Dalam proses website development, ada banyak cara untuk dapat menciptakan tampilan depan website via coding. Salah satu yang paling mudah adalah dengan menggunakan front end framework. Anda dapat membuat tampilan website yang menarik serta profesional dengan lebih cepat dan efisien. Mungkin saat ini, ada banyak front end framework yang tersedia dan mungkin harus Anda coba. Tentunya, setiap framework memiliki keunggulan serta kekurangannya masing-masing. Lalu, framework manakah yang paling cocok untuk Anda gunakan? Nah, daripada repot mencoba framework satu per satu sampai Anda menemukan satu yang cocok, pada artikel kali ini kami akan mengulas secara lengkap front end framework terbaik yang bisa anda gunakan. Sekaligus, membantu Anda memilih framework mana yang paling tepat untuk anda coba. Berikut ini adalah daftar Frameworknya:
Vue.js merupakan front end framework dengan rating yang paling tinggi di Github. Framework ini diluncurkan pada tahun 2014 lalu oleh seorang developer yang bernama Evan You. Seseorang yang juga merupakan salah satu kreator dari framework Angular.
Vue.js adalah framework yang berjenis MVVM (Model-View ViewModel) yang dibangun di atas bahasa pemrograman JavaScript. Front end framework yang satu ini memiliki aturan penulisan kode yang simpel, sehingga mudah digunakan oleh pemula sekalipun.
Selain itu ukuran dari Vue.js juga tergolong kecil, hanya sekitar 18 KB saja! Meski begitu, kemampuannya tidak perlu untuk diragukan lagi. Karena, bisa digunakan untuk membangun web app, mobile app, hingga dengan progressive web app (PWA). Fue.js merupakan framework yang cukup populer di Github dengan memiliki Rating Github 190 ribu bintang.
Fitur Unggulan dari Vue.js:
- Virtual DOM (Document Object Model) – Tiruan dari Real DOM untuk menyimpan serta mereview perubahan kode sebelum menerapkannya di Real DOM.
- Components – Membuat sekaligus mengelola elemen kustom dalam format HTML nya sehingga dapat digunakan secara berulang-ulang.
- Two-way Data Binding – Menjadikan setiap perubahan kode pada JavaScript berpengaruh terhadap tampilan HTML, begitu pula sebaliknya.
Keunggulan dari Vue.js: - Mudah digunakan untuk para developer dengan keterampilan bahasa pemrogaman JavaScript. - Dokumentasi yang lengkap serta detail. - Sangat fleksibel untuk merancang struktur dari aplikasi. - Mendukung bahasa pemrograman TypeScript, bahasa pemrograman berbasis JavaScript. - Vue.js adalah front end framework yang cocok digunakan untuk membangun proyek yang berskala kecil dari nol, khususnya yang berjenis single page application (SPA).
Kekurangan dari Vue.js: - Komponen yang tersedia belum terlalu stabil. - Komunitas yang ada belum terlalu besar. - Kebanyakan plugin dan juga komponen ditulis dengan bahasa Mandarin sehingga cukup sulit digunakan. - Vue.js kurang direkomendasikan untuk proyek-proyek yang berskala besar, mengingat komponen yang belum stabil serta dukungan komunitas yang juga masih minim.
Contoh Penggunaan Framework Vue.js: Beberapa perusahaan besar yang telah menggunakan Vue.js antara lain 9gag, Alibaba, Reuters, dan juga Xiaomi.
React adalah front end framework yang dibangun oleh raksasa teknologi yang ada dunia, yaitu Facebook (sekarang Meta) pada tahun 2011 lalu. React merupakan suatu framework open source di bawah lisensi software MIT. React sebenarnya bukan sebuah front end framework murni, melainkan sebuah library yang berbasis JavaScript. Pun demikian, ia tetap mempunyai berbagai fitur layaknya sebuah framework, contohnya adalah DOM.
Di samping itu, React juga punya kinerja yang stabil. Hal tersebut membuatnya bisa diandalkan untuk dapat membangun PWA dan juga SPA yang dipersiapkan untuk menampung banyak trafik. React sendiri memiliki rating github sekitar 178 ribu bintang
Fitur Unggulan dari React:
- Virtual DOM – Sama dengan Vue.js, React juga dibekali dengan Virtual DOM yang berguna untuk menyimpan berbagai perubahan kode.
