+62 896 6423 0232 | info@idmetafora.com
Software ERP Indonesia IDMETAFORA


Mari Mengenal COO Dan Apa Perbedaannya Dengan CEO, CFO Dan CMO

3 November, 2022   |   Hilal

Mari Mengenal COO Dan Apa Perbedaannya Dengan CEO, CFO Dan CMO

Dalam dunia kerja atau perusahaan, kita sering mendengar apa yang disebut dengan C-Level atau para pimpinan tertinggi. Salah satu yang sangat mudah dikenal adalah jabatan chief executive officer atau CEO di mana posisi ini merupakan pemegang keputusan tertinggi di sebuah perusahaan. Namun selain CEO juga terdapat beberapa jabatan C-Level lainnya seperti chief financial officer (CFO), chief marketing officer (CMO), dan juga chief operating officer (COO). Nah, saat ini kita akan membahas tentang apa yang dikenal sebagai chief operating officer atau COO ini. Simak secara selengkap artikel ini untuk mengetahui apa dan bagaimana peran COO dalam sebuah perusahaan.
 

Apa Itu COO


Andrew Blumenthal dalam risalah singkatnya tentang business leaders menyebut bahwa COO merupakan eksekutif senior yang bertugas mengawasi fungsi administrasi dan juga operasional sehari - hari dari sebuah bisnis perusahaan. COO akan melapor langsung ke CEO sebagai jabatan tertinggi dalam sebuah bisnis perusahaan. Untuk itulah maka posisi COO sendiri berada pada jabatan tertinggi kedua dalam perusahaan di bawah seorang CEO.
 

Tugas Serta Tanggung Jawab COO


Seperti telah dijelaskan di atas, seorang COO bertanggung jawab pada fungsi administrasi dan operasional perusahaan. Adapun tugas - tugas dari COO secara umum berfokus pada pelaksanaan rencana bisnis perusahaan sesuai dengan model bisnis yang telah ditetapkan. Hal ini berbeda dengan tugas CEO yang lebih berurusan dengan tujuan jangka panjang serta pandangan perusahaan secara luas.

Secara ringkas, tugas COO adalah mengimplementasikan rencana - rencana bisnis yang telah disusun oleh seorang CEO. Hal ini dimisalkan ketika sebuah perusahaan mengalami penurunan penjualan, maka seorang CEO kemungkinan akan meminta peningkatan kontrol kualitas produksi dan sebagainya. Instruksi ini kemudian dijalankan oleh seorang COO yang akan memberikan rantai instruksi kepada bagian departemen sumber daya manusia untuk mengatur personel pada divisi kontrol kualitas.

Jika kamu adalah seorang dengan kualitas dan berpengalaman kerja luas serta pernah menjabat C-Level sebelumnya, maka posisi COO mungkin relevan denganmu. Berbagai perusahaan telah menunggumu untuk posisi pimpinan eksekutif ini serta mungkin pengalamanmu akan berguna. Untuk itu, tak salah jika kamu mencoba mendaftarkan diri lewat EKRUT dan raih kesempatan direkrut perusahaan yang bonafit.

Permisalan lain adalah ketika produk bisnis di pasaran telah banyak ditiru atau banyak produk saingan yang serupa, maka seorang CEO menganjurkan strategi tertentu. Strategi ini lantas diturunkan kepada seorang COO untuk diimplementasikan melalui penguatan divisi penelitian dan pengembangan untuk memproduksi produk dengan varian baru.

Secara penuh, seorang COO bertanggung jawab atas apa-apa saja yang berada di ranah operasional perusahaan. Seorang COO akan memantau bagaimana strategi datang dari CEO serta memantau implementasi strategi atau perkembangan operasional perusahaan baik dari tahap pengembangan, produksi, hingga tahap pra pemasaran.
 

Perbedaan CEO, CFO, dan CMO


Meski nampak setara, namun terdapat pula jenjang atau tingkatan dari tiap-tiap posisi ini. Hal ini digambarkan dengan adanya strata penugasan atau instruksi antar posisi dari CEO hingga CMO. Meski begitu, secara umum CEO adalah pimpinan tertinggi dalam perusahaan, sedangkan COO, CFO, dan CMO ada di bawahnya.

