+62 896 6423 0232 | info@idmetafora.com
Software ERP Indonesia IDMETAFORA


Mengenal Pengusaha Bidang Teknologi Sukses yang Ada Di Indonesia!

13 October, 2022   |   Isaias

Mengenal Pengusaha Bidang Teknologi Sukses yang Ada Di Indonesia!

Sukses di bidang makanan mungkin itu sudah biasa. Namun jika menjadi pengusaha sukses di bidang teknologi itu baru luar biasa, Karena tak semua orang bisa sukses dalam industri IT yang kini dikuasai oleh pasar luar negeri.
Para pengusaha yang sukses di bidang teknologi ini wajib diacungi jempol. Karena prestasi mereka bisa mengubah perekonomian dari sebagian warga di Indonesia. Sebut saja Nadiem Makarim, berkat jasanya kini para tukang ojek yang biasa disebut kelas pinggiran kini naik kelas menjadi kelas menengah karena kecanggihannya dalam menggunakan teknologi yang mengikuti perkembangan zaman. Berikut ini adalah daftar para pengusaha sukses dibidang teknologi atau technopreneur yang ada di Indonesia:


William Tanuwijaya (Pendiri Tokopedia) 

Siapa sangka jika orang nomor satu di situs Tokopedia, dulunya hanyalah seorang penjaga warnet. Pria yang pernah menimba ilmu di Universitas Bina Nusantara ini setelah pulang kuliahnya, mulai dari jam 9 malam hingga jam 9 pagi bekerja di sebuah Warnet dekat kampusnya.
Hal tersebut dilakukan, karena Wiliam harus memiliki uang tambahan untuk biaya kuliahnya. Apalagi dia adalah anak perantauan dari Siantar, Sumatera Utara, yang tentunya memerlukan uang tambahan untuk biaya hidupnya.
Setelah lulus pria kelahiran 18 November tahun 1981 ini pun bekerja di bidang pengembangan software komputer. Saat itu terbesit dipikirannya bagaimana agar dirinya bisa mendirikan perusahaan sendiri seperti mimpinya yang ingin mendirikan suatu perusahaan internet sendiri.
Impiannya pun terwujud setelah dia mendapatkan inspirasi saat dia menjadi seorang moderator dalam sebuah forum online kafegaul yang mempunyai fasilitas jual beli. Dari sanalah dia berpikir mengapa tidak membangun serta menciptakan startup yang baru namun serupa. Hingga di tahun 2007 dia mulai membangun Tokopedia bersama dengan kawannya yang bernama Leontinus Alpha Edison. Sebuah situs gratis yang dapat menghubungkan antara penjual dan pembeli di seluruh Indonesia.


Achmad Zaky (Pendiri Bukalapak)

Pria kelahiran Sragen Jawa Tengah ini memang sejak duduk dibangku sekolah dasar telah menyukai dunia IT. Ketekunannya dalam dunia Teknologi pun dia seriusi dengan melanjutkan pendidikannya di Jurusan Teknik Informatika di ITB, bahkan di semester pertama dia pernah mendapatkan IPK 4,00. Selain prestasi akademis, pria kelahiran 24 Agustus tahun 1986 ini juga aktif di organisasi, dia bahkan menjadi salah satu pencetus dari lahirnya Global Student Think-Tank di ITB. Zaky juga mendirikan Entrepreneur Club ITB yang kemudian dikenal dengan Techno Entrepreneur Club (TEC ITB) hingga sekarang. Ia pun aktif di Amateur Radio Club (ARC) di ITB.
Setelah lulus dari ITB, ia mendirikan sebuah perusahaan jasa konsultasi teknologi yang bernama Suitmedia. Tak hanya itu Zaky juga pernah mencoba peruntungan di dalam bisnis kuliner mie ayam namun gagal (bangkrut). Hingga dia trauma untuk membuka sebuah usaha lagi.
Namun rasa trauma Zaky pupus ketika dia memiliki keinginan untuk dapat membuat sesuatu yang lebih bermanfaat bagi banyak orang. Ia ingin memajukan dunia UKM lewat dunia maya di bidang keahliannya. Ia pun membuat code base dengan nama Bukalapak.com hanya dalam waktu dua bulan. Namun sayang saat ia memasarkan Teknologi buatannya itu kepada para pedagang di mall responnya hanya sedikit. Respon bagus justru berasal dari para pedagang kecil yang meminta bantuan agar barang dagangannya bisa laku dengan mudah. Sejak saat itu Zaky pun mulai memfokuskan diri untuk menjualkan barang dagangan para UMKM secara online.
Dan hingga kini perkembangan Bukalapak pun sangat pesat, lebih dari sekitar 10.000 pedagang yang bergabung di Bukalapak sehingga mengundang banyak para investor untuk menanamkan modalnya di Bukalapak seperti 500 Startups, Gree van Batavia Incubator, IMJ Investment, dan juga Elang Mahkota Teknologi Tbk (EMTEK Group). Dan kini Pendiri atau CEO Bukalapak ini masuk ke dalam tiga Teknopreneur yang berpengaruh di Asia.


