Tidak dapat dipungkiri jika pertanian masih menjadi bidang yang banyak dijadikan sebagai mata pencaharian oleh kebanyakan masyarakat Indonesia. Hal tersebut didasari oleh tanah di wilayah Indonesia yang cukup subur dan cocok untuk dijadikan sebagai lahan untuk bercocok tanam dan juga bertani.
Karena alasan ini pula, Indonesia dikenal sebagai negara agraris di mata negara tetangga, atau juga bahkan dunia. Sektor pertanian juga masih menjadi salah satu sumbangsih yang terbesar bagi pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Dalam kata lain, sektor pertanian di Indonesia sangat berpotensi untuk dijadikan sebagai lahan bisnis, tidak hanya untuk meraup keuntungan individu, namun juga dapat membantu kesejahteraan rakyat Indonesia dengan secara menyeluruh.
Berbicara mengenai sektor pertanian, Anda pasti pernah mendengar atau malah tidak asing lagi dengan istilah agribisnis bukan. Secara singkat, agribisnis dapat diartikan sebagai sebuah bisnis dengan basis usaha pertanian, atau pun bidang lain yang mendukungnya.
Nah, dari penjelasan singkat tersebut, dapat ditarik kesimpulan jika agribisnis merupakan suatu bidang keilmuan yang sepatutnya dipahami oleh masyarakat Indonesia. Pasalnya, akan sangat disayangkan jika sebagai negara yang agraris, masyarakat Indonesia malah belum bisa memanfaatkan dan juga mengembangkannya guna memaksimalkan potensi yang ada di sektor pertanian.
Yang dimaksud dengan agribisnis yaitu adalah sebuah bisnis dengan basis usaha pertanian maupun bidang lain. Tujuan dari agribisnis tersebut adalah untuk mendukung pertanian, mulai dari sektor hulu hingga ke hilir. Artinya, pandangan pokok dari bidang ini mengacu pada rantai sektor pangan atau food supply chain. Sehingga, agribisnis juga dapat diartikan sebagai cara pandang ekonomi dalam upaya penyediaan suatu pangan.
Selain itu, mengacu pada cara pandang ekonomi, agribisnis dapat diartikan sebagai usaha mempelajari strategi guna memperoleh keuntungan dengan berdasarkan pengelolaan pada aspek budidaya dan juga persiapan bahan baku.
Agribisnis juga bertanggung jawab pada kegiatan pasca panen, hingga dengan cara pengolahan hasil panen sampai masuk pada fase pemasaran. Oleh karena itu, bidang ini sering dikaitkan dengan konteks manajemen pada dunia akademik atau juga biasa dikenal sebagai jurusan agribisnis. Jurusan agribisnis yaitu sebuah ilmu tentang strategi dalam menjalankan rantai produksi dengan seefektif mungkin.
Beberapa tahun belakangan ini agribisnis sedang menjadi trend dan cukup digemari masyarakat. Agribisnis adalah kelompok bisnis dengan basis bidang pertanian serta bidang pendukung lainnya yang dilakukan dari hulu hingga ke hilir. Pelaksanaan agribisnis tersebut tidak jarang juga ada yang menggunakan teknologi canggih prinsipnya komersial.
Bidang agribisnis meliputi pengolahan budidaya pertanian, penyediaan bahan baku yang dibutuhkan, penanganan pasca panen, proses pengolahan hasil hingga pada bagaimana tahap pemasaran yang akan dilakukan. Saat ini agribisnis merupakan bidang usaha yang cukup diminati oleh sebagian besar masyarakat karena menjanjikan keuntungan yang lumayan besar. Karena hasil produk dari agribisnis merupakan barang yang sebagian besar adalah kebutuhan pokok untuk masyarakat.
Beberapa ahli memiliki pendapat masing-masing mengenai apa yang dimaksud dengan agribisnis. Apa saja pendapat ahli tentang agribisnis tersebut bisa disimak dalam penjelasan di bawah ini yaitu sebagai berikut:
Sjarkowi dan Susi Kedua ahli ini menyatakan pendapat bahwa yang dimaksud dengan agribisnis adalah segala upaya yang berhubungan dengan kegiatan produksi bidang pertanian. Kegiatan yang tercakup di dalamnya adalah mulai dari input hingga dengan pengelolaan terhadap hasil pertanian sebagai outputnya
Downey dan Erickson Sedangkan menurut Downey dan Erickson agribisnis merupakan sebuah aktivitas yang berhubungan dengan proses serta penanganan komoditi pertanian dalam artian yang cukup luas. Kegiatan dan aktivitas yang dimaksud meliputi rantai produksi dan juga pengeluaran produksi, pengelolaan pemasukan serta pemasarannya. Agribisnis bisa juga meliputi lembaga yang menunjang semua proses proses tersebut.
