Kisah inspiratif datang dari pendiri OYO Hotels, yaitu Ritesh Agarwal. Di usianya yang masih sangat muda yaitu 26 tahun, ia telah memiliki kekayaan hingga sekitar Rp 14 triliun. Berkat perjuangan kerasnya, Ritesh akhirnya berhasil menjadi seorang pengusaha sukses. Selalu ada kisah yang menarik di balik kesuksesan seseorang.
Ritesh sendiri dulunya hanyalah seorang penjual SIM Card di kotanya yaitu di Southern Odisha, India. Dia sudah berjualan kartu sejak ia masih berusia 13 tahun. Pada tahun 2011, Ritesh sempat untuk berkuliah. Namun, pada akhirnya ia memutuskan untuk berhenti kuliah karena menurutnya ia tidak akan berhasil.
Dia memulai bisnisnya yang berawal dari membantu mengembangkan sebuah hotel kecil. Saat itu ia mencoba memberi beberapa saran kepada pemilik hotel mengenai hotel tersebut, tentang apa saja yang diubah atau juga ditingkatkan. Dia juga mengunggah sejumlah foto mengenai hotel yang telah dikembangkannya tersebut. Hingga akhirnya, Ritesh mencoba untuk memulai bisnisnya dengan membangun hotel yang dinamai dengan OYO Rooms, pada tahun 2013. Selain itu, motivasi ia membangun hotel tersebut karena kurangnya hotel yang higienis dan juga murah. Kini, Ritesh telah mempunyai sekitar 43 ribu hotel dan 20 ribu karyawan.
Namun, di balik kesuksesannya sebelum seperti saat ini, ia sempat gagal sebanyak 6 kali. Namun, Ritesh tidaklah mau menyerah dengan begitu saja. Dengan motivasi "Jika kamu tidak gagal, kamu tidak akan pernah kuat," ujar Ritesh.
Ritesh juga menceritakan awal mulanya ia mulai berbisnis hotel. Hal tersebut berawal dari remote TV dan ia tidak pernah diberi kesempatan untuk memilih suatu acara TV yang ingin ditontonnya di rumah saudaranya. "Karena saya tidak bisa memakai remote TV di rumah saudara. Mereka lebih suka menonton sinetron, sedangkan saya ingin menonton film kartun," ujar Ritesh.
Kisah sukses ini mungkin bisa kita jadikan sebagai inspirasi. Ritesh Agarwal yang putus dari sekolah itu berhasil mengubah nasibnya. Hanya dalam waktu 6 bulan, dia mampu menjadi salah satu miliuner termuda di negaranya yaitu India. Semua bermula, pada usianya yang ke-19, Ritesh mulai mendirikan jaringan layanan hotel OYO yang berada di Kota Gurgaon, di luar ibu kota India. Kian agresif kini jaringan hotel OYO kian meluas di India, hingga mencapai 18 ribu lokasi. Di China hampir mencapai sekitar 13 ribu. Tidak hanya di India dan juga China, hotel ini bisa ditemukan di Inggris, Indonesia, Filipina, dan juga Uni Emirat Arab.
Asal Usul OYO
OYO awalnya didirikan pada tahun 2002, sebagai layanan jaringan hotel online yang bernama Oravel Travel yang mengumpulkan daftar kamar kamar hotel murah. Salah seorang mitra Hotel OYO mengatakan itu hampir serupa dengan konsep Airbnb.
Awalnya ide tersebut dianggap tidak sesuai untuk negaranya yaitu India pada saat itu. Salah seorang teman Ritesh bahkan menyarankan untuk mengubah konsep dari bisnisnya. Tapi saat itulah Ritesh merasa percaya diri dengan idenya tersebut. Terbukti, kini OYO yang merupakan singkatan dari "On Your Own" akhirnya memperluas cabangnya pada tahun 2006 dan berkembang hingga sampai sekarang. Perusahaan sekarang telah memiliki lebih dari 35.000 jaringan hotel di 800 kota, dan mempekerjakan 20.000 orang, yang setengahnya di India.