COO

- Menduduki jabatan sebagai pimpinan operasional dalam sebuah perusahaan.
- Bertugas untuk melakukan pengawasan serta pengambil keputusan terkait operasional perusahaan.
- Memiliki tanggung jawab untuk menyelesaikan masalah perusahaan melalui ranah operasional yakni komunikasi, kolaborasi, improvisasi, rekrutmen, analisis operasional, dan juga implementasi strategi.
- Menempati posisi nomor dua sebagai wakil presiden senior utama dalam sebuah perusahaan.

CEO

- Menduduki jabatan sebagai pimpinan tertinggi dalam sebuah perusahaan.
- Bertugas melakukan pengambilan keputusan serta strategi umum dari sebuah perusahaan.
- Memiliki tanggung jawab secara umum dalam perusahaan, baik kekuatan maupun kelemahan perusahaan yang dinaungi.
- Menempati posisi utama sebagai presiden atau direktur utama dari sebuah perusahaan.

CFO

- Menduduki jabatan sebagai pimpinan keuangan dalam sebuah perusahaan.
- Bertugas untuk melakukan pengawasan perencanaan serta segala administrasi keuangan perusahaan.
- Memiliki tanggung jawab terhadap keuangan dan juga fungsi akuntansi dalam perusahaan, supervisi terhadap staf yang berhubungan dengan keuangan, dan juga memahami peraturan pajak yang berlaku.
- Menempati posisi sebagai wakil presiden senior dalam perusahaan dalam urusan keuangan.

CMO

- Menduduki jabatan sebagai pimpinan pemasaran dalam sebuah perusahaan.
- Bertugas untuk mengawasi perencanaan hingga proses pemasaran produk di sebuah perusahaan.
- Memiliki tanggung jawab terhadap analisa pasar, proses pemasaran, dan juga kolaborasi strategi pemasaran bersama dengan pimpinan operasional.
- Memiliki kemampuan dalam memahami peluang serta dapat menganalisis potensi pasar, serta risiko yang ada.
- Menempati posisi sebagai wakil presiden senior dalam perusahaan dalam urusan pemasaran.
 

7 Kualifikasi Utama Menjadi Seorang COO


Sebagai jabatan nomor dua tertinggi di perusahaan setelah CEO, Chief Operating Officer dianggap sebagai salah satu jabatan yang cukup tinggi untuk dicapai seseorang dalam dunia kerja atau perusahaan. Seseorang bisa mencapai jabatan ini diketahui harus memiliki daya saing tinggi dan kapasitas yang mumpuni dalam karir profesionalnya.

Menurut Harvard Business Review dan career advice dari Seek Australia, ada 7 kualifikasi utama yang wajib dimiliki oleh seorang untuk bisa menjadi Chief Operating Officer (COO) dalam suatu perusahaan. Beberapa di antaranya sebagai berikut:

1. Mempunyai Gelar Akademis yang Relevan
Kualifikasi yang pertama tentu saja adalah gelar akademis yang relevan atau sesuai, sehingga dapat menjadi dasar kualifikasi seorang COO. Meskipun tidak semua orang yang menduduki jabatan COO memiliki gelar akademis yang relevan. Hanya saja, bagi kamu yang memiliki impian menjadi seorang COO sangat disarankan untuk memiliki basis pendidikan mumpuni.

Gelar akademis yang relevan dimaksudkan tidak hanya yang selalu berhubungan dengan ekonomi bisnis atau Master of Business Administration (MBA). Beberapa gelar lain juga diperlukan, dengan catatan memiliki relevansi cukup tinggi terkait operasional perusahaan.

Misalnya saja, pimpinan tertinggi pada sebuah bisnis farmasi atau rumah sakit. Gelar yang dibutuhkan biasanya memiliki keterkaitan dengan hal medis atau manajemen rumah sakit. Gelar yang relevan akan sangat mendukung seorang COO untuk dapat lebih memahami setiap kompleksitas yang terjadi dalam pekerjaannya.

