Produksi adalah suatu kegiatan ekonomi yang melibatkan transformasi bahan mentah atau bahan baku menjadi barang jadi yang bisa langsung digunakan untuk masyarakat umum. Produksi melibatkan berbagai tahapan, mulai dari pengadaan bahan baku, pemrosesan, dan pembuatan produk jadi. Dalam produksi, diperlukan mesin, peralatan, tenaga kerja, dan sumber daya lainnya yang dapat mempengaruhi efisiensi dan efektivitas dalam memproduksi barang.
Proses produksi biasanya dimulai dengan pengadaan bahan baku, yaitu bahan mentah atau material yang akan diolah menjadi produk jadi dengan melalui beberapa tahapan. Setelah itu, bahan baku diolah dan diproses melalui beberapa tahap, tergantung pada jenis produk yang akan dihasilkan. Setelah produk jadi terbentuk, dilakukan pengujian kualitas untuk memastikan bahwa produk memenuhi standar yang ditetapkan.
Selanjutnya, produk jadi siap untuk didistribusikan ke pasar atau konsumen. Distribusi dapat dilakukan melalui berbagai cara, seperti penjualan langsung ke konsumen, penjualan melalui toko, atau pengiriman melalui jasa kurir atau pengiriman barang.
Tujuan utama dari produksi adalah untuk menghasilkan barang atau jasa yang dapat memenuhi kebutuhan konsumen, serta menghasilkan keuntungan bagi perusahaan. Dalam produksi, perusahaan juga perlu memperhatikan faktor-faktor seperti biaya produksi, efisiensi, dan kualitas produk, serta memperhitungkan risiko-risiko yang dapat mempengaruhi kegiatan produksi.
Proses produksi adalah serangkaian aktivitas atau tahapan yang dilakukan untuk mengubah bahan mentah atau bahan baku menjadi produk jadi atau produk yang dapat digunakan langsung oleh masyarakat umum. Proses produksi dapat bervariasi tergantung pada jenis produk yang akan dihasilkan dan perusahaan yang melaksanakan produksi tersebut, namun secara umum, terdapat beberapa tahapan yang umumnya dilakukan dalam proses produksi, yaitu:
Pengadaan bahan baku atau bahan mentah merupakan tahapan awal dalam proses produksi. Bahan baku atau bahan mentah yang diperlukan harus dipilih dengan cermat dan berkualitas baik untuk menghasilkan produk yang berkualitas. Pengadaan bahan baku juga harus dilakukan dengan memperhitungkan faktor biaya dan ketersediaan.
Setelah bahan baku didapatkan, tahap selanjutnya adalah pemrosesan bahan baku. Bahan baku diolah dan diproses melalui berbagai tahapan, tergantung pada jenis produk yang akan dihasilkan. Pemrosesan bahan baku dapat meliputi aktivitas seperti pengolahan, pembersihan, penyortiran, dan penggilingan.
Setelah produk terbentuk, dilakukan pengujian kualitas untuk memastikan bahwa produk memenuhi standar yang ditetapkan. Pengujian kualitas dilakukan untuk memastikan bahwa produk memiliki kualitas yang baik dan aman untuk digunakan.
Produk yang telah selesai diproduksi kemudian disimpan dalam tempat penyimpanan sementara sebelum didistribusikan ke pasar atau konsumen.
Setelah produk jadi siap untuk didistribusikan ke pasar atau konsumen. Distribusi dapat dilakukan melalui berbagai cara, seperti penjualan langsung ke konsumen, penjualan melalui toko, atau pengiriman melalui jasa kurir atau pengiriman barang.
Selama proses produksi, perusahaan juga perlu memperhatikan faktor-faktor seperti biaya produksi, efisiensi, dan kualitas produk, serta memperhitungkan risiko-risiko yang dapat mempengaruhi kegiatan produksi.
Untuk menentukan kapasitas produksi yang tepat, ada beberapa hal yang perlu dipertimbangkan, antara lain:
Pertimbangkan kebutuhan pasar, seperti permintaan dan tren pasar. Jika permintaan produk meningkat, maka kapasitas produksi juga harus meningkat.
Perusahaan perlu mempertimbangkan jumlah dan keterampilan tenaga kerja yang diperlukan untuk memproduksi produk. Jika sumber daya manusia yang tersedia terbatas, maka kapasitas produksi perlu disesuaikan.
Fasilitas produksi dan teknologi yang digunakan juga mempengaruhi kapasitas produksi. Jika perusahaan memiliki fasilitas dan teknologi yang canggih, maka kapasitas produksi dapat ditingkatkan.
Perusahaan harus mempertimbangkan ketersediaan bahan baku yang diperlukan untuk produksi. Jika persediaan bahan baku terbatas, maka kapasitas produksi harus disesuaikan.
Perusahaan harus memperhitungkan biaya produksi dan laba yang diharapkan untuk menentukan kapasitas produksi yang optimal.
Setelah mempertimbangkan faktor-faktor di atas, perusahaan dapat menentukan kapasitas produksi dengan melakukan analisis. Salah satu cara untuk melakukan analisis kapasitas produksi adalah dengan menggunakan metode kapasitas efektif atau effective capacity. Metode ini menghitung kapasitas produksi berdasarkan jumlah jam kerja dan tingkat efisiensi produksi.