Mulai Kembangkan Bisnis Secara Global
Bahkan hingga kini, pada usianya ke-25, Ritesh ingin mengembangkan hotelnya secara global dan juga berencana memperluas hingga ke Amerika. "Amerika adalah salah satu pasar perhotelan terbesar, baik dalam hal pariwisata domestik dan internasional dan karenanya itu sangatlah memberi peluang besar bagi kami," jelas Ritesh Agarwal dikutip dari media CNN.
Sebenarnya jaringan hotel OYO ini sudah ada di Amerika, di 200 lokasi. Tetapi Ritesh mengaku masih kurang dan belum puas. Pada Agustus lalu, OYO telah membeli Hooters Casino Hotel dan juga telah dinamai ulang sebagai OYO Hotel & Casino Las Vegas. Selama ini, jaringan hotel OYO telah dikenal murah. Rata-rata tarif kamar yang dikenakan sekitar USD 30 atau Rp 421 ribu (1 USD = Rp14.038) per malamnya.
Merahasiakan Pendapatan Perusahaan
Namun sayang Ritesh menolak untuk mengungkapkan pendapatan perusahaannya. Namun OYO tercatat telah memiliki beberapa investor lain termasuk SoftBank, Sequoia Capital India, Airbnb dan juga Greenoaks Capital, yang diperkirakan bernilai sekitar USD 10 miliar.
Pada bulan Oktober, perusahaan mengumpulkan sekitar USD 1,5 miliar lagi, termasuk dengan investasi USD 700 juta dari Agarwal, yang sekarang memiliki 30 persen saham di perusahaannya tersebut. Agarwal juga membeli saham yang ada senilai USD 1,3 miliar dari investor Lightspeed Venture Partners dan juga Sequoia Capital.
Berkembang di Berbagai Negara
Setelah resmi didirikan pada tahun 2013 lalu, OYO Hotels & Homes adalah sebuah jaringan hotel, rumah, ruang tinggal dan ruang kerja terbesar ke-3 di dunia. Portfolio OYO terdiri dari properti yang dioperasikan sepenuhnya oleh OYO itu sendiri, property yang di-franchise, dan properti yang disewakan berjumlah lebih dari sekitar 23,000 hotel, dan juga 46,000 rumah liburan. OYO dan kategori Rumah Liburan dikelola oleh perusahaan di bawah bendera OYO Homes, Belvilla dan Dancenter dan juga dapat dapat ditemukan di lebih dari sekitar 800 kota di 80 negara, termasuk Amerika Serikat, Eropa, Britania Raya, India, Malaysia, Timur Tengah, Indonesia, Filipina, dan juga Jepang.
OYO Hotels & Homes atau biasa disebut “OYO” merupakan perusahaan dengan jaringan hotel terbesar ke-3* di dunia dan terbesar di Indonesia (dengan berdasarkan jumlah kamar). OYO secara resmi beroperasi di Indonesia pada Oktober tahun 2018 lalu, dengan misi untuk menghadirkan pengalaman menginap yang terstandarisasi dengan harga yang kompetitif, serta membantu para mitra pemilik hotel tradisional di segmen kecil menengah dan juga unbranded, untuk mengembangkan dan mentransformasi bisnis bisnis mereka.
OYO bukanlah suatu hotel aggregator, maupun virtual hotel operator (VHO), online travel agent (OTA), suatu perusahaan pemberi sertifikasi, dan tentunya juga bukan marketplace. OYO merupakan sebuah jaringan hotel yang pada awalnya didirikan untuk menjadi solusi atas kesenjangan antara demand dan juga supply akan tempat menginap dan/atau tempat tinggal yang berkualitas pada kelas hotel budget. Kondisi ini kemudian memaksa para pelancong untuk berkompromi atas lokasi, kualitas, dan juga harga. Berangkat dari kondisi tersebutlah, OYO kemudian berfokus pada pengembangan teknologi dan talenta untuk mengatasi masalah kesenjangan antara ketersediaan (supply) dan permintaan (demand) ini pada industri perhotelan. OYO bekerja sama dengan para pemilik properti untuk mengubah hotel budget dan unbranded menjadi tempat tinggal yang cukup berkualitas.