Tidak hanya itu, pendidikan tinggi dan yang relevan juga bisa membantu seorang COO dalam melaksanakan atau menerapkan berbagai perusahaan dengan mudah dan tepat. Sebagai jabatan yang bertanggung jawab terkait segala bentuk pelaksanaan, COO berarti harus mau dan mampu mengambil berbagai risiko yang berhubungan dengan operasional perusahaan. Selain itu, pelaksanaan strategi merupakan bagian dari langkah dalam menjaga kualitas bisnis perusahaan itu sendiri.

2. Mempunyai Pengalaman Kerja yang Luas dan Mampu Menjadi Agen Perubahan
Sesuai dengan sebuah kalimat bijak, “guru terbaik adalah pengalaman”. Sebagai seseorang yang menduduki posisi tertinggi kedua dalam perusahaan, COO tentu saja harus memiliki pengalaman kerja yang luas. Tidak hanya itu, pengalaman kerja yang luas ini juga harus diimbangi dengan kemampuan dan kapasitas yang mumpuni. Pengalaman kerja yang luas dan kapasitas yang mumpuni menjadi bukti bahwa seseorang bisa memberikan kontribusi signifikan kepada perusahaan.

Waktu yang diperlukan seseorang seseorang untuk mencapai level COO biasanya yaitu 10 tahun bekerja pada jabatan setara di bawahnya. Tidak hanya itu, relevansi kerja yang dilakukan selama kurun waktu 10 tahun ini dapat menjadikan membuat pengalaman seorang calon COO menjadi lebih lengkap dan mantap.

3. Mampu Menjadi Mentor atau Memiliki Jiwa Kepemimpinan
Seperti yang telah ditulis di atas, seorang COO dituntut untuk memiliki pengalaman kerja yang luas. Kemampuan ini menjadi tolak ukur yang harus dimiliki seorang COO pada saat menduduki C-Level di perusahaan. Selain itu, seorang COO biasanya juga dibutuhkan untuk menjadi pembimbing para CEO muda atau bahkan seorang pendiri perusahaan yang belum terlalu pengalaman.

Sebagai pembimbing atau mentor, seorang COO bisa dikatakan memiliki tanggung jawab untuk menjadi karakter yang elegan dan tidak tertutup terhadap orang lain. Meskipun memiliki tugas sebagai mentor, bukan berarti COO bebas melakukan apapun keinginannya kepada bawahan. Langkah ini biasanya digunakan oleh beberapa CEO dari sebuah perusahaan baru untuk mendapatkan pengalaman lewat COO dari industri atau usaha serupa.

4. Menjadi Penyeimbang dan Melengkapi Pengalaman bagi CEO
Sudah menjadi hal yang umum bahwa salah satu alasan perusahaan mendatangkan seorang COO senior tidak hanya untuk mentor, tetapi juga sebagai penyeimbang bagi CEO. Fungsi penyeimbang ini sendiri bisa dikatakan juga sebagai pelengkap pengalaman seorang CEO di perusahaan tersebut.

Para CEO biasanya memerlukan COO dengan kualifikasi ini agar tidak terkesan berjalan seorang diri atau mendapatkan rekan kerja yang lebih tenang, sehingga bisa menjadi penyeimbang dalam berbagai keputusan atau kegiatan.

Harvard Business Review menyatakan bahwa berbagai perusahaan besar di dunia, sebut saja Microsoft juga membutuhkan COO dengan kualifikasi demikian. Bill Gates pernah memiliki dua COO yang dibutuhkan sebagai penyeimbang dirinya.

Kedua orang tersebut adalah Jon Shirley dan Michael Hallman untuk menyeimbangkan dirinya. Beberapa pihak mengatakan bahwa Shirley dan Hallman menjadi penyeimbang dan sisi yang “tenang” bagi Bill Gates. Dalam kasus perusahaan ini, seorang COO pada dasarnya tidak diarahkan untuk mengarah ke posisi CEO.