Arsyad Agribisnis merupakan satu kesatuan dari berbagai aktivitas serta kegiatan terkait bidang pertanian yang sudah termasuk didalamnya yaitu keseluruhan dari rantai produksi serta pemasaran produk dalam arti yang luas.
Austin Menurut Austin, agribisnis merupakan sebuah berbagai kegiatan usaha yang terdapat dalam pertanian untuk mengelola pangan serta usaha terkait sarana dan prasarana yang berhubungan langsung dengan beberapa bidang. Bidang yang dimaksud antara lain yaitu pertanian, transportasi, pemasaran, perdagangan dan juga berbagai kegiatan lainnya yang terkait dengan distribusi bahan-bahan tertentu kepada para konsumennya.
Drillon Drilon mengatakan bahwa agribisnis merupakan sebuah kegiatan tani secara keseluruhan yang berkaitan dengan usaha pertanian, sarana pertanian, pengelolaan, manufaktur serta pendistribusian produk pertanian serta produk produk lainnya. Drilon juga mengatakan bahwa agribisnis bisa saja termasuk bagaimana cara penyimpanan bahan dan juga hasil pertanian.
E. Paul Roy E. Paul Roy menjelaskan bahwa agribisnis adalah sebuah proses koordinasi dari sejumlah sub-sistem yang saling mempengaruhi. Sub-sistem tersebut bisa meliputi penyediaan pada input pertanian seperti, pengolahan hasil, produksi pertanian, dan juga pemasaran pada hasil pertanian.
Melihat pengertian serta penjelasan dari para ahli diatas, agribisnis memiliki ruang lingkup yang luas. Beberapa di antaranya adalah yaitu:
- Usaha dalam memproduksi benih dan juga bahan kimia untuk pertanian. - Pakan ternak. - Alat serta mesin untuk pertanian. - Cara memproses bahan untuk pertanian. - Produksi biofuel dan wisata pertanian. Jadi, dapat disimpulkan jika bidang keilmuan ini tidak serta-merta mengenai bertani dan juga membudidayakan tanaman. Melainkan, peternakan, kehutanan, serta perikanan juga termasuk dalam cakupannya.
Sebagai contoh, biofuel yang menjadi hasil tanaman pertanian yang kini sudah banyak menarik perhatian masyarakat secara umum serta para akademisi. Pasalnya, perubahan iklim menjadi isu yang semakin gencar dipublikasikan serta adanya peningkatan harga dari bahan bakar fosil untuk diolah sebagai BBM. Oleh karena itu, penelitian serta produksi pada biofuel saat ini terus dikembangkan dan kian menjadi salah satu dari bentuk agribisnis.
- Dapat meningkatkan pendapatan dari produsen. - Dapat menambah penyerapan tenaga kerja. - Dapat menumbuhkan devisa negara. - Dapat meningkatkan jumlah agroindustri. - Mendukung tingkat keberhasilan pembangunan dalam bidang pertanian.
Untuk Indonesia sendiri, agribisnis bisa dilakukan dengan cara meningkatkan penggunaan dari teknologi baru dan juga canggih, serta memberlakukan efisiensi pada semua bidang guna menekan modal untuk produksi. Dengan begitu, melalui sistem ini, sektor pertanian di Indonesia dapat menghasilkan keuntungan yang lebih besar. Salah satu caranya adalah dengan cara memprioritaskan komoditas unggulan yang ada di Indonesia.
Sebagai sebuah pendekatan pembangunan, sistem agribisnis ini mempunyai 4 aspek, yaitu penyediaan pada sarana produksi serta peralatan, usaha pertanian, pengolahan, dan juga pemasaran. Agar keempat subsistem mampu berjalan dengan lebih baik serta lancar, subsistem lain seperti pembinaan dan infrastruktur juga sangat diperlukan.
Jika koordinasi dari seluruh aspek tersebut bisa berjalan lancar, penciptaan kondisi kondusif serta memadai di area pedesaan akan sangat diperlukan. Penciptaan kondisi tersebut meliputi perlengkapan komponen, wirausaha serta kemitraan, dan juga kondisi lain yang bisa mendukung sistem agribisnis di wilayah pedesaan.
Studi dan penelitiannya juga seringkali berasal dari bidang keilmuan Ekonomi Pertanian serta Manajemen dan itu membuatnya sering dikenal sebagai manajemen agribisnis. Pemerintah sendiri sebenarnya sudah melakukan berbagai upaya untuk meningkatkan pengembangan ekonomi pada sektor bahan pangan ini. Namun, hingga kini, upaya tersebut belum cukup dalam mengoptimalkan kinerja agribisnis Indonesia agar kegiatan impor bahan pangan dari luar negri dapat dikurangi.