Berikut merupakan contoh perhitungan kapasitas produksi menggunakan metode kapasitas efektif:
Jumlah jam kerja dalam sebulan = 160 jam (1 bulan)
Jumlah unit produk yang dapat diproduksi dalam 1 jam = 20 unit
Tingkat efisiensi produksi = 80%
Maka, kapasitas produksi efektif dalam sebulan = 160 jam x 20 unit x 80% = 2.560 unit
Dalam contoh perhitungan diatas dapat disimpulkan bahwa kapasitas produksi efektif perusahaan adalah sebanyak 2.560 unit dalam sebulannya. Namun, perlu diingat bahwa kapasitas produksi dapat berubah tergantung pada faktor-faktor yang telah disebutkan diatas.
Untuk menetapkan biaya produksi ada beberapa langkah yang dapat di lakukan antara lainnya sebagai berikut:
1.Tentukan jenis biaya produksi yang akan dihitung, misalnya biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, biaya overhead pabrik, dan lain sebagainya.
2.Hitung total biaya bahan baku dengan mengalikan jumlah bahan baku yang digunakan dengan harga per unit bahan baku.
Jumlah bahan baku yang digunakan = 1.000 unit
Harga per unit bahan baku = Rp. 10.000
Total biaya bahan baku = 1.000 x Rp. 10.000 = Rp. 10.000.000
Dalam contoh perhitungan diatas dapat disimpulkan bahwa total biaya yang dikeluarkan adalah Rp.10.000.000 dalam 1.000 unitnya dan Rp.10.000 per unitnya.
3.Hitung total biaya tenaga kerja langsung dengan mengalikan jumlah jam kerja dengan tarif upah per jam.
Jumlah jam kerja tenaga kerja langsung = 200 jam
Tarif upah per jam tenaga kerja langsung = Rp. 50.000
Total biaya tenaga kerja langsung = 200 x Rp. 50.000 = Rp. 10.000.000
Dalam contoh perhitungan diatas dapat disimpulkan bahwa total biaya tenaga kerja adalah Rp.10.000.000
4.Hitung total biaya overhead pabrik dengan mengalikan jumlah unit produk dengan tarif overhead per unit produk.
Contoh:
Jumlah unit produk yang diproduksi = 500 unit
Tarif overhead pabrik per unit produk = Rp. 5.000
Total biaya overhead pabrik = 500 x Rp. 5.000 = Rp. 2.500.000
Dalam contoh perhitungan diatas dapat disimpulkan bahwa total biaya overhead pabrik adalah Rp.2.500.000
5.Jumlahkan total biaya bahan baku, tenaga kerja langsung, dan overhead pabrik untuk mendapatkan total biaya produksi.
Total biaya bahan baku = Rp. 10.000.000
Total biaya tenaga kerja langsung = Rp. 10.000.000
Total biaya overhead pabrik = Rp. 2.500.000
Total biaya produksi = Rp. 22.500.000
Dalam contoh di atas, total biaya produksi adalah sebesar Rp. 22.500.000. Namun, perlu diingat bahwa cara menghitung biaya produksi dapat berbeda-beda tergantung pada jenis produk dan faktor-faktor lain yang mempengaruhi biaya produksi.
1.Perencanaan produksi yang baik: Perencanaan produksi yang baik dapat membantu mengoptimalkan penggunaan bahan baku dan mengurangi tingkat persediaan yang tidak diperlukan.
2.Penggunaan sistem inventarisasi: Implementasi sistem inventarisasi yang efektif dapat membantu memantau dan mengendalikan persediaan produksi dengan lebih efisien. Hal ini termasuk dalam memperbarui catatan inventaris secara teratur dan melakukan penghitungan persediaan dengan sistem yang terstandarisasi.
3.Memperbarui dan menganalisis data persediaan: Informasi yang tepat mengenai persediaan produk dan bahan baku sangat penting dalam mengendalikan persediaan. Oleh karena itu, perlu memperbarui dan menganalisis data persediaan secara teratur agar dapat memantau persediaan dan membuat keputusan yang tepat.
4.Memantau permintaan pelanggan: Permintaan pelanggan merupakan faktor penting yang mempengaruhi tingkat persediaan produk. Dengan memantau permintaan pelanggan, perusahaan dapat memprediksi permintaan di masa depan dan mengoptimalkan persediaan produk.
5.Mengelola lead time: Lead time (waktu yang diperlukan dari saat pesanan diterima hingga produk dikirim) juga mempengaruhi tingkat persediaan produk. Dalam mengendalikan persediaan produksi, perlu mengelola lead time dengan baik sehingga waktu yang diperlukan untuk produksi dan pengiriman produk dapat dioptimalkan.
Dalam mengendalikan persediaan produksi, perlu juga memperhatikan keberlangsungan produksi agar tidak terjadi kekurangan stok atau kelebihan stok yang tidak diinginkan. Hal ini juga dapat membantu perusahaan dalam menghemat biaya produksi dan meningkatkan efisiensi.
Kesempatan lowongan magang terbaru di tahun 2024
Baca Selengkapnya..