Konsep dan Teknologi yang digunakan OYO
Sebagai bagian dari upaya membantu para mitranya meningkatkan okupansi kamar, OYO Hotels yang merupakan startup jaringan hotel asal India mengadopsi model manchise (manajemen dan franchise).
Dalam konsep ini, kualitas, kontrol, dan manajemen dipegang penuh oleh OYO Hotels melalui pengelolaan perhotelan berbasis teknologi. Menurut Sahabat Lerjo Simbolon selaku Asistant General Manager OYO Indonesia, dengan konsep tersebut semua kamar yang ditangani menerapkan standar yang ditetapkan oleh OYO. "Dan itu tidak asal-asalan, kemudian tenaganya pun tidak sembarangan. Untuk tim operasional, kami ambil minimum hotel manager bintang tiga,” jelasnya.
Kemudian dari sisi teknologi yang diusung OYO Hotels diklaim bisa mengatasi persoalan operasional hotel. Lerjo yang akrab disapa Jojo ini menceritakan berbeda dengan kompetitor, konsumen bisa melakukan komunikasi dengan penyedia kamar dengan cepat dan tak berbelit melalui teknologi yang dikembangkan.
Misal Owner App yang memungkinkan pemilik hotel memantau operasional bisnis seperti arus kas, performa bisnis, harga, review pelanggan, dan rekomendasi secara mudah. OYO mengklaim, aplikasi ini mengurangi 60 persen pertanyaan pemilik hotel terkait operasional. Lalu ada Krypton App atau aplikasi untuk keperluan audit. Aplikasi ini memungkinkan tim audit OYO mengaudit properti dan menjamin pengalaman tamu sesuai standar.
“Jadi tim operasional memantau langsung kamar-kamar yang bermasalah dan kemudian diinvestigasi langsung untuk segera ditangani masalahnya, sehingga secara kualitas akan terjaga. Semua fasilitas akan terpantau, setiap hari akan dapat informasi tamu komplain, entah itu bad atau good review. Semua benar-benar transparan, tidak seperti hotel konvensional yang hanya ada catatan komplain di selembaran yang rentan manipulatif,” ujar Jojo.
Hal menarik lainnya, selain konsumen yang menilai kualitas hotel atau villa OYO yang mereka huni, tim OYO Hotels juga dapat menilai perlilaku konsumen. Nantinya penilaian tersebut akan tercatat dalam sistem sehingga pihak OYO Hotels bisa mengidentifikasi tamu yang telah berkunjung, apakah memiliki catatan baik atau buruk.
Jojo menceritakan tak dipungkiri, tamu memiliki pola perilaku yang berbeda, sehingga menjadi catatan penting untuk properti yang mereka miliki terhadap tamu-tamu tersebut.
“Fungsinya secara tidak langsung bersikap lebih hati-hati terhadap tamu tersebut. Kita akan mendata apakah tamu tersebut pernah berperilaku merusak misalnya, membanting TV, atau mabuk-mabukan menggunakan narkoba. Jelas itu sudah melanggar ketentuan dan mengganggu kenyamanan sekitar, jadi ada semacam black list gitu, tapi itu untuk kasus yang berat saja,” katanya.
Adapun Rishabh Gupta selaku Country Lead OYO Hotels Indonesia menambahkan saat ini ada lebih dari 400 talenta lokal di OYO yang memiliki pemahaman luar biasa terhadap industri hospitality di Indonesia. "Dan 70 orang dari mereka merupakan tim engineer khusus yang mampu melakukan transformasi hotel dalam kurun waktu 20 hari, serta menghadirkan standar OYO untuk pengalaman berkualitas bagi tamu kami," jelasnya.
Kesempatan lowongan magang terbaru di tahun 2024
Baca Selengkapnya..