Nadiem Makarim (Pendiri Go-Jek)

Namanya seringkali disebut seiring dengan tenarnya GO-JEK di tanah air. Pria kelahiran 4 Juli tahun 1984 ini membangun sebuah perusahaan teknologi untuk kebutuhan transportasi tanah air karena melihat para tukang ojek yang seharian menunggu penumpang namun tak kunjung ada juga. Sehingga dia iba, karena hal itu dia ingin membantu para tukang ojek untuk mendapatkan penumpangnya. Dan ternyata idenya ampuh bahkan inovasinya kini bisa mengangkat derajat para tukang ojek yang dulunya mungkin dikenal dengan kelas menengah ke bawah.
Kini para tukang ojek yang biasanya hanya akan mendapatkan pelanggan maksimal sekitar 7 orang perharinya namun sekarang bisa mencapai sekitar 10 hingga 20 orang. Bahkan para tukang ojek bukan hanya bisa mengantarkan paket namun juga barang serta makanan yang dipesan oleh pelanggan.


Ferry Unardi (Pendiri Traveloka)

Berbeda dari founder founder lainnya yang mempunyai pengalaman dalam bidang enterpreneur, Ferry justru tak ada sama sekali. Dia hanya berbekal keahliannya di dalam dunia IT. Ketika kuliah dia mengambil jurusan Matematika serta pernah bekerja di Microsoft. Sebenarnya untuk mendirikan sebuah startup tak pernah muncul di pikirannya hingga tiga tahun setelah dia bekerja di perusahaan besar yang didirikan oleh Bill Gates tersebut.
Hal itu berawal saat Fery yang saat itu bekerja sebagai mahasiswa di Boston dan juga karyawan di Seattle, ferry sering kesulitan untuk pulang ke kampung halamannya di Padang. Dia pun sering  merasa jengkel karena kesulitan dalam memesan tiket pesawat dan selalu kesulitan dalam memperkirakan rutenya, Sehingga Ferry yang saat itu baru berusia 23 tahun memutuskan untuk keluar dan membuat sebuah aplikasi startup reservasi tiket yang kini namanya terkenal dengan nama Traveloka.
Keputusan ferry untuk keluar dari zona nyamannya ternyata justru membawakan peruntungan. Dirinya menjadi salah satu dari tiga orang technopreneur dari Indonesia yang berpengaruh di Asia. Karena aplikasi pelayanan transportasi miliknya tersebut banyak yang berminat termasuk warga dari mancanegara yang tinggal di Asia.


Andrew Darwis (Pendiri KasKus)

Pemuda kelahiran 20 Juli tahun 1979  ini memang terlahir sebagai turunan seorang pakar elektronika. Ayahnya memang bekerja sebagai seorang pakar elektronika di sebuah perusahaan pipa di Indonesia. Sejak kecil Andrew memang mempunyai hobi untuk mengutak-atik radio serta barang-barang elektronika lainnya.
Andrew memang dikenal sebagai anak kreatif dan juga agak nakal, namun semenjak tidak naik kelas pada kelas 6, anak kedua dari empat bersaudara ini berubah menjadi anak yang minder, mengurung diri dan hanya berteman dengan orang-orang tertentu saja.
Ketika internet belum banyak penggunanya di era 90an, Andrew sudah mulai mengenal internet bahkan di tahun 1997, dia sudah membuat situs web pribadinya sendiri. Namun karena masih menggunakan internet dari sambungan telepon milik sang ibu, akhirnya ibunya marah karena tagihan teleponnya yang membengkak.
Selepas lulus SMA sesuai dengan minatnya ia pun mendaftar ke jurusan Teknik Informatika di Universitas Bina Nusantara atau BINUS. Dan karena dia aktif di internet dia pun sudah ditawari pekerjaan sebagai pengolahan data internet dan telepon sehingga dibayar oleh perusahaan.
Di tahun 1998, ketiga teman dekat dari Kris, Ronald dan Budi yang memang kuliah di Amerika Serikat pulang ke tanah air, mereka mengajak Andrew untuk berkuliah bareng di Seattle dengan iming-iming bisa bermain internet sepuasnya serta bertemu dengan Bill Gates. Namun karena tak memiliki biaya untuk kuliah di Amerika akhirnya dirinya dipinjamkan uang oleh pamannya yang saat itu bekerja di perusahaan mebel.
Ketika kuliah di Seattle Andrew dan teman-temannya mendapatkan tugas pribadi yakni membuat situs pribadi. Teman-temannya pun mengisi situs pribadinya dengan pengalaman mereka masing-masing, namun karena Andrew masa lalunya hanya diisi dengan mengurung diri makanya dia lebih memilih membuat situs sosial yang diberi nama dengan Kaskus. Saat itu Andrew sudah mengetahui bahwa E-Commerce sedang ramai di Indonesia.
Dosennya pun memberikan apresiasi ke situs yang dibuat Andrew serta memberinya beberapa masukan. Karena termotivasi Andrew pun memutuskan untuk serius dalam menggarap situs Kaskus nya itu. Dia pun ikut mengajak kedua teman dekatnya dalam mengelola Kaskus, Ronald dan Budi. Ronald membantu untuk menerjemahkan artikel-artikel yang dibuat Andrew ke dalam Bahasa Inggris sedangkan Budi mendapatkan tugas untuk mengunggah foto-foto acara mahasiswa yang diadakan di Seattle.
Namun pada tahun 2000, Ronald dan Budi memutuskan untuk berhenti membantu Andrew dalam mengelola Kaskus namun mereka tetap berharap Andrew dapat meneruskannya. Saat itu Kaskus belum banyak menghasilkan, bahkan untuk mendapatkan penghasilan tambahan, Andrew harus bekerja sebagai pengiris tomat dan juga sebagai kasir di Burger King. Hingga akhirnya dia bertemu dengan saudaranya yang memang kaya, yang bernama Ken Lawadinata, yang menjadi CEO Kaskus saat itu.