5. Mampu Menjadi Rekan Diskusi bagi CEO
Dalam sebuah perusahaan, CEO bisa diibaratkan sebagai sebuah otak atau pusat yang melakukan kontrol. Sebagai seorang yang memegang jabatan tertinggi, CEO tetap saja membutuhkan rekan diskusi atau lawan bicara untuk persoalan strategi dan pemecahan masalah. Secara hirarkis, salah satu jabatan yang harus menjadi partner diskusi dalam menyelesaikan berbagai persoalan operasional perusahaan adalah COO.

Maka dari itu, seorang COO harus memiliki kualifikasi juga sebagai partner untuk CEO. Dalam hal ini COO diharuskan mampu memberi timbal balik kepada CEO atas segala pemikirannya terkait perusahaan, baik itu yang bersifat praktikal maupun psikologis. Hal ini dikarenakan menjadi CEO merupakan tanggung jawab besar yang sangat berisiko. Peran COO dibutuhkan untuk meminimalisasi risiko dengan membuka diskusi, baik secara formal dan informal untuk mengembangkan perusahaan.

6. Mampu Menjadi “Pewaris”
Tak heran, apabila COO banyak disebut sebagai jabatan kedua di perusahaan, setelah CEO. Salah satu tanggung jawab yang paling berat dari kualifikasi untuk menjadi seorang COO adalah menjadi “Pewaris”. Maksud “Pewaris” sendiri yaitu COO harus siap untuk “mewarisi” perusahaan apabila seorang CEO telah berkehendak demikian.

Peran COO yang menempati urutan kedua dalam hierarki perusahaan memang sangat berpotensi adanya pewarisan semacam ini. Bagi seorang COO, menjadi “Pewaris” dari CEO merupakan kenaikan jabatan tahap akhirnya.

Meskipun tampak bahwa ada potensi yang sangat besar bagi seorang COO akan naik menjadi CEO. Namun, COO juga tentu harus bersiap dengan resiko besar yang sudah menunggu di depan. Beberapa hal yang diperlukan untuk menghadapi ini tentu saja adalah kesiapan diri, baik secara mental maupun fisik.

Menjabat CEO dapat dipastikan akan menguras banyak pikiran dan waktu, sama halnya dengan cara CEO dalam menyelesaikan masalah atau membuat strategi yang juga melelahkan. Maka dari itu, salah satu hal yang perlu dipelajari dan dipersiapkan oleh seorang COO ketika mendapat promosi adalah mampu menyelesaikan masalah dan membuat strategi.

7. Mempunyai Potensi Besar
Potensi besar seorang COO diharapkan menjadi nilai jual personal bagi perusahaan. Kualifikasi terakhir yang perlu dimiliki untuk menjadi COO yaitu potensi besarnya. Seorang COO diharapkan memiliki potensi yang besar sehingga bisa menjadi nilai jual personal bagi perusahaan. Beberapa pengamat meyakini bahwa seorang calon COO harus memiliki potensi yang terbaik dan teramat berharga untuk disia-siakan.

Jadi, tak heran, jika beberapa perusahaan memberikan promosi kepada seseorang dengan pengalaman luas dan telah berada di jajaran senior manager teratas serta berperan sangat baik.

Seseorang yang memiliki daya tawar dan nilai jual tinggi itu biasanya merupakan pegawai dengan level senior dan telah terbukti amat mengenal seluk-beluk perusahaan. Ditambah lagi, perusahaan akan berpikir ratusan kali untuk melepas seseorang dengan potensi yang besar dan mumpuni dari perusahaan. Dengan keluarnya seorang dengan potensi besar tersebut, maka akan sangat berpotensi untuk menjadi pesaing.

Hal tersebut tentu saja sangat dihindari, salah satunya yakni dengan cara memberi promosi kepada pegawai senior tersebut, sehingga duduk di jabatan COO. Diangkatnya pegawai senior berprestasi sebagai COO, tentu akan menjadikan masa depan perusahaan lebih terjamin dan CEO tidak perlu bingung untuk mendapat rekan kerja yang seimbang.

Liputan Software ERP IDMETAFORA Indonesia!

Jika anda merasa artikel ini bermanfaat, bagikan ke pengikut anda melalui tombol dibawah ini:



Software ERP Indonesia

Artikel rekomendasi untuk Anda