanan yang lebih baik selama dan setelah bencana, dan hal tersebut dapat meningkatkan loyalitas mereka.

Liputan Software ERP IDMETAFORA Indonesia!

Jika anda merasa artikel ini bermanfaat, bagikan ke pengikut anda melalui tombol dibawah ini:



Software ERP Indonesia

Artikel rekomendasi untuk Anda