Natali Ardianto (Pendiri Tiket.com)

Siapa sangka jika seorang Natali Ardianto dulunya seorang yang tak ramah dan juga introvert namun sikap buruknya tersebut kini semakin memudar seiring dengan berjalannya waktu. CTO dari Tiket.com ini sudah menyukai industri IT sejak dia duduk di bangku sekolah dasar. Kemudian kesukaannya tersebut dilanjutkan hingga ia duduk di bangku SMA.
Di bangku kuliah, Natalie pun mulai menekuni minatnya di bidang industri IT yang berkuliah di Universitas Indonesia jurusan Ilmu Komputer, pada tahun 1999-2004. Kemudian dilanjutkan dengan kuliah di Program Master (S2) Teknologi Informasi UI.
Hobinya menekuni dunia IT pun dia praktekkan dengan mengerjakan proyek-proyek freelance, sebagai web developer di situs-situs lokal. Dia juga pernah tergabung dalam perusahaan digital dengan mengerjakan website-website asal Jerman. Hingga mendapatkan uang sebesar 5000 Euro namun kuliahnya tersebut terbengkalai.
Meski begitu, Natalie tidak pernah menyesalinya justru karena dirinya sudah bekerja ketika kuliah, saat lulus dia sudah memiliki pengalaman tak dimulai dari nol lagi.
Meski begitu, ayah dua orang putri ini pernah mengalami sedikit kegagalan. Sebelum mendirikan perusahaan Tiket.com pernah dua kali mendirikan startup yaitu Urbanesia dan juga Golfnesia.  Kegagalan mendirikan dua startup tersebut justru menjadikannya pelajaran, kini Tiket .com yang didirikan oleh Natali Ardianto, Wenas Agusetiawan, Dimas Surya Saputra, dan juga Gaery Undarsa menjadi salah satu penjual tiket online yang sukses di Indonesia.


M Abdurrohman Alhafidz (Pendiri IDMETAFORA)

Berbeda dengan beberapa nama sebelumnya yang fokusnya pada industri consumer, M Abdurrohman Alhafidz justru berbisnis di industri enterprise dengan model bisnis B2B (Business to Business), dengan pengalaman sejak umur 14 tahun sudah terjun di dunia IT, M Abdurrohman Alhafidz membawa IDMETAFORA berkempang pesat dan punya track record panjang di industri software enterprise resources planning (ERP) dengan melayani jasa pembuatan software ERP dan web ke berbagai perusahaan besar seperti PT Pertamina (Persero), PT Chandra Asri Petrochemical Tbk, PT Madusari Murni Indah Tbk, PT Indonesia Power hingga berbagai perusahaan multinasional lainnya. M Abdurrohman Alhafidz sebagai sosok pebisnis muda yang merupakan alumni yang sukses dari S2 MBA (Master of Business Administration) di Universitas Gadjah Mada  Yogyakarta ini juga bisa menjadi inspirasi bagi para pebisnis muda yang mampu memulai dan membesarkan bisnisnya meski masih di usia muda. Hafidz membuktikan diusia yang sangat muda ia mampu memimpin dan mengorkestrasi para tenaga SDM professional di perusahaannya sehingga menjadikan IDMETAFORA (PT Metafora Indonesia Teknologi) perusahaan teknologi di bidang Software ERP di Indonesia yang penuh inovasi.

Liputan Software ERP IDMETAFORA Indonesia!

Jika anda merasa artikel ini bermanfaat, bagikan ke pengikut anda melalui tombol dibawah ini:



Software ERP Indonesia

Artikel rekomendasi untuk Anda