- Libraries Integration – Menjadikan React bisa digunakan bersama dengan berbagai library yang berbasis JavaScript.
- JSX (JavaScript XML) – Ekstensi sintaks JavaScript untuk dapat memudahkan modifikasi DOM dengan kode yang berformat HTML.
Keunggulan React: - Komponen bisa digunakan secara berulang-ulang di berbagai halaman aplikasi. - Kemudahan untuk menulis komponen tanpa perlu mengenalkan atau mendeklarasikan Class-nya. - Menyediakan berbagai tools pengembang dengan fitur-fitur yang cukup melimpah. - React paling pas digunakan untuk membangun SPA yang cenderung kompleks dan membutuhkan banyak komponen user interface seperti panel navigasi, tombol, dan akordion. Selain itu, React juga lebih cocok jika dipakai bersama library lain seperti Redux, karena dapat meningkatkan kinerja SPA.
Kekurangan React: - Dokumentasi yang berubah-ubah, mengingat frekuensi update yang terlalu sering dilakukan. - Agak sulit dipelajari oleh pemula karena JSX yang cenderung rumit. - React kurang cocok bagi Anda yang pemula dan belum memahami bahasa pemrograman JavaScript, apalagi JSX yang punya aturan kode lebih rumit daripada JavaScript biasa.
Contoh Penggunaan React: Di samping sebagai framework Facebook, React juga telah dipakai oleh perusahaan perusahaan besar untuk membangun berbagai website populer lain seperti Netflix, Reddit, dan Pinterest.
Selain React, ternyata ada lagi front end framework yang ternyata buatan raksasa teknologi lain. Framework yang dimaksud adalah Angular yang dikembangkan oleh perusahaan mesin pencari Google sejak tahun 2009 lalu. Mirip dengan React, Angular juga merupakan framework yang open source. Nah, front end framework yang satu ini berjenis MVC (Model View Controller) dan juga dibangun dengan menggunakan bahasa TypeScript.
Sayangnya, Angular mempunyai aturan penulisan kode yang cukup rumit. Selain itu, ukurannya juga tergolong besar yakni sekitar 566 KB. Pun demikian, Angular terbukti handal untuk membangun web dan juga mobile app, PWA, hingga RIA (Rich Internet App). Angular memiliki rating di Github sekitar 77 ribu bintang.
Fitur Unggulan Angular:
- Directives – Memudahkan Para developer untuk mengatur DOM sehingga bisa menghasilkan konten berformat HTML yang lebih dinamis.
- Hierarchical Injections – Memudahkan pengelolaan komponen kode untuk keperluan pengujian atau pun penggunaan ulang.
- Two-way Data Binding – Mirip dengan Vue.js, Angular menggunakan two-way data binding untuk memberikan kemudahan sinkronisasi antara Model dan View.
Kelebihan Angular:
- Setiap perubahan kode bisa ditampilkan hasilnya secara instan dengan adanya Two-way Data Binding. - Dapat menggunakan komponen secara berulang-ulang cukup dengan sekali menulis komponen saja. - Jumlah baris kode yang diperlukan untuk dapat membangun aplikasi jadi lebih sedikit. - Dukungan resmi dari Google beserta komunitasnya yang luas. - Angular adalah front end framework terbaik untuk membangun aplikasi kompleks untuk keperluan bisnis yang berskala besar.
Kekurangan Angular:
- Sulit dipelajari oleh pemula, mengingat aturan penulisan kode yang cukup rumit. - Struktur aplikasi yang dihasilkan juga cenderung rumit, sehingga bisa menurunkan kinerja aplikasi. - Kemampuan SEO yang juga terbatas sehingga kurang SEO Friendly. - Angular kurang pas untuk membangun aplikasi simpel serta ringan mengingat kerumitannya. Selain itu, ia juga tidak cocok untuk website dengan tujuan untuk menjaring trafik, karena kurang SEO Friendly.
Contoh Penggunaan Angular: Selain digunakan untuk membangun berbagai layanan pada Google, Angular juga digunakan oleh banyak perusahaan mulai dari Forbes, LEGO, UPS, dan juga BMW.
jQuery adalah salah satu front end framework tertua yang dirilis sejak tahun 2006. Meski begitu, jQuery masih cukup relevan digunakan untuk membangun website, mobile app, dan desktop app. Sama seperti React, jQuery sebenarnya adalah library JavaScript dan bukan merupakan framework. Nah, jQuery punya fungsi utama yaitu untuk memanipulasi CSS dan DOM sehingga menghasilkan website yang lebih interaktif.
