+62 896 6423 0232 | info@idmetafora.com
Software ERP Indonesia IDMETAFORA


Mengenal Rival Dari Steam, Epic Games!

31 August, 2022   |   Hilal

Mengenal Rival Dari Steam, Epic Games!

Bagi penggemar berat dari seri game “Saints Row” mungkin sudah menjadikan platform media ini sebagai teman dekatnya. Untuk para pemain battle royal yang menggabungkan mode creative dan action shooter yang cukup intense serta kolaborasinya yang terkenal dengan berbagai seri kartun hingga live action siapa lagi selain “Fortnite Battle Royal”, menjadikan Epic Games Store sebagai bagian dari kehidupan mereka. Namun apa kamu tau Epic Games Store yang sekarang tuh berbeda dengan dia yang dulu. Penasaran? Mari simak untuk penjelasannya dibawah!
 

Epic Games Itu Apaan Sih? 


Epic Games merupakan sebuah perusahaan pengembang perangkat lunak sekaligus penerbit game video besutan Tim Sweeney sejak tahun 1991. Perusahaan ini sudah dikenal luas berkat salah satu game yang mereka luncurkan yakni Fortnite, yang dirilis dengan versi berbayarnya pada Juli tahun 2017. Namun game Fortnite ini melejit ketika Epic Games mengubahnya menjadi game “free to play” alias gratis pada September tahun 2017.  

Hingga pada tahun 2021, Epic Games telah memperkirakan sudah terdapat 400 juta pengguna aktif yang terdaftar di Fortnite. Angka ini terus diiringi dengan jumlah pemain aktif bulanan atau Monthly Active Players (MAP) di Fortnite sekitar 80 juta pemain. 

Puncaknya pada tahun 2021, ketika dunia dilanda pandemi, Fortnite berhasil memperoleh jumlah MAP sebanyak 83,3 juta pemain yang melakukan login. Seiring dengan kesuksesannya ini, Epic Games berhasil memperoleh investasi senilai US$ 1 Miliar atau setara dengan Rp 14,5 Triliun pada Maret tahun 2021. Padahal perusahaan ini baru saja menutup perputaran investasi pada Juli tahun 2020. Namun pada akhirnya perusahaan ini memiliki nilai valuasi hingga sebesar US$ 28 miliar atau setara dengan Rp 406 triliun dengan kurs US$1 = Rp 14.500. Selama dua dekade terakhir perjalanan Epic Games, Sweeney membagi alur waktu perkembangan perusahaannya menjadi empat babak dimana yang Pertama yakni babak Epic 1.0 dari 1991 hingga 1997, Kedua adalah Epic 2.0 dari 1998 hingga 2005, Ketiga atau Epic 3.0 dari 2006 hingga 2011, dan yang terakhir Keempat adalah Epic 4.0 dari 2012 hingga sekarang yang kita kenal.
 

Sejarah Dari Perkembangan Epic Games


Sesuai dengan namanya, Epic Games Store dikelola dan diciptakan oleh pihak Epic Games sendiri. Epic Games mulanya didirikan pada tahun 1991 oleh CEO nya saat ini yakni Tim besutan Sweeney, dengan nama awal aplikasi Potomac Computer Systems.

Setelah berhasil dalam perilisan game pertamanya yang bernama ZZT dan berakhir dengan kesuksesan besar, akhirnya Sweeney dan tim memutuskan untuk mengubah nama dari perusahaannya menjadi Epic MegaGames pada tahun 1992 dari yang sebelumnya PTC. Namun kemudian nama tersebut disingkat menjadi Epic Games pada tahun 1999 hingga kini.

Tim Sweeney memulai usaha teknologi pertamanya pada tahun 1991 dari rumah orangtuanya yang berada di Potomac, Maryland, Amerika Serikat. Munculnya ide awal dari pria kelahiran 1970 ini adalah untuk membentuk bisnis konsultasi komputer bernama Potomac Computer Systems (PTC), yang terinspirasi dengan nama daerah asal lahirnya. 