Seperti yang sempat dibahas sebelumnya, Indonesia termasuk sebagai negara agraris karena sebagian besar penduduknya berprofesi sebagai petani. Menyandang gelar negara agraris membuat Indonesia mempunyai lahan subur yang sangat luas dan dapat digunakan untuk bertani. Melalui kondisi inilah Indonesia sudah mulai mengenal dan juga mempraktikkan agribisnis.
Perjalanan Indonesia dalam mengembangkan agribisnis ini bisa dibilang mengalami masa jatuh bangun. Tentunya, hal ini mempunyai pengaruh sangat besar pada perkembangan ekonomi Indonesia, baik dalam skala mikro maupun makro. Agribisnis tentu memiliki alasan yang kuat untuk dikembangkan di Indonesia dan mampu bertahan hingga sampai saat ini.
Beberapa prospek dalam agribisnis di Indonesia meliputi:
- Tanah Indonesia yang relatif subur serta sangat cocok ditanami tanaman pangan. - Iklim yang bersahabat dan juga beresiko kecil mengalami bencana. - Lokasi Indonesia yang berada di garis khatulistiwa dan beriklim tropis membuat petani mudah untuk mendapatkan sinar matahari yang cukup untuk mengembangkan tanaman. - Aliran sungai, saluran irigasi, serta bendungan yang berlimpah.
Secara umum, di Indonesia, perkembangan dari agribisnis di Indonesia terbagi menjadi beberapa fase:
Fase Konsolidasi: Fase konsolidasi terjadi pada tahun 1967 hingga 1978, dan dengan pertumbuhan di sektor pertanian 3,39 persen lebih besar ditengarai dari kinerja sub-sektor tumbuhan pangan serta perkebunan sebesar 3,58 persen dan 4,53 persen. Terdapat 3 kebijakan penting pemerintah yang terjadi di fase ini, yakni penggunaan teknologi atau intensifikasi, perluasan area dengan mengkonversi hutan yang tidak produktif atau ekstensifikasi, serta penganekaragaman dalam usaha agribisnis guna menambah pendapatan petani atau diversifikasi.
Fase Tumbuh Tinggi: Dalam periodi ini, tahun 1978 hingga 1986, agribisnis pada sektor pertanian memiliki angka pertumbuhan lebih dari 5,7 persen. Di lain sisi, produksi pangan, perikanan, perkebunan, dan peternakan memiliki angka produksi mencapai 6,8 persen dan puncak terjadi swasembada pangan.
Fase Dekonstruksi: Di fase dekonstruktif tahun 1986 hingga 1997, sektor pertanian Indonesia mengalami penurunan pertumbuhan, yakni di bawah angka 3,4 persen per tahun. Alasannya adalah adanya pengacuhan dari perumusan kebijakan karena anggapan telah mencapai swasembada pangan. Sehingga, persepsi dari pengembangan agribisnis menjadi tergulir dengan sendirinya.
Fase Krisis: Lanjut pada masa krisis moneter di tahun 1997 hingga 2001, nilai tukar Rupiah pada Dolar Amerika mengalami lonjakan dan membuat komoditas ekspor di sektor pertanian menjadi lebih tinggi, khususnya perikanan dan perkebunan. Kendati demikian, sektor pertanian masih kewalahan dan harus menyerap limpahan dari tenaga kerja di sektor informal serta perkotaan sebagai dampak dari krisis yang terjadi.
Fase Desentralisasi: Terjadi di tahun 2001 hingga sekarang, perkembangan agribisnis di Indonesia berada pada fase desentralisasi. Artinya, transisi politik yang terjadi membuat banyak perda dibuat dan menimbulkan tidak sedikit penyimpangan administrasi serta korupsi menurut survey dari LPEM-FEUI. Alhasil, terdapat banyak biaya tambahan untuk bisa menjalankan birokrasi pemerintah.
Sebagai negara yang agraris, Indonesia tentu tidak bisa mengabaikan pengaruh dari agribisnis pada sektor pertanian. Bahkan, jika masih dianggap sepele dan tidak dikembangan dengan secara maksimal, ketergantungan Indonesia untuk ekspor bahan pangan akan terus berjalan. Jadi, agribisnis menjadi kunci penting agar Indonesia dapat mewujudkan swasembada pangan dan memajukan sektor pertanian.
Kesempatan lowongan magang terbaru di tahun 2024
Baca Selengkapnya..