Selain itu, jQuery juga menawarkan kemudahan penggunaan dengan memangkas aturan penulisan kode JavaScript menjadi lebih ringkas. jQuery juga didukung komunitas yang luas dan berpengalaman. Rating Github dari jQuery ini adalah 55 ribu bintang.
Fitur-Fitur Unggulan jQuery:
- Versatile Event Handling – Memangkas jumlah baris kode untuk perintah yang melibatkan aktivitas pengguna, seperti klik pada mouse.
- jQuery Mobile – Framework HTML5 berbasis System-UI untuk memudahkan developer dalam membangun mobile app.
- Browser Interchangeability – Mampu menjalankan berbagai fungsi di hampir semua browser tanpa mengalami kendala berarti.
Keunggulan jQuery:
- Mudah dipelajari dan digunakan oleh pemula karena penulisan kode yang simpel - Mendukung hampir semua browser yang ada di pasaran. - Menyediakan beragam pilihan plugin untuk menambah fiturnya. - jQuery lebih cocok digunakan untuk membangun aplikasi desktop berbasis JavaScript. Selain itu, jQuery juga pilihan yang pas untuk membangun website interaktif untuk digunakan di berbagai jenis browser.
Kekurangan jQuery:
- Ukuran yang tergolong besar, satu package jQuery terdiri atas semua komponen DOM, Events, Effects, dan AJAX. - Kinerja yang tergolong lambat, mengingat ukuran yang besar. - Tidak memiliki Data Layer, sehingga proses memanipulasi DOM jadi lebih rumit. - jQuery tidak sesuai untuk membangun ekosistem website modern seperti PWA, SPA, atau web app. Hal ini karena ketiadaan Data Layer yang bisa menyebabkan lambatnya performa.
Contoh Penggunaan jQuery: Beberapa perusahaan yang tercatat menggunakan jQuery antara lain Microsoft, Uber, Twitter, dan Pandora.
Bertolak belakang dengan jQuery, Svelte adalah front end framework dengan usia paling muda yang ada di daftar ini. Sebab, Svelte baru diluncurkan pada 2016 lalu.
Berbeda dengan yang lain, Svelte bukan merupakan framework maupun library, melainkan sebuah compiler. Nah, compiler yang satu ini berbasis JavaScript, HTML, dan CSS sekaligus. Meski menggabungkan tiga elemen, performanya tetap stabil. Bahkan, Svelte dianggap sebagai salah satu framework tercepat saat ini. Selain itu, ia juga tergolong ringan karena aturan penulisan kode yang cenderung ringkas. Svelte sendiri memiliki rating Github dengan 52 ribu bintang.
Fitur-Fitur Unggulan Svelte:
- Modularity Principles – Mengelompokkan berbagai komponen lalu mengisolasinya sehingga memudahkan proses pengembangan aplikasi.
- Boilerplate-free Coding – Menghasilkan modul secara seragam dalam bentuk Vanilla JavaScript dari komponen berformat HTML, CSS, dan JavaScript.
Keunggulan Svelte:
- Lebih ringan dan simpel karena bisa menggunakan Library JavaScript yang sudah ada. - Kinerja lebih cepat dibanding framework populer lain seperti React atau Angular. - Aturan kode yang minimalis sehingga proses pengembangan aplikasi lebih cepat. - Svelte akan cocok digunakan untuk membangun proyek berskala kecil dengan jumlah pengembang yang sedikit. Compiler ini juga merupakan pilihan terbaik bagi Anda yang masih pemula mengingat ringkasnya aturan kode.
Kekurangan Svelte:
- Dukungan komunitas yang minim dan belum berkembang
- Tools pengembang yang tersedia masih sedikit.
- Belum terlalu populer karena tergolong masih baru.
- Svelte bukan pilihan terbaik untuk membangun proyek berskala besar, mengingat minimnya dukungan komunitas dan tools yang tersedia belum banyak.
Contoh Penggunaan Svelte: Beberapa website populer yang dibangun menggunakan Svelte antara lain The New York Times, 1Password, dan Rakuten.
Kesempatan lowongan magang terbaru di tahun 2024
Baca Selengkapnya..