Dalam wawancaranya bersama Game Developer, Sweeney menjelaskan bahwa PTC menawarkan sebuah jasa kustomisasi database untuk keperluan personal maupun perusahaan. Sangat disayangkan, jika model bisnis ini ternyata membutuhkan banyak tenaga serta tidak adanya perkembangan yang signifikan terkait penggunaannya. 
 

Era Epic Games 1.0


Perubahan besar yang terjadi dalam perusahaan besutan Sweeney ini dimulai dari karyanya yang iseng, yakni dengan dirilisnya sebuah game platform bernama ZZT. Game ini memiliki genre aksi, petualangan, hingga puzzle yang bisa dimainkan di MS-DOS serta waktu dalam proses pengembangan oleh Sweeney dan tim selama sembilan bulan lamanya. Pada awal perilisannya, Sweeney dan timnya mampu menjual tiga hingga empat salinan game ZZT ini dalam per harinya, dengan bernilai sebesar ratusan dollar Amerika kala itu. Angka ini sudah terhitung cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, dari sanalah yang menjadikannya motivasi. Oleh sebab itu Sweeney mencoba untuk menggarap game platform lainnya secara full-time waktunya. 

Keputusan ini ia diambil pada awal tahun 1992, dengan mengembangkan permainan gulir 2D bernama Jill of The Jungle. “Saya tidak benar-benar menganggapnya sebagai perusahaan game sampai setelah merilis ZZT,” ucap Sweeney dikutip dari Game Developer.

Setelah serius untuk memutar arah model bisnisnya, pada tahun 1992 PTC mengubah namanya menjadi Epic MegaGames. Nama ini dipilih untuk menciptakan kesan bahwa Epic MegaGames adalah untuk menggambarkan nama dari perusahaan besar. Kala itu Epic MegaGames bersaing dengan dua perusahaan game yang telah merilis game 2D sebelumnya, yakni Apogee dan id Software. Epic Game tidak tinggal diam, mereka kemudian merilis game bernama Jazz Jackrabbit pada tahun 1994 sebagai game side-scrolling bergenre petualangan, aksi, shooter dan puzzle pertama yang diluncurkan untuk perangkat Windows dan MacOS. Selanjutnya, Epic Game menggandeng seorang programmer desain Cliff Bleszinski dan Arjan Brussee untuk mendesain ulang Jazz Jackrabbit. 
 

Era Epic Games 2.0


Mengubah nama menjadi Epic Games merupakan era baru Epic MegaGames yang dimulai pada tahun 1998, ketika mulai tumbuh menjadi sebuah perusahaan besar serta menambah jumlah karyawan mereka dari yang 12 orang bertambah 25 orang. Bersamaan dengan penambahan karyawan, Epic Games memutuskan untuk melakukan bekerja sama dengan GT Interactive sebagai publisher mereka. Pada tahun ini, perkembangan PC mulai meledak di berbagai belahan dunia, sehingga menjadi ladang garapan yang subur bagi para industri game maupun developer indie. Melalui kerjasama dengan GT Interactive dan Digital Extremes, Epic MegaGames merilis game bernama Unreal, game penembak orang pertama dengan visual 3D.  

Setahun kemudian, perusahaan ini melakukan relokasi kantor pusat ke Cary, North Carolina dan resmi mengganti namanya menjadi Epic Games, seperti yang terkenal hingga kini. Di tahun yang sama pula, Epic Games, GT Interactive, dan Digital Extremes mengadakan Unreal Tournament. Platform ini memberi tempat bagi para pemain Unreal untuk bermain secara multiplayer. Pergerakan besar ini dilakukan Epic Games lantaran mereka sedang membutuhkan dana yang lebih besar untuk menggaji semua karyawan mereka. Hal ini pun diikuti dengan keharusan untuk menjual berjuta- juta salinan dari masing-masing game yang mereka sudah rilis. 

“Akhir dari era ini adalah kasus pembajakan game PC. kala itu, hampir mustahil untuk menjual game single-player. Kamu memperkirakan, untuk setiap orang yang membeli game kami, ada empat orang yang memainkan versi bajakan,” ucap Sweeney pada Polygon.
 

Era Epic Games 3.0


Pada tahun 2006 Epic Game melakukan kerja sama dengan pihak Microsoft untuk mengembangkan game pada konsol game Xbox 360. Permulaan era ini ditandai dengan game GOTY yakni Gears of War yang telah menghasilkan penghasilan sebesar US$ 100 juta, hampir 10 kali lipatnya dari biaya pengembangannya yang senilai dengan US$ 12 juta.  

Namun keberuntungan ini tidak berlangsung lama, sebab pendapatan menurun serta biaya dalam pengembangan lanjutan game semakin meningkat. Dari perhitungan Sweeney perkirakan, Gear of War 3 membutuhkan biaya tiga hingga empat kali lebih banyak dari seri sebelumnya. Bahkan bila Epic Game dipaksa harus melanjutkan seri Gear of War 4, mereka harus menyiapkan dana sebesar US$ 100 juta.

“Apabila game itu sukses besar, kita bisa balik modal. Bila kurang, kita bisa gulung tikar,” ucap Sweeney. Terlepas dari pertaruhan gulung tikar dan kesuksesan pada era ini, Epic Games tetap meluncurkan game baru, yakni sebuah game bernama Infinity Blade pada tahun 2010 dan game Bulletstorm setahun setelahnya. Serial dari game Infinity Blade bisa dimainkan pada perangkat  iOS dan berhasil menghasilkan lebih dari US$ 23 juta. Sementara itu, game bernama Bulletstorm dikembangkan bersama dengan game People Can Fly yang kemudian dirilis oleh perusahaan ternama seperti Electronic Arts (EA), di perangkat PlayStation 3, Xbox 360, dan juga OS Windows.  Layaknya pada era sebelumnya, era 3.0 diakhiri dengan sebuah realisasi jalan keluar dari masalah yang akan dihadapi. 

Kali ini jalan keluar yang diambil Epic Game adalah membuat proyek kecil mereka bernama Fortnite. Sweeney nilai game ini bisa bertahan di sistem permainan gratis. 
 

Era Epic Games 4.0 


Merupakan Babak Baru serta Investor Baru “Kami melakukan banyak hal gila,” kata Sweeney. “Untuk pertama kalinya dalam sejarah Epic, kami membawa investor luar, Tencent,” Pada Juni tahun 2012, konglomerat teknologi asal China ini membeli sekitar 40% dari seluruh saham perusahaan atau senilai dengan US$ 330 juta. Dengan langkah ini, maka Tencent mendapat dua dari tujuh kursi direksi di Epic Games. Meski begitu, Sweeney optimistis bahwa masuknya Tencent tidak akan mengubah desain atau perkembangan game Epic Game. Alasannya adalah karena Tencent bukan pengembang game, namun ahli dalam pemasaran produk ke khalayak global.  Keberhasilan dalam menggaet investor global ini memberi efek samping pada kolega Sweeney. Tercatat berjumlah empat orang koleganya yang sudah bekerja dengannya dari era 1.0 dan era 2.0 lalu meninggalkan Epic Game pada tahun 2012.

Misalnya Adrian Chmelar, pendiri People Can Fly yang mengembangkan Bulletstorm, lalu Rod Fergusson, produser eksekutif dan direktur produksi Gears of War. Kemudian Mike Capps dan presiden Epic Game pada 2004 dan co-founder Epic Game, Cliff Bleszinski. Dengan bantuan dari Tencent di bidang distribusi digital dan manuver ke ranah game as a service (GaaS), Sweeney berhasil membawa kembali basis Epic Game ke PC. Adapun langkah besar yang juga diambil Sweeney adalah menggratiskan game Fortnite pada 2014 dan Unreal Engine setahun berikutnya. 
 

Direncanakan untuk dirilis jauh sebelum Fortnite


Meskipun Fortnite merupakan game yang berhasil melambungkan nama Epic, namun kenyataannya Epic telah lebih dulu merencanakan untuk membuat toko game sendiri, jauh sebelum fortnite dirilis.

Di tahun 2015, Epic Games merilis Shadow Complex Remastered yang merupakan game pertama yang mereka rilis untuk toko eksklusifnya sendiri.

Setelah itu, hadirnya Fortnite di tahun 2017 membuat popularitas Epic meningkat sangat pesat dibanding dengan kompetitor nya Steam. Akhirnya mereka memutuskan untuk meluncurkan toko game sendiri yang tidak hanya berisi berbagai game buatan mereka, namun juga terdapat banyak game buatan developer lainnya.
 

Akan memberi satu game gratis tiap dua minggu


Sebenarnya ada banyak faktor yang membuat Epic Games Store tampak lebih menonjol dan terbilang lebih baik daripada yang lainnya. Salah satunya adalah Epic Games berjanji akan memberikan satu buah game gratis setiap dua minggu sekali hingga akhir 2019.

Berbeda dengan game gratis dari Steam yang memiliki batas waktu untuk dimainkan, game gratis dari Epic Games Store ini tidak memiliki jangka waktu sama sekali. Itu artinya setelah game gratis tersebut berhasil diunduh, gamer akan bisa benar-benar memiliki game itu selamanya.
 

Sistem bagi hasil yang lebih menguntungkan bagi developer


Selain menguntungkan bagi para gamer, Epic Games juga memberikan keuntungan lebih bagi para developer yang merilis game buatan mereka di platform Epic Games Store. Mereka mengumumkan, jika Epic Games hanya akan mengambil bagian 12 persen dari pendapatan berbagai game yang dirilis didalam Epic Games Store.

Angka 12 persen ini tentunya jauh lebih rendah dari pada platform Steam yang mengambil keuntungan sebanyak 30 persen dari para developernya. Lebih hebatnya lagi, meskipun memiliki  persentase pendapatan yang diambil hanya 12 persen, namun Epic masih tetap mendapatkan untung.
 

Mendukung developer untuk bekerja sama dengan content creator


Bukan hanya gamer dan developer game saja, Epic Games Store ini rupanya juga dapat menguntungkan bagi para konten creator. Epic Games  secara terbuka telah mendukung developer untuk bekerja sama dengan para content creator (seperti Twitch streamer, blogger dan Youtuber) untuk mempromosikan game mereka. Nantinya, para konten kreator ini bisa mendapatkan bagian dari pendapatan yang diperoleh dari Epic Games Store.

Epic Games juga berjanji bahwa mereka akan menanggung 5 persen pertama dari pendapatan content creator yang didapatkan dari game, selama 24 bulan pertama.
 

Kesimpulannya


Untuk platform yang satu ini meliki kelebihan dan kekurangannya sendiri. Untuk kelebihannya Sangat Menguntungkan bagi para developer yang ingin mempublish gamenya ke publik, sedangkan untuk kekurangannya adalah merugikan bagi para gamer karna harga yang ditawarkan terbilang lebih mahal dari pesaingnya yakni Steam.


IDMETAFORA Menawarkan Enterprise resource planning (ERP) adalah aplikasi bisnis yang terintegrasi. Aplikasi ERP membantu proses operasional bisnis yang luas dan mendalam, seperti yang ditemukan dalam proses pembelian, pengelolaan gudang, penjualan, keuangan, SDM, distribusi, manufaktur, layanan, dan rantai pasokan.
Hubungi kami di : 0896 6423 0232 atau 0813 9399 3723.
Jl. Damai No.36, Sleman, Yogyakarta.

Liputan Software ERP IDMETAFORA Indonesia!

Jika anda merasa artikel ini bermanfaat, bagikan ke pengikut anda melalui tombol dibawah ini:



Software ERP Indonesia

Artikel rekomendasi